MBF | CHAPTER 3

2K 91 0
                                    

#[DEMI KEBAHGIAAN MEREKA]#

Biarlah kita korbankan perasaan kita, demi mereka yang sudah berkorban demi kita selama ini
.
.
.
.

"Leora, Alfa, Zevan, cepat, masih pada idup gak sih di atas" sudah kesekian kalinnya Gelia berteriak memanggil anak-anaknya yang tak kunjung  nampak batang hidungnya sedari pagi tadi

"Iya Mih, ini Zevan lagi pasang sepatu" teriak Zevan dari lantai dua, dengan suara kencang

"Buruan, keluarga om Devon udah nungguin kita" teriak Gelia lagi dengan suara yang lebih kencang dari sebelumnya

Dan ampuh, ketiga anaknya langsung berlari menuruni tangga "Mamih, suara kencang banget sih" canda Zevan yang paling awal sampai di dekat Gelia

"Udah jangan banyak bacot, ayo, mereka udah nungguin kita" Gelia langsung berjalan mendahului tiga anaknya

"Repot dah punya emak, yang rusuh gitu" gerutu Leora yang berjalan ogah-ogahabmn di belakang ibu dan dua adiknya.

Di perjalanan hanya ada kesunyian, semua hanya diam, Gelia pun tak bergeming, ia hanya duduk diam sambil membaca sebuah buku yang sepertinya adalah buku laporan pemasukan dari sebuah yayasan yang ia miliki.

Sementara Alfa yang duduk di samping sopir, hanya fokus pada gadjet yang jarang sekali lepas dari tangannya. Zevan?, dia malah hanya menatap jalanan, ntah apa yang di lihat oleh anak yang sekarang duduk di bangku kelas dua SMP itu, dan Leora, ini yang paling aneh, hari masih pagi, dia malah memejamkan matanya dan kembali berlayar ke alam mimpi.

💍

Jovan hanya duduk diam di atas tikar yang terbantang di pinggir danau buatan tersebut, sedari tadi pandangannya tak lepas dari benda pipih yang ia pegang, bahkan tak melirik kue pai yang terlihat lezat di depannya.

"Bang, ih, bang, Jovan" panggil seorang gadis yang duduk berhadapan dengan Jovan, karena sedari tadi kakaknya itu hanya mendiamkannya

"Bang, iih, ngeselin banget tau gak, ini bang kuenya minta di makan sama abang" kesal gadis itu, namun semua usahanya hanya sia-sia, Jovan tak bergeming, masih terus melihat ponselnya tanpa memperdulikan sang adik

Rara--adik Jovan-- tak putus asa, kali ini ia melambaikan tangannya di depan wajah sang kakak agar Jovan melihatnya, namun. tak kunjung berhasil "bang, abang, oh abang, abang"

Dan...

Kali ini tak sia-sia, Jovan melirinya, Rara tersenyum sumringah saat sang kakak meliriknya walaupun dengan tatapan dingin seperti biasanya "akhirnya" gumamnya yang masih bisa di dengar oleh Jovan

Namun harapannya kembali sirna tatkala Jovan kembali fokus pada ponselnya

Namun tak berselang lama, senyuman manis Rara terbit kembali, gadis yang sekarang duduk di bangku kelas dua SMP yang sama degan Zevan tersebut tersenyum kembali tatkala melihat Leora berjalan santai menuju ke arahnya.

"Hai, Besan" sapa Gelia pada Diana --Ibu Jovan--

"Hai, Besan, hai juga Leora" sapanya balik pada Gelia dan Leora yang berdiri di samping  Gelia

Leora salam sambil mencium punggung tangan Diana

"Eh, sini yok, ini tante udah siapin semuanya, yok duduk"

Sementara Jovan sepertinya masih belum menyadari kehadiran keluarganya.

"Jovan, ini Leora dan keluarganya udah datang, simpen dulu handphone kamu" suruh Diana

My bad boy FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang