22. Kolam Belando

51 14 0
                                    

Saya tahu, saya masih belum bisa menggapaimu.
-F

-Dikala Hujan Reda-

Sinar terik milik sang mentari membuat penampilan seorang gadis yang tengah berlari di lapangan sangat kacau. Bisa dikatakan setiap lima detik sekali ia menghalau rambutnya yang keluar dari hijab, padahal ia sudah memakai ciput. Pelajaran olahraga merupakaan pelajaran yang sangat Maryam benci, apalagi materi kali ini lari. Pak Toni menyuruh mereka lari untuk mengetes daya tahan jantung mereka. Katanya, kalau perokok pasti tak akan kuat jika berlari dalam waktu lama.

Putri dan Zahra baru saja menyerah, sekarang mereka tengan duduk berselonjor di tanah lapangan. Tak peduli pakaian mereka akan kotor. Sedangkan Maryam masih terus berlari, dua putaran lagi. Setelah itu ia berhasil.

"Udah deh Yam, capek... mending duduk." pujuk Putri pada Maryam. Matahari terik sedikit menggoyahkan imannya yang belum kuat. Hampir saja ia membuka hijabnya jika Maryam tak memberikan pelototan mautnya.

"Dua... lagi...." ucapnya dengan napas terengah-engah. Keep fighting dua kata yang selalu Maryam ucapkan dibatinnya.

Setelah selesai menghabiskan dua putaran lapangan basket SMA Nusa Bakti Maryam bergabung dengan Putri dan Zahra. Ia mengibaskan tangannya ke muka, bermaksud meredakan rasa panas yang menjalar ditubuhnya. Bajunya sudah basah, jika diperas cukup tertampung setengah ember keringat. Ia merampas air minum dingin dari genggaman Putri. Saat ia ingin meminumnya, tiba-tiba ada yang menahan lalu menyodorkan sebotol air mineral. Tidak dingin.

"Habis olahraga ngga boleh minum air dingin," ucap cowok itu memperingatkan.

"Nah lo aja baru abis olahraga. Minum air juga tu," ucap Maryam sambil mengarahkan dagunya ke tangan pria utu yang satunya.

"Gue cowok ngga apa."

"Yaelah Van, kalo mau romantisan jangan disini. Muak gue liatnya,"celetuk Putri sembari memutar bola matanya jengah.

"Jomblo mah nyeletuk aja hobinya,"ucapan Devan dihadiahi pelototan mematikan dari Putri.

"Sesama jomblo ngga boleh membully," kini Zahra yang berbicara.

"Nih diminum," Devan meletakkan botol mineral itu disamping Maryam kemudian berlalu meninggalkan mereka.

"Ck... cuma lo aja yang dikasih, gue kan juga haus. Lo juga kan Zar?" Putru berdecak, ia meminta pendapat Zahra yang dibalas anggukan mantap dari gadis itu.

Maryam menyodorkan minumanny,"nah minum deh. Yuk balik ke kelas!"

"Lo nya?"

Maryam menggeleng pelan,"kalian aja dulu. Gue kan muda jadi yang terakhir."

"Terus kita tua gitu?" ucap Putri sehabis meneguk sepertiga air dibotol itu kemudian memberikannya ke Zahra.

Maryam mengangguk, setelah Zahra minum, lanjut ke Maryam. Maryam meneguk habis air dibotol itu, lalu mereka bangkit beranjak ke kelas.

Maryam berhenti sebentar untuk membuang sampah. Tapi tiba-tiba ia berasa ingin ketoilet. Sebelum menuju toilet ia pamit dulu ke Putri dan Zahra. Jika tidak mereka akan mengira hal yang tidak-tidak. Apalagi Putri, gadis itu yang paling mempunyai pola pikir absurd .

Maryam melangkah menuju toilet, suasana sepi. Banyak daun berterbangan karena rontok dari rantingnya. Yah, musim panas mulai tiba.

Sesampainya di toilet, Maryam memilih satu toilet. Toilet disekolah Maryam cukup bersih karena setiap hari dibersihkan oleh murid yang terlambat datang. Setiao hari mereka ngga pernah absen.

Dikala Hujan RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang