Dheo memandang cemas ke arah Vano dari celah pintu. Ada kekhawatiran yang begitu besar jika harus meninggalkan Vano seorang diri. Terlebih sifat sedikit tempramennya itu susah sekali ditebak. Sambil menepuk-nepuk kecil pahanya, dia berbalik. Dibukanya pintu rumah itu lalu berbicara dengan sedikit ragu, "Aku... aku rasa sebaiknya kamu ikut aku Van. Perasaanku gak enak" desisnya. "Sekalian, aku juga ingin memperkenalkan kamu pada keluargaku"
Vano baru saja hendak duduk di sofa. Menyadari Dheo kembali ke dalam rumah, dia urungkan niatnya dan berbalik arah menatap ke sumber suara, "Loh... kok balik lagi?" tanya Vano penasaran. Kemudian langkahnya menghampiri Dheo yang berdiri di dekat pintu. "ada yang ketinggalan?"
Dheo menggeleng yakin.
"Terus?"
"Kamu ikut aku pulang ya? Nanti aku sekalian kenalin kamu ke keluarga aku" ujar Dheo penuh harap.
Vano membuang napas kecil mendengar itu. Disentuhnya pundak Dheo sembari diusapnya dengan perlahan, "Hemm... sayang... kita udah bicarakan ini dari semalam. Kamu ada apa sih? Udah deh... aku di sini akan baik-baik saja dan aku janji aku gak akan menemui Jerry sebelum kamu balik dari kampung, oke?"
"Tapi..."
"Aku bukan anak kecil Dhe... ya... meski aku gampang emosian, tapi untuk kasus ini aku gak mau salah langkah lagi. Jadi aku rasa kita perlu bukti selanjutnya untuk meyakinkan kalau Jerry itu memang benar-benar terlibat" potong Vano meyakinkan. Genggaman tangan yang ia berikan pada Dheo sedikitnya membuat Dheo percaya bahwa Vano tidak akan bertindak gegabah saat ia pergi.
Tapi tentu bukan itu saja yang membuatnya khawatir, kali ini ia benar-benar mencemaskan sosok pacarnya jika harus ia tinggal pergi. Ia sadar jika terdengar berlebihan. Apalagi Vano memang bukanlah anak kecil yang harus ia jaga setiap waktu. Maka Dheo berusaha berdamai dengan dirinya sendiri dan berusaha mengerti posisi Vano. "Emm... janji ya"
"iya Dheo sayang..." Vano tersenyum tulus.
"ya udah kalau gitu aku beneran pamit sekarang" ujar Dheo. Ia kembali menarik gagang pintu dan bersiap untuk pergi.
"Hati-hati ya... titip salam buat keluarga kamu"
Dheo mengangguk diakhiri dengan seulas senyuman manis, "Assalamualaikum"
"Waalaikumussalaam..."
Pagi ini ketika waktu baru saja menunjukkan pukul setengah lima pagi, Dheo meninggalkan rumah setelah menjalankan shalat subuh berjamaah dengan terburu-buru. Lebih tepatnya ia akan meninggalkan Jatinangor dalam dua sampai tiga hari ke depan.
Kemarin sore saat dirinya baru saja pulang kerja, Dheo mendapatkan kabar jika salah satu anggota keluarganya ada yang sakit keras. Dan itu dengan jelas mengharuskannya untuk pulang mengingat secara tidak langsung dirinya juga bertindak sebagai anak yang menanggung sebagian besar biaya hidup keluarganyaa. Di sisi lain, Dheo merasa jika sudah cukup lama dirinya gak pulang ke Jogja. Maka setelah berbicara panjang lebar denga Vano, akhirnya ia segera memesan tiket kereta hari ini untuk menghantarkannya ke kampung halamannya.
Ada perbincangan cukup lama antara Dheo dengan Vano sebelum memutuskan untuk membeli tiket. Dari sejak sore kemarin itu, sikap Vano begitu menggebu untuk segera menemui Jerry. Namun Dheo berkali-kali meyakinkan bahwa terlalu terburu-buru jika mereka harus mendatangi Jerry untuk menanyakan soal kasus kematian ayahnya itu. Belum lagi Dheo tahu betul sifat Vano. bukan sebatas mencari tahu yang akan ia lakukan, lebih jauh kekhawatiran itu tertuju pada keributan yang akan Vano buat ketika berhadapan dengan Jerry mengingat nafsu Vano begitu besar kalau sudah kesal sama seseorang. Maka Dheo memintanya untuk ikut ke Jogja.
Tapi Vano mengerti dengan semua penjelasan yang Dheo berikan sehingga ia meyakinkan Dheo untuk tidak perlu mengkhawatirkan dirinya. Vano juga tak perlu ikut bersama Dheo. Apalagi tak ada alasan yang benar-benar masuk akal untuk ikut Dheo pulang selain menjenguk keluarga Dheo. Tentu, Vano juga memikirkan akomodasinya yang jika dihitung-hitung lumayan besar juga rupiah yang akan keluar jika ia harus ikut. Meski itu tak masalah bagi Dheo, tapi bagi Vano itu bukanlah suatu perkara sepele.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love without Degree
General FictionHighest Rank: No #2 - Dalam Kategori "Misteri" (Mei, 2018) ✔ "LOVE WITHOUT DEGREE" ADALAH SEBUAH CERITA KELUARGA, PERSAHABATAN, CINTA DAN MISTERI KEHIDUPAN YANG SEMUANYA DIBUNGKUS DALAM ALUR PLOT-TWIST BERLATAR TAHUN 2000-AN DAN TAHUN 90-AN. ✔...