MBF | CHAPTER 19

978 48 4
                                    

Leora Galau

Lebih baik jadi anak kecil aja terus, palingan cuma nangis kalau mau es krim.
.
.

Jovan melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata pelukan tangan di pinggangnya membuatnya sedikit tidak nyaman, namun ia hanya diam takut gadis di boncengannya itu tersinggung.

Sesampainya di parkiran cewek tersebut turun diikuti Jovan.

"Din, gue mau ngomong sebentar" Jovan menghentikan Dinda yang hendak melangkah pergi.

"Apa kak?, Gak bisa nanti aja aku ada pr yang belum dikerjain" Dinda menunjukkan cengirannya kudanya pada Jovan.

"Gak bisa harus sekarang bentar doang disini" tegas Jovan mengulang.

Dinda hanya menurut, tidak mudah untuk dekat apalagi untuk jadi pacar Jovan jadi sekarang kalau sudah dapat jangan di sia-siakan, kira-kira begitu prinsip hidup Dinda sekarang.

"Mau ngomong apa kak?" Tanya Dinda to the point.

"Hubungan kita sampai sini aja, kita putus"

Dinda kaget bukan main, apa kata Jovan tadi putus?, Yang benar saja bahkan mereka pacaran baru genap satu Minggu.

"Kak, jangan bacanda dong"

"Gue gak becanda, gue ngomong serius kita putus"

Dinda tak terima dengan keputusan sepihak Jovan.

"Aku salah apa sama kakak, sampai kakak putusin aku?"

"Lo gak salah apa-apa cuma gue doang yang belum bisa lupain Billa"

Alasan yang tidak bisa Dinda sangka keluar dari mulut Jovan, lalu untuk apa seminggu ini dia pacaran dengan Dinda.

"Kak, plis dong jangan putusin aku" Dinda menggenggam tangan Jovan agar cowok itu mau mengasihaninya.

"Lo berhak dapat yang lebih baik daripada gue Din" Jovan pergi meninggalkan Dinda yang masih terdiam dengan pikirannya sendiri.

💍

Leora berkutat dengan catatan yang diberikan oleh Buk Dina, bukan satu atau dua lembar yang diringkas tapi satu bab, karena mengingat waktu ujian yang sudah semakin dekat.

"Capek gue" Aura melemparkan penanya ke sembarang arah diatasi meja.

"Kalau gak selesai Ibuk bisa kasih nilai gak selesai juga" Buk Dina lewat di samping meja Aura dan Leora.

"Iya ini lanjut buk" Aura kembali mengambil penanya lalu menulis dengan perasaan jengkel.

"Udahlah terima aja" gumam Leora.

"Waduh tumben banget lo rajin, biasanya juga paling cepat ngeluh"

Leora tak menjawab lagi, ia terus meringkas meski tangannya sudah terasa kaku untuk menulis.

Kring.....
Kring.....

"Alhamdulillah" Aura langsung berdiri dari bangkunya.

"Oke karena waktu sudah habis kalian lanjut dirumah dikumpul dua hari dari sekarang".

Buk Dina pergi meninggalkan kelas.

"Yok kantin, perut gue benar-benar mendambaan mi instan setelah mencatat satu bab" Aura membiarkan barang-barangnya tergeletak begitu saja dan berniat pergi kekantin.

My bad boy FianceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang