Taehyung kini jauh lebih dingin. Aku jarang sekali melihatnya melintas didepan kelasku. Dikantin? Dia juga tidak pernah ke kantin setelah kematian Hye Ra. Aku sampai bingung harus mencarinya kemana lagi. Dia seolah menghilang ditelan bumi.
"Jung,kau tahu dimana Taehyung?" Tanyaku saat memberi Jungkook minum. Latihan basket baru saja selesai,kebetulan aku bawa dua botol jadi kuberi saja satu pada anak itu.
"Baru saja lewat bersama Irene,kenapa?"
Irene? Apa Taehyung berpacaran dengan wakil osis itu? Tapi tidak mungkin,Irene kan sudah berpacaran dengan Kim Suho si kakak kelas akhir. Lalu ada urusan apa? Baru hendak menanyakan hal itu,mataku tak sengaja menangkap presensi Jimin yang baru keluar dari gymnasium.
"Jimin!" Panggilku. Dia menoleh. Kemudian tersenyum ketika aku melambaikan tangan. Dia menghampiri kami,Jungkook tampak meyenggol bahuku ketika Jimin datang. Ah mungkin dia tak nyaman karena aku mengenal si kutu buku ini.
Kata Jungkook,Park Jimin itu misterius. Dia terkenal penyendiri dan enggan berteman. Perpustakaan dan Gymnasium adalah hal yang sukar terlepas darinya. Dia juga jarang ke kantin. Tapi sewaktu aku berbicara dengannya pekan lalu,dia ramah dan terlihat sangat baik.
"Kenapa,Jen?" Dia bertanya. Tingginya yang agak jauh dari Jungkook,mengharuskan anak itu untuk mendongkak guna menatap Jungkook. Dan yang kulihat,Jungkook terlihat was was dengan Jimin. Ada apa sebenarnya? Kenapa aku merasa bahwa Jungkook sangat membenci Jimin? Yah,aku tidak asal bicara. Dari tatapan Jungkook,aku mengerti ketidaksukaannya akan sosok Park Jimin. Padahal mereka berasal dari kampung halaman yang sama,Busan.
"Jen,aku ke kelas Park Lili dulu! Dia mungkin sudah menungguku."
Hell,Apa maksudnya dengan Park Lili? Jelas jelas dua hari lalu anak itu ditolak dengan halus. Anak ini memang tidak beres. Menginterogasinya sepertinya hal yang menarik. Ah,lama sekali tidak mengganggu Jeon Jungkook. Semenjak aku menyukai Taehyung,aku jarang sekali menganggu Jungkook seperti dulu. Menganggu disini maksudku- ya menggoda dan mengejek Jungkook tentang apapun. Terlebih aku selalu memegang kunci mati Jungkook,jadi anak itu tidak berani macam macam dan jadi penurut dalam sekejab.
Rindu sekali dengan kekosongan hatiku pada masa itu. Sebelum Taehyung masuk dan menginvasi tiap titiknya tanpa jeda.
"Lama sekali tidak berbincang semenjak waktu itu,kau kemana saja?" Aku mulai menjawabnya ketika Jungkook sudah pergi tanpa persetujuanku. Jimin tersenyum,dan perlu kalian tahu- itu manis sekali. Aku tidak bohong bahwa ada sepercik rasa kagum akan dirinya. Dalam pandanganku,Jimin terlihat seperti peri saking lembutnya dalam bersikap.
"Aku menghabiskan waktuku di gymnasium,kadang juga ke perpus. Lain kali datangi aku kalau kau mencariku." Dia terkekeh diakhir kalimatnya. Sementara aku langsubg menengang setelah mendengar satu kata dikalimatnya. Tubuhku sedikit bergetar seiring tanganku yang diam diam mengepal kuat.
"Gymnasium? Kau-tidak takut?"
Jimin mengernyit,oh- maksudku dua hari lalu kan Hye Ra tiada digedung itu. Apa Jimin tidak takut akan-
"Kenapa takut? Gymnasium kan memang tempatku. Lagipula Hye Ra-"
"O-oke jangan diteruskan,aku sedikit trauma dengan kejadian itu."
Jimin mengangguk mengerti. Kemudian dia menarik tanganku dengan senyum yang lagi lagi terkembang manis. "Ikut aku ke rooftop ya,ada hal yang ingin kukatakan padamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Choose You | Revenge and the past
Fanfiction- revisi "Me and you, are the thread of destiny. Me for you, and you for me." ©️Flo! 310320-140920 #5 in taennie on September 16 2020