Saat bersamamu aku seperti mengenggam berlian, yah sebenarnya benar. Kau berlianku.
-Dikala Hujan Reda-
"Lo kok tumben ngajak jalan Yam?" Tanya Putri yang tengah asyik bermain ponsel di bangku penumpang.
Maryam memutar bola matanya, sedari tadi Putri terus menyerangnya dengan berbagai pertanyaan. Padahal kan ia hanya ingin menjenguk Ibunya Zahra."Gue kan ngga ngajak jalan. Kita mau liat kondisi Bu dewi. Zahra mana?"
Putri nyengir, lalu menghadap Maryam."eh iya ya, Zahra tadi lagi nyuapin ibunya pas gue izin jemput lo."
"Udah baikan?"
"Kata dokter gula darahnya udah turun, walaupun masih dikategorikan tinggi. Tapi udah membaik."
"Syukur alhamdulillah."
"Eh yam, gue ada ide nih."
"Ide apa?"
"Lo setuju ngga, kalo Zahra ama nyokapnya tinggal aja di rumah gue. Daripada pulang kerumahnya, ntar bapaknya ngamuk lagi. Lo liat aja kan, beliau belum ada jenguk. Biar kate satu detik."
"Hm... gimana ya? Itu sih kita tanyain ama Zahra ama tante Dewi. Kita ngga boleh juga mutusin sepihak. Oh ya?... emang bokap lo boleh?"
"Ya jelas bolehlah. Nanti kita konfir aja ke Zahra ama ibunya."
"Ote siyap."
Mobil mereka masuk ke area rumah sakit dan berbelok menuju parkiran khusus mobil. Setelah mendapat tempat yang cocok. Mobil langsung parkir.
Setelah semua dirasa cukup, Putri dan Maryam keluar dari mobil. Lalu mereka duluan menuju ke kamar anggrek--kamar rawan Ibunya Zahra.
Mereka berjalan melewati koridor rumah sakit, hingga beberapa menit kemudian mereka sampai di ambang pintu kamar anggrek--tempat dimana ibu Zahra dirawat.
Saat mereka masuk, mereka tak mendapati keberadaan Zahra. Yang menyambut mereka hanya sosok Dewi yang tengah beristirahat. Mungkin Zahra sedang membeli makanan dikantin rumah sakit, pikir mereka.
Dan yah, alibi itu benar. Sosok Zahra yang tengah membawa kantong plastik berdiri di ambang pintu, lalu melepaskan alas kakinya. Ia tersenyum setelah menyadari kehadiran kedua sahabatnya.
Ia melangkah menuju keduanya,"Udah dari tadi datengnya?"
"Ngga sih. Barusan aja, beli apa?" Putri membuka suara sambil meraih kantong plastik dari genggamam Zahra.
"Liat aja."Zahra melangkah ke arah Ibunya yang sedang terbaring.
Mata Maryam mengikuti arah Zahra berjalan."Ibu udah sarapan?" Tanyanya.
Zahra membalas dengan anggukan, ia menggeser kursi di samping meja ke samping tempat tidur ibunya. Lalu ia meraih tangan ibunya dan mengelus lembut punggung tangannya.
"Kek gimana?" Tanya Maryam disela keheningan yang menyelimuti mereka.
Zahra menoleh ke arah Maryam,"Besok udah boleh pulang.
"Thanks ya, kalian udah mau bantuin gue. Gue beruntung punya kalian, kalian jadi pelengkap kisah hidup gue yang ngga seberapa ini." Ucapnya.
Maryam dan Putri saling pandang,Maryam membuka suara."Kita emang udah ditakdirin sama-sama kok. Kita kan keluarga."
"Ehm... Zar, lo mau ngga tinggal di rumah gue aja?" Putri mengucapkannya dengan hati-hati. Ia dapat melihat respon Zahra, saat Zahra ingin berbicara ia buru-buru menyela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dikala Hujan Reda
Teen FictionDikala hujan reda aku merasakan sesuatu, Dikala hujan reda ada bayangan di depanku, dan Dikala hujan reda aku menemukanmu ~Maryam As Syifa Sejak pertemuan itu aku mengingatmu bukan pada saat hujan turun, tetapi selalusaat rintikan air dari langit ta...