Apa kalian bertanya tanya bagaimana nasib Park Lili setelahnya? Ya,aku dipenjara. Masa hukumanku berlangsung seumur hidup. Aku tidak menyesal. Justru aku bahagia karena telah membalaskan semuanya. Kudengar Taehyung meninggal. Aku senang sekali. Tapi ternyata kakakku,Jungkook,dan paman Mattius juga meninggal. Aku sedih,tentu saja.
Ketika mengingat bagaimana usaha kakak dalam menghidupiku,aku tersenyum miris. Meski rasa kemanusiaanku telah mati. Aku masih punya perasaan. Hidupku menderita selama ini,apa aku tidak pantas bahagia? Apa semesta menganggap hidupku ini lelucon?! Entah. Dunia dan seisinya memang gila.
Selama dipenjara,aku bertemu banyak manusia manusia penuh dosa yang terjebak karena beragam alasan. Aku memahami mereka. Sejujurnya,berbuat jahat adalah satu satunya cara bagi orang sepertiku untuk menonjolkan diri. Jika aku tetap bersikap baik,menjadi gadis lugu yang rapuh,bagaimana nasibku didunia ini? Aku tidak punya teritori—kekuasaan. Aku tidak akan bisa melawan para tikus tikus besar tanpa perasaan itu. Aku hanya akan kalah,dan hidup dalam penderitaan seumur hidup.
"Pada akhirnya,manusia manusia tanpa hati itulah yang tetap jadi juara bertahan." Ujar Ko Junhoe,pemimpin cabang Yakuza di Korea. Aku sedikit ngeri melihat jajaran tato yang memenuhi kedua lengannya. Juga beberapa tindik di area telinga dan lidahnya. Penampilannya cukup keren sih. Tapi aku tidak suka.
"Hm." Jawabku.
Junhoe terkekeh kecil saat menyadari ekspresiku yang sama sekali tidak berminat dengan arah pembicaraannya. Dia menepuk nepuk punggung tanganku,lantas tersenyum lebar,"Jika aku bebas nanti,aku akan membebaskanmu."
"Tidak perlu. Urusanku sudah selesai."
"Siapa bilang? Katanya masih ada beberapa orang yang hidup dari tragedi itu,yakin tidak mau melanjutkan?"
"Berhenti mempengaruhiku Ko Junhoe!!" Aku langsung menembakkan irisku tepat dihazel coklatnya. Junhoe terdiam sejenak. Mungkin agak terkejut.
"O–ke,santai saja. Tidak perlu menatapku seperti serigala begitu."
"Kau menggangguku!!"
Dia tertawa lagi,selalu begitu. Padahal kurasa tidak ada hal lucu yang patut ditertawakan. Orang orang disini memang tidak waras.
"Kebahagiaanku juga direbut Lili. Ibu kandungku sendiri membuangku,sementara ayahku,malah pura pura menutup mata dan telinganya meski aku disiksa habis habisan oleh ibu tiriku. Kadang,aku jauh lebih membenci ayahku dibanding wanita sialan itu,"
Junhoe diam sejenak,memandangi ventilasi udara dilapas ini dengan pandangan penuh luka,"Bergabung bersama Yakuza adalah cara terbaik untuk menunjukkan kekuatanku. Aku punya kuasa,aku ditakuti banyak orang,bahkan setiap langkahku adalah alarm kematian bagi orang orang tertentu."
Aku hanya diam mendengarkan. Junhoe menghela nafas begitu panjang,sekilas aku bisa melihat bahwa dalam setiap hembus nafasnya,ada begitu banyak duka yang ia simpan kuat kuat. Manusia bukan robot baja. Mereka bisa lelah. Jangan kira orang seperti kami tidak kenal sedih. Terlalu sering berteman dengan duka dan sepi,membuat kami tak lagi punya banyak kata untuk diungkapkan.
"Cih," aku mendecih. Sebenarnya aku tidak bermaksud demikian,aku hanya—
"Gengsi!" Ucapan Junhoe membuatku terhenyak selama beberapa detik. Kemudian tawa rendahnya mengalun mengisi ruang kosong diantara kami.
"Jangan sok tau! Aku sama sekali tidak berminat dengan kehidupan masa lalumu." Jawabku,begitu tenang.
Junhoe dengan gencar menggodaku, "Benarkah?" Ujarnya seolah tak percaya. Aku tidak menjawab. Membiarkan lelaki Ko itu berbuat semaunya.
Udara lapas terasa begitu pengap. Nyaris lima tahun aku hidup dengan keseharian yang sama. Akhir akhir ini aku banyak sekali merenungkan nasib. Jika dipikir pikir, aku berakhir seolah sampah selepas malam itu. Pada awalnya aku memang memiliki tekad untuk kabur dan menjalin relasi lagi dengan beberapa orang orang kuat diluar sana. Dalam pikiranku yang masih labil,aku ingin membalaskan dendam hingga akhir hidupku. Hingga aku tidak punya tenaga lagi untuk menertawakan nasib mereka. Aku begitu serakah.
"Napi nomor 2927, ada seseorang yang ingin menemui anda." Aku terkesiap sejenak,kemudian menunduk tanpa ekspresi pada sang sumber suara. Berlalu pergi,meninggalkan Ko Junhoe yang memandangi punggungku yang menjauh.
Memang siapa lagi yang ingin menemuiku? Apakah Jennie? Ah,ini belum genap sebulan sejak terakhir kali dia menemuiku. Kalau begitu—apa dia Kim Hae In?
Ah entahlah...
"Park Lili!" suara ini...
"K—kak?"
"Apa kabar?" Aku menanggapi dengan senyuman,mengatakan bahwa aku baik baik saja sejauh ini.
"Apa kau menyesal?" Retorik. Tentu saja tidak! Aku bahkan tidak merasa lega sedikitpun selepas banyak korban yang berguguran. Aku tidak puas. Bahkan orang yang paling kubenci malah mati dengan begitu mudah. Jika begitu, apa aku pantas menyesal?!
"Jika keberadaanmu hanya untuk membuka luka masa lalu,lebih baik kau pergi dari sini! Tidak perlu repot repot—"
"Aku akan membebaskanmu!"
"Kak Namjoon!"
"Aku akan memberikan hidup yang lebih baik untukmu. Berubahlah Park Lili! Kim Sejeong sudah menikmati hidupnya di neraka. Kini...saatnya kau berubah." Dibalik ucapannya,kesungguhannya terasa begitu nyata.
Kim Namjoon,apa rencanamu sebenarnya?
"Apa yang bisa kupercaya dari mantan narapidana yang telah membunuh puluhan manusia sepertimu? Kau pikir aku bodoh?"
Namjoon terkekeh kecil,"Aish,gadis kecil yang pintar. Bagaimana? Aktingku bagus bukan?"
Aku mencibir. Bagus? Bagus apanya. Aku tidak akan percaya semudah itu. Namjoon tidak akan berubah secepat itu meski telah dikurung 100 tahun. Dia tidak akan pernah berubah!
"Bagaimana keadaannya?" Tanyaku. Yang kumaksudkan disini adalah istrinya. Istri yang nyaris ia bunuh karena dendam masa lalu. Lee Elena,anak bungsu Hansu Lee,kembaran Mark yang menghilang.
"Dia hamil. Anakku."
Aku tertawa sarkas,"Apa kubilang?! Wanita itu tidak akan macam macam kak,masa kau tidak tahu sih? Lalu,bagaimana nasib kakaknya setelah tahu keberadaan adiknya?"
"Tentu dia terkejut,bahkan mengancam akan menghancurkanku detik itu juga. Dilihat dari nada bicaranya,dia tidak main main. Shhh,tapi apa benar dia kembaran Elena?" Namjoon tampak ragu.
Aku berdecak,"Menurutmu?"
"Ah sudahlah,aku pindah saja ke Swiss. Tinggal di Korea membuatku pusing!"
Aku tertawa, "Ajak aku kalau begitu,tinggalkan saja Elena. Lagipula hatimu tidak akan luluh meski dia sedang mengandung anakmu!" Usulku.
Bukannya marah Namjoon malah tertawa, "Kau benar. Ah,apa aku harus membebaskanmu sekarang juga,sepertinya kau tidak sabar menghirup kebebasanmu lagi?"
Aku menjetikkan jari, tersenyum lebar, " Ide bagus! Bebaskan aku tuan Kim."ujarku sambil tersenyum menggoda.
Sementara Namjoon,menarik birainya penuh arti.
[]
Hai guise,apa kabar?🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Choose You | Revenge and the past
Fanfiction- revisi "Me and you, are the thread of destiny. Me for you, and you for me." ©️Flo! 310320-140920 #5 in taennie on September 16 2020