Angin menyapu wajahnya ketika dengan cepat langkah itu bergerak menuju suatu tempat dimana ada seseorang yang sedang ingin ia jumpai di sana. Bagaikan mentari yang merindukan siang, hatinya menjadi tergerak untuk bisa berada di sampingnya setiap saat. Datang melengkapi kehidupannya tanpa ada yang memaksa.Selepas kelas Pak Alex beberapa puluh menit yang lalu, Vano langsung menuju sebuah ruangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan yang selalu dijadikan tempat diskusi oleh FLP (Forum Lingkar Politik) yang digagas oleh Dheo lima tahun yang lalu.
Vano memang bukan lagi anggota forum itu, tapi siang ini hatinya terdorong untuk datang mengikuti diskusi tersebut. Setelah perjumaan dengan Dheo di rumah kontrakannya seminggu yang lalu, Vano cukup sering menjumpainya untuk bimbingan. Setidaknya sudah 3 kali ia bertemu Dheo di ruang dosen untuk membicarakan laporan usulan penelitiannya dalam seminggu terakhir. Selebihnya komunikasi di antara mereka hanya terjadi lewat jejaring BlackBerry Messenger.
Diskusi dalam forum itu biasanya melakukan pertemuan setiap seminggu sekali pada Jumat sore. Membicarakan banyak hal seputar isu-isu sosial dan politik atau membahas buku hingga film yang masih berkaitan dengan identitas forum itu yang lebih konsisten terhadap kajian Politik dan Pemerintahan. Pembicara dalam setiap diskusi pun selalu beda. Bisa dosen dari dalam kampus atau dosen dari kampus lain. Terkadang juga penulis buku, pakar politik, bahkan mahasiswa yang kompeten dalam tema diskusi.
Berbeda dengan Minggu ini. Diskusi dilakukan di siang hari dan bukan hari Jumat. Dheo adalah pembicara yang dijadwalkan mengisi kajian Minggu sekarang. Tetapi dikarenakan pada hari Jumat nanti Dheo ada keperluan ke luar kota, jadi ia mengganti ke hari lain. Dan anggota FLP sepakat untuk melakukan pertemuan siang ini karena kebanyakan dari mereka tidak memiliki jadwal kuliah di siang hari ini.
Diskusi selalu berlangsung sekitar 2 hingga 3 jam. Pesertanya sendiri selain dari anggota FLP, bisa juga mahasiswa tingkat awal yang punya mata kuliah yang berhubungan dengan tema diskusi atau mahasiswa umum lainnya. Vano sendiri pernah menjadi anggota FLP ketika masih tingkat 1. Tetapi ia memutuskan keluar karena ketidak-tertarikannya terhadap bidang politik.
Hari ini, ruangan diskusi sangat penuh. Rupanya antusiasme mahasiswa mengikuti diskusi Minggu ini sangat besar. Berhubung pintu ruangan itu berada di bagian belakang, Vano bisa leluasa masuk kapanpun meski harus mengendap-endap dan langsung duduk di kursi paling belakang yang masih menyisakan tiga kursi tambahan yang kosong.
Di bagian depan, Dheo sedang menjelaskan topik yang diangkat dalam diskusi Minggu ini seputar Dasar Negara yang mengaitkan Islam dan Pancasila. Penyampaian materi hingga tanya jawab sudah berlangsung lebih dari dua jam sejak dimulai jam setengah 11 siang, beruntung karena Vano masih kebagian materinya ketika ia datang.
"...Perdebatan tentang dasar ideologi negara dalam Majelis Konstituante berlangsung sampai rapatnya yang terakhir pada 2 Juni 1959, tanpa suatu keputusan. Dengan demikian, pembuatan Undang-Undang Dasar permanen menjadi terbengkalai. Pada saat itu, Pemerintah membaca situasi ini sebagai suatu kemacetan konstitusional yang serius. Maka pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno dengan sokongan penuh dari pihak militer mengeluarkan dekrit untuk kembali kepada UUD 1945 dan sekaligus membubarkan Majelis Konstituante yang dipilih rakyat itu. Kalian tahu, situasi yang begitu seronok tersebut telah mengguncangkan umat islam pada saat itu, baik secara politik maupun secara psikologis. Nah, di bawah payung UUD 1945, Soekarno telah kembali menggenggam kendali pimpinan politik nasional dengan kekuasaan yang hampir-hampir tak terbatas. Di bagian ini memusatkan perhatiannya pada realitas politik yang tidak menguntungkan umat Islam pasca-pembubaran Majelis Konstituante" Dheo menjelaskan sepanjang diskusi dengan gaya khas nya yang selalu detail.
Di bagian paling belakang, Vano hanya bisa memandanginya dengan penuh kekaguman. Padahal, belum sampai 10 menit ia duduk di ruangan itu.
Sesaat kemudian, seorang anggota diskusi itu mengacungkan tangannya. "Pak, berbicara soal UUD nih. Sejak kemerdekaan itu kan seperti yang sebelumnya Bapak jelaskan jika Indonesia telah memiliki tiga UUD sementara yaitu UUD 1945, 1949 dan 1950. Dimana dengan Dekrit 5 Juli, UUD 1945 lah yang dinyatakan sebagai UUD permanen dan pancasila sebagai dasar ideologi negara. Pertanyaan saya, bagaimana dengan dasar Islam yang diusulkan pada waktu itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love without Degree
General FictionHighest Rank: No #2 - Dalam Kategori "Misteri" (Mei, 2018) ✔ "LOVE WITHOUT DEGREE" ADALAH SEBUAH CERITA KELUARGA, PERSAHABATAN, CINTA DAN MISTERI KEHIDUPAN YANG SEMUANYA DIBUNGKUS DALAM ALUR PLOT-TWIST BERLATAR TAHUN 2000-AN DAN TAHUN 90-AN. ✔...