7. Meet up di cafe

223 76 32
                                    

" Kita ngga bisa bersatu lagi, karna kita hanya sebatas air dan minyak yang jika disatukan akan selalu bertolak belakang,tak seperti teh dan gula yang akan berpadu saling melengkapi agar terciptanya rasa manis"
(Farizh Ar Rasyid)

"Aku tau kita ngga bisa bersatu lagi, tetapi apakah salah jika aku hanya berharap yang dulu terulang lagi?"

(Keyla Faradila)

Ini Flashback kenapa si Key ketemu ama Farizh.

Farizh yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk menghentikan aktivitasnya saat handphonenya berdering dan menampilkan panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal. Ia pun langsung mengambil handphone nya yang berada di kasur, lalu menolak panggilan itu.

Farizh menuju ke arah lemari untuk memilah baju yang akan ia pakai untuk bertemu Zohri dan Putra di sebuah cafe. Pilihannya jatuh pada hodie abu - abu dengan jeans berwarna hitam.

Untuk ke dua kalinya handphone Farizh berdering lagi, dan masih menampilkan nomor yang tadi menelponnya. Ia tetap acuh," itu cuma telepon nyasar yang sangat ngga penting", pikirnya.

Selesai berpakaian, ia mengambil kunci di nakas lalu turun ke ruang tamu untuk meminta izin ke orang tuanya.

Di ruang tamu terdapat papanya yang sedang menonton Mata Najwa, sedangkan mamanya yang sedang menyiapkan cemilan untuk di santap saat menonton tv.

" Pa Farizh pergi dulu ya, mau ketemu sama Zohri dan Putra."

Tak ada respon dari Papanya, Farizh menepuk bahu papanya. " Serius amat pa, Farizh ngomong ampe di kacangin. Padahal cuma nonton orang debat, ngga lagi nonton bola."

Dendi terkejut, karena ia sedang fokus melihat perdebatan di Mata Najwa. " eh untuk papa ngga punya riwayat jantung, kalau ngga la k.o."

" papa sih, Farizh ngomong di kacangin."

" Kamu mau kemana?"

"Farizh ma......"

Ucapan Farizh terpotong karena kedatangan Lia dari dapur dan membawa toples berisi keripik pisang. " Kamu mau kemana Rizh?"

" Mau nemuin Putra sama Zohri ma, ngga lama kok, bentar aja."

" oh oke, pulangnya jangan larut. Jam 22.00 harus udah nyampe rumah."

" oke ma." Farizh menyalami tangan Lia sambil melangkah menuju pintu keluar.

" Farizh" Ucap Dendi disertai dengan dehaman dan tatapan tajam pada Farizh.

Farizh memutar balik tubuhnya,lalu melangkah menghampiri Dendi sambil terkekeh" nun papa, santai pa santai Farizh cuma bercanda doang."

" kirain kamu lupa sama papa, pingin jadi anak durhaka kamu karena ngga pamit sama papa. Nanti buat judul film "Azab Durhaka pada Papa Ganteng" mau kamu?"

"Eh pa,ngga boleh gitu. Farizh ini anaknya selalu berbakti pada orang tua, rajin menabung, rajin ibadah, pinter,dan ngga sombong. Oh iya, kalau judul filmnya gitu, Farizh yakin ngga ada yang mau nonton".

" sudah serah kamu aja, dah pegi sono"

" iya pa" ucap Farizh sambil menyalami tangan papanya.

" Farizh pergi dulu ma, pa. Assalamualaikum"

" Waalaikumsalam". Ucap kedua orang tuanya bersamaan.

🏇🏇🏇🏇🏇🏇🏇🏇🏇🏇

Farizh sampai di sebuah cafe yang terbilang ramai, ia memarkirkan motornya di tempat yang disediakan. Ia masuk kedalam cafe tempat ia bersama sahabatnya janjian untuk bertemu. Tak terlihat batang hidung kedua sahabatnya, "mungkin mereka masih di jalan" pikirnya. Akhirnya ia memilih tempat duduk yang kosong. Sambil menunggu kedua sahabatnya ia memilih memainkan ponselnya.

Dikala Hujan RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang