17. Prang!!!

93 12 2
                                    

Setiap pertemuan ada perpisahan. Entah itu karena maut atau apapun. Yang pasti kata pisah selalu ada dikamus kehidupan.

~Dikala Hujan Reda~

"Assalamualaikum Tante."

"Waalaikumsalam. Eh Farizh,ayo masuk." Ucap Sinta mempersilahkan Farizh masuk.

Farizh menunggu Maryam di ruang tamu, Sinta sedang menghampiri Maryam untuk memberi tahu bahwa Farizh sudah datang.

Farizh masih menunggu di ruang tamu sambil mengotak-atik ponselnya. Tak lama kemudian Bude Santi datang...

"Ini Den, minumnya." Ucap Bude Sinta sambil meletakkan gelas berisi air putih yang semula di nampan ke meja.

"Makasih bude." Ucap Farizh sambil tersenyum.

Bude mengangguk lalu melangkah menuju dapur. Banyak kerjaan yang harus bude selesaikan. Setelah bude pergi, Farizh kembali sendirian diselimuti keheningan. Memang dasar jomblo jadi yang diselimuti hening dan kesepian.

Tak lama Farizh mendengar langkah kaki dari arah tangga. Ia melihat Sinta sedang turun--tanoa Maryam.

"Maryam bentar lagi selesai Rizh. Ngga papa nunggu?" Tanya Sinta, jaraknya menuju Farizh semakin menipis.

"Ngga papa Tante." Jawabnya santun.

" Oh ya kok kamu tum-"

Ting...tong...Ting... tong

"Eh tunggu bentar ya. Tante mau bukain pintu dulu." Ucap Sinta--mulai bangkit dari posisi semula--duduk.

"Iya Tan."

Setelah itu Sinta melangkah untuk membuka pintu.

Ceklek...

Pintu terbuka... Suaranya nyaring terdengar oleh Farizh.

"Assalamuailakum Tante." Suara seseorang ramah terdengar.

"Waalaikumsalam." Balas Sinta.

"Devan ya? Udah gede aja." Tanya Sinta.

Farizh yang sedang di ruang tamu mendengar nama tamu yang datang. Bahunya merosot, tanda ia kurang menyukai kehadiran Devan.

"Iya tante. Maryam udah pergi sekolah Tan?" Tanya Devan.

"Belum. Masuk dulu Van." Tawar Sinta

"Makasih tan." Setelah itu Devan masuk. Mengekor Sinta menuju ruang tamu.

Saat sampai di ruang tamu,Farizh terkejut. Namun ia dapat meminimalisir rasa terkejut. Memasang tampang datar, itu keahliannya.

Devan juga terkejut, tak hanya Farizh. Ditambah lagi sekarang ia merasa kikuk karena di ruang tamu hanya berdua dengan Farizh. Sedangkan Sinta pamit ke dapur sebentar.

Tak lama kemudian Maryam turun dengan seragam sekolah yang rapi, dengan tas warna hitam di pundaknya.

"Ayo Rizh!" Ucapnya belum melihat ke arah sofa tamu.

Ia memeriksa kembali tasnya sambil menuruni tangga. Setelah sampai di ruang tamu ia meresleting tasnya. Lalu menaruhnya kembali di pundaknya. Ia mendongakkan kepala ke arah sofa. Ia sedikit terkejut karena kedatangan Devan.

"Eh Devan. Napa Van?" Tanyanya.

"Rencana sih mau pergi bareng.Tapi kak Farizh udah nungguin."Jawab Devan.

Dilema...

"Ck... sok panggil kak. Emang gue kakak lo." Decaknya dalam hati.

"A... Ak...aku ke belakang bentar." Ucap Maryam kikuk. Setelah Maryam pergi Devan bersuara.

Dikala Hujan RedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang