Part kali ini lebih panjang karena puan jarang update. Kalau ngebosenin maap yak😁.
^-^
Lebih baik begini, tetap diam dengan rasa yang terus menjalar ke hati.
-Dikala Hujan Reda-
Dari ufuk timur matahari bersinar, menyilaukan mata setiap orang yang memandangnya. Hari ini setelah libur panjang para siswa dan siswi menginjakkan kakinya kembali ke sekolah.
Baru hari pertama mereka kembali sekolah, guru sudah banyak memberikan tugas. Hari ini guru Bahasa Indonesia yang mengajar dikelas Maryam memberikan tugas pada mereka untuk membuat cerpen singkat kegiatan mereka selama liburan.
Bahasa Indonesia, pelajaran yang terkadang nilainya lebih rendah daripada Bahasa Inggris. Sebenarnya hanya segelintir orang yang menyukai pelajaran ini, selebihnya menganggapnya sangat membosankan.
Tak terkecuali Maryam dan kedua sahabatnya. Diberi tugas membuat cerpen malah membuat mereka tambah pusing. Secara, yang mereka lakukan saat liburan hanya dirumah. Bangun tidur --main hp -- nonton tv -- mandi -- shalat -- tidur siang -- bangun pas ashar -- mandi -- shalat ashar -- main hp -- shalat maghrib -- ngaji -- nonton tv (sambil main hp) -- shalat isya -- nonton tv bentar -- main hp lama -- yang terakhir tidur. Begitu seterusnya.
Ngga mungkin mereka menuliskan semua kegiatan itu di cerpennya. Apa kata Maimunah? Eits jangan salah sangka. Maimunah itu nama guru bahasa Indonesia mereka.
"Aduh... coba deh Buk Mai jangan ngasih tugas gitu. Ribet amat dah."gerutu Putri.
"Ntah, kepo banget ama liburan kita. Sebenarnya sih gue kemarin pergi ke Paris."
"Hidung lo mekar Zar, berarti lo bohong." Ucap Maryam sambil terkekeh.
Zahra memegang hidungnya untuk mengecek apakah benar yang Maryam katakan?. Putri dan Maryam yang melihat kelakuan Zahra pun tertawa.
"Lo liat aja, ntar bisulan tujuh warna baru tau rasa."
Kini Putri yang membalas ucapan Maryam, " Biasanya doa yang ngga baik balik lagi ke yang doa." Putri menahan tawanya melihat ekspresi Zahra.
"Siapin deh penawar bisul tujuh warna lo Zar." Sambung Maryam yang membuat Putri tertawa lepas.
Zahra mengerucutkan bibirnya seperti Paman Donald bebek, "lo berdua jahat ya!!!"
Putri dan Maryam menyudahi tawa mereka, kemudian mereka berdua menarik Zahra menuju kantin.
"Kebanyakan ngomong ntar bell masuk bunyi."ucap Maryam.
Karena tidak memandang jalan dengan benar. Mereka tidak sengaja menabrak seseorang dari arah berlawanan.
Brukk...
"Aduhh... kalo jalan coba pake mata yang dikepala. Jangan mata kaki!!!" Ucap seorang siswi yang ditabraknya. Wajahnya tampak asing di penglihatan Maryam, Zahra, dan Putri.
Emosi Putri mulai terpancing, " eh tante... ngga ada yang namanya jalan pake mata kaki!!! Otak lo soak!!!"
Zahra dan Maryam menahan bahu Putri agar ia tak melakulan hal aneh. Sebenarnya Zahra dan Putri juga terpancing emosi. Tapi mereka sadar, mereka juga bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikala Hujan Reda
Teen FictionDikala hujan reda aku merasakan sesuatu, Dikala hujan reda ada bayangan di depanku, dan Dikala hujan reda aku menemukanmu ~Maryam As Syifa Sejak pertemuan itu aku mengingatmu bukan pada saat hujan turun, tetapi selalusaat rintikan air dari langit ta...