Perihal kopi yang kau nikmati hari ini, mungkin tak sepahit rasa yang tak dapat ku ungkapkan.
-Dikala Huja Reda-
(MULAI DARI BAGIAN AKHIR PART SEBELUMNYA. BAGI YANG BELUM MEMBACA SILAHKAN DI BACA. THANKS)
"Eh lo?!!" Ucap Maryam bingung.
" Lo. Hmm lo kan..!!!" timpal pria itu.
" Lo Devano Teluk Alaska kan?"
Raut wajah pria itu berubah masam,
" Ngga pake "Teluk" Ayam As Syifa. Devano Alaska titik ngga pake "teluk", PAHAM!!"Maryam tertawa,"ways syelo bro, nama gue Maryam As Syifa bukan "Ayam" As Syifa. Titik ga ada yang boleh ngerubah."
Devano ikut tertawa dan melihat ke arah Zahra dan Putri, lalu ia memandang Maryam dengan mengangkat sebelah alisnya, bisa dikatakan ia bertanya "siapa?''
" Oh iya. Zar, Put ini Devan. Teluk, ini bedua Zahra dan Putri.''
"Oh ini Zahra yang dulu suka ngemutin jempol dan Putri yang suka ngupil. Ngakak gue ah kalo inget yang dulu. Apalagi hobi-hobi kalian yang bisa dibilang menjijikkan. Sekarang berubah ya kalian berdua, dulu belum berhijab sekarang udah. Sampai pangling gue."
Maryam dan Devan terkekeh, sedangkan Putri dan Zahra cemberut karena ucapan Devan.
" NGGA GITU JUGA GOBLOK. HOAX LO, TELUKK NGESELLIIIINN!!!" Ucap Zahra dan Putri bersamaan.
Maryam tertawa melihat kelakuan sahabatnya. Sebenarnya mereka teman dari kecil, didorong juga oleh pertemanan diantara orang tua mereka. Lulus dari SMP Devan pindah ke Bandung karena ayahnya dipindahkan kerja kesana. Semenjak itu mereka lost contact dan terbentuklah tribest yang bisa diartikan sekumpulan cewek absurd.
"ways lo gemukkan ya Yam, padahal baru 2 tahun ngga ketemu." Ucap Devan diiringi kekehan.
Maryam mencubit lengan Devan ," DEVANO ALASKA!!! Lu ngga pernah berubah ya malah makin ngeselin. "
" hidup itu harus ada kemajuan Yam, salah satunya ya ngeselin Zahra,Putri, ama elu."
"hidup lo kurang kerjaan banget ya, coba deh dari pada buat kita kesel lu traktir kita ke kantin kek.''
Maryam dan Zahra mengangguk setuju dengan ucapan Putri. Mereka bertiga langsung menyeret Devan ke kantin. Tak peduli dengan tatapan siswa di sepanjang koridor. Hidup mereka acuh, tak peduli orang berpendapat apa, toh mereka ngga minta makan sama orang itu. Kalau komentarnya positif sih mereka berterima kasih banyak.
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke kantin, untujng saja bangku keramat tribest tidak ada yang menempati. Setelah duduk Maryam pergi memesan makanan ke bude kantin, sebelumnya ia bertanya ala pelayan restoran kepada costumernya.
Setelah selesai memesan, Maryam kembali ke meja tempat temannya duduk. Diantara penghuni meja di kantin, meja mereka lah yang paling heboh. Tak lama kemudian pesanan datang, mereka mengucapkan terima kasih kepada bude Jumi. Bude Jumi mengangguk sambil tersenyum, lalu ia kembali ke kedainya untuk membuat pesanan yang lain.
"oh iya, btw lu ngapain ke sini?" Tanya Putri.
Zahra mengetuk meja," btw telat nanya ngga sih? Dia udah kita seret ke kantin, baru ditanya."
"ha bener si Zahra. Gue tu nyari kelas XI IPA 1 soalnya gue dimasukin di kelas itu ama kepsek."
Maryam dan yang lainnya melongo tak percaya," JADI LO PINDAH??" ucap mereka bersamaan.
Devan menyeruput esnya dan menjawab dengan santai,"iya."
" wait..wait.. lu masuk kelas XI IPA 1? Ngga salah denger gue?" Tanya Zahra dengan ekspresi yang tak tergambarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikala Hujan Reda
Teen FictionDikala hujan reda aku merasakan sesuatu, Dikala hujan reda ada bayangan di depanku, dan Dikala hujan reda aku menemukanmu ~Maryam As Syifa Sejak pertemuan itu aku mengingatmu bukan pada saat hujan turun, tetapi selalusaat rintikan air dari langit ta...