21.Kedipan Laknat

57 10 0
                                    

"Bedanya kamu ama kemoceng itu... kalo kemoceng menggelikan, kalo kamu mengangenkan."
-FAR

"Aaa... jadi sayang..."
-MAS

-Dikala Hujan Reda-

Suasana kantin siang ini diisi  para siswa dengan berbagai kegiatan. Kumpulan tante gosip tidak pernah absen dari kantin. Kumpulan pengamen tak berbayar pun ada. Mereka menambah suasana riuh dikantin. Banyak teriakan terdengar karena permainan yang mereka mainkan kalah. Ada juga kubu bodo amat, seperti Maryam, Putri, dan Zahra. Yup, Zahra sudah mulai masuk sekolah. Ia sudah merasa ibunya aman karena Putri tak segan mengirim bodyguard untuk menjaga ibunya.  Sahabatnya yang satu ini memang tak peduli seberapa harta yang ia keluarkan. Baginya 'Uang bukan ditakdirkan buat disimpan. Kalo lo bisa gunain untuk hal bermanfaat kenapa enggak? Ada hak orang lain diharta yang lo punya'.  Sedangkan Maryam, dia sukarela mengirim perawat untuk Ibunya. Betapa beruntungnya ia mempunyai kedua sahabat yang super duper baik.

Ketiganya masih sibuk dengan makanan dihadapannya. Tak ada yang berniat mengeluarkan suaranya. 'Makan ngga boleh bersuara' kecuali emang dibutuhin.

Keheningan dimeja mereka tak berlangsung lama karena kedatangan tiga sejoli yang lain.  Tanpa meminta izin dengan seenak udelnya mereka duduk dihadapan ketiganya. Maryam mengenali semuanya, tapi ia kembali bersikap masa bodo. Toh meja kantin bukan dia yang buat.

Putri menatap tajam kearah satu cowok lalu bersuara,"Oh... Ini orang yang maling es gue tanpa izin yak. Ups... maling kan emang ngga izin kalo ngambil barang orang."ucapnya sarkatis.

Maryam menyikut lengan Putri,"Put..." ia mengucapkan itu untuk meredakan emosi Putri.

Putri menatap Maryam sebentar,lalu ia beralih ke makanannya. Tidak memperdulikan makhluk di depan mereka.

"Lo kemana aja Zar?" Zohri membuka suara. Memang akhir-akhir ini ia tak mendapati keberadaan Zahra. Bulu idung secuilnya pun tak nampak dimata Zohri.

"Hmm...Ada urusan kk."

Zohri mengangguk, kenapa dia jadi kepo? Aduhh... cukup...cukup. Dia saja aneh dengan sikapnya sendiri. Saat Zahra tidak sekolah, ia agak merasa kehilangan. Soalnya Zahra sering mengganggunya.

"Kenapa makan disini?"Maryam membuka suara, pertanyaannya menuju kepada tiga cowok didepannya--Farizh,Putra,Zohri. Tapi pandangannya fokus ke Farizh.

"Yah, ngga papa sih. Emang ngga boleh? Kan kantin sifatnya umum." Elak Farizh.

"Alah bilang aja pingin deket-deket Maryam."celetuk Putri yang dihadiahi toyoran oleh Maryam.

"Memang." Ucap Farizh frontal.

Bukannya baper, Maryam malah menatap tajam kearah Farizh.

Tak lama kemudian, bude kantin membawa pesanan ketiga cowok itu. Namun ada yang menarik perhatian Maryam, selain tiga piring dinampan yang bude bawakan.

"Ehm... Bude, itu kok ada kemoceng?" Tanya Maryam sambil menahan tawanya, sedangkan Farizh yang semula tak mengetahui ada kemoceng membelalakkan matanya.

"Ooh... ini untuk beres-beres meja sebelah." Jawab bude.

"Kenapa ngga pake lap aja sih bude?" Tanya Farizh, ekspresi takutnya sedikit terlihat.

Bude meletakkan ketiga mangkuk bakso dihadapan tuannya,"Bude lupa naruh lap dimana, jadi pake kemoceng aja. Lagian ngga ada yang basah dimeja, cuma sampah-sampah dikit." Jelas bude.

Putra dan Zohri tau kalau Farizh takut dengan kemoceng, mereka punya ide untuk menjaili Farizh.

"Sini bude, Maryam pinjam. Mau ngelap meja ini dulu, ada kotoran dikit." Ucap Maryam lalu bude memberikan kemocengnya ke Maryam. Maryam menatap Farizh jail sehingga Farizh memasang wajah geli. Putra dan Zohri saling tatap, sepertinya mereka tak perlu meluncurkan niatnya,karena Maryam yang akan mempraktekkannya.

Dikala Hujan RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang