21. Dingin

28 4 0
                                    

Now playing🎧: Sementara - FLOAT

Jika mencintaimu adalah kesalahan, maka hatiku tidak menginginkan kebenaran
-coretan dinding
 

💡💡

Genta menghapus air matanya. Berkali - kali mencoba merelakan kalimatnya bahwa ia baik - baik saja. Tidak, tidak ada kata baik - baik saja dalam dirinya sekarang. Ia benar - benar hancur, benar - benar kesakitan. Orang tua yang pergi ke singapura untuk pengobatan. Kakak yang tidak lagi peduli tentang dirinya. Dan sahabat yang kini mulai pergi dari hidupnya. Ia benar - benar sendirian. Genta sadar, ia terlalu banyak mempertaruhkan dirinya untuk orang lain, sampai tak tau bahwa orang lain itu tidak menghargai apapun tentang dirinya. Genta tak mengerti mengapa dirinya masih terlalu baik pada orang yang jelas - jelas sudah mengecewakannya.

Genta menatap bintang - bintang di langit. Ia hiraukan luka di wajahnya, baginya ini tak sesakit di tinggalkan orang tuanya. Ia menghela napas kasar. Begitu malang nasib dirinya.

Dirasanya angin malam semakin dingin, Genta memutuskan masuk kedalam kamarnya, menenangkan pikiran adalah hal yang paling ia butuhkan saat ini.

Pikiran tentang Ara masih bertengger di otaknya. Entah sampai kapan ia harus bergantung dengan Ara. Padahal, ia tau hati Ara tak lagi untuk dirinya, tapi untuk Yudhis juga. Jika seseorang berfikir Ara yang membutuhkan Genta, yang selalu merepotkan Genta. Nyatanya tidak, Genta lah yang sebenarnya menjadi sebagian beban hidup Ara. Genta hanya penghambat Ara menuju mimpinya, dan akan selalu seperti itu.

Notif line muncul di tengah - tengah lamunan Genta.

Ara gblk:
Buka pager, nta
Gue di depan
Dingin disini

Genta beranjak dari kamarnya. Langsung menuruni anak tangga. Dan benar saja, dalam keadaan tangan di perban Ara menenteng sebuah plastik berisi makanan.
Ara tersenyum "bukain dong Gentong, dingin tau. Mana gue gak pake jaket"

Genta langsung membukakan pagar rumahnya. "apaan lo, kata gue kan gak usah kesini. Udah malam, Ra. Harusnya istirahat" 

"gue tau lo belum makan, jadi gue kesini bawain mie goreng kesukaan lo"

Genta berdecak, Ara memang keras kepala "bodoh banget sih, kan gue bilang gak usah keluar, udah malem. Gue gak mau tanggung jawab ya kalau lo sama Yudhis berantem" ucap Genta dengan nada kesal.

Genta mempersilahkan Ara masuk. Dengan aksen putih membuat rumah ini memang terlihat sangat sepi.

"Nta"

"hm?"

"jangan marah"

"tunggu disini, gue mau ke kamar"

"oke"

Ara menuruti kata Genta. Ia memilih menonton tv. Ia baru sadar, ternyata udara malam benar - benar dingin. Didukung ia juga tidak memakai baju yang terlalu tebal.

"nih pake" Genta melemparkan selimut bergambar doraemon ke Ara.

Ara meringis karena lukanya belum kering "mana bisa gue pake, Nta. Gak liat tangan gue?" Ara menunjukan tangannya yang terbalut perban.

YUDHISTIRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang