19 - CINTA DAN KERAGUAN [1]

2.3K 232 35
                                    

#DheoPoV

"Kenapa setiap malam aku selalu sibuk memikirkanmu Vano" gumam Dheo dalam hatinya.

Sudah lewat jam dua pagi, matanya benar-benar belum bisa untuk terpejam. Sementara di sebelahnya, Vano sudah terlelap sejak tiga jam yang lalu. Berkali-kali ia menatap wajah tenang Vano saat tertidur yang hanya bisa dilihatnya lewat pantulan lampu dari luar mengingat mereka selalu memilih mematikan lampus saat tidur.

Dheo tak pernah menghitung berapa lama ia mulai dekat dengan Vano, tetapi sejauh kebersamaaan mereka terjadi, Dheo masih belum bisa percaya kalau orang yang bertahun-tahun disukainya itu kini bisa tidur satu kasur dengannya meski masih ada guling yang setia membatasi mereka.

Kehadiran Vano di rumahnya semakin membuat rasa cintanya itu tertanam begitu besar. Ia senang bukan main sekalipun belum bisa menyentuh Vano. Tetapi justru itu yang membuatnya semakin mencintai Vano. Dia adalah orang pertama yang menjadi pacar Dheo yang bisa dibilang paling beda dari mantan-mantannya yang lain yang pernah ia kencani baik laki-laki maupun perempuan. Terutama laki-laki, bukan rahasia umum kalau hubungan di kalangan sesama jenis itu selalu berawal dari kasus pergulatan nafsu di atas ranjang. Tapi Vano bisa menjadi pacarnya yang tanpa melalui kegiatan penuh birahi itu terlebih dahulu.

Kalau boleh jujur, birahi Dheo terus meronta-ronta. Bagaimana tidak, ia telah memutuskan untuk tidak berkencan dengan siapapun sejak enam tahun lebih, khususnya sewaktu ia mengenal sosok Vano. Tetapi ia adalah seorang lelaki pada umumnya yang mustahil tidak melakukan hal-hal sederhana semacam masturbasi ketika birahi mereka datang. Dheo pun begitu. Ia hanya menuntaskan hasrat seksualnya lewat masturbasi yang setiap Minggu pasti dilakukannya. Bahkan bisa tiap malam kalau nafsunya itu lagi memuncak. Kendati demikian, Dheo berhasil untuk lepas dari jerat persetubuhan sesama jenis sejak ia memiliki optimisme besar bahwa ia akan mengejar seorang mahasiswa bernama Vano itu hingga mendapatkannya suatu hari nanti. Dan hari ini itu terjadi. Itulah yang baginya dinamakan mimpi jadi kenyataan.

Pergaulan dengan teman-teman gay-nya di Bandung sejauh ini berjalan baik-baik saja, Dheo tetap teguh dengan pendiriannya untuk tidak menuntaskan hasratnya itu pada cinta satu malam saja. Dan malam ini, entah kenapa setan seakan sedang berkumpul di kamarnya. Membisikan ribuan rayuan untuk bisa menyentuh kekasihnya itu. Dari sore ia pulang kerja ketika melihat Vano sedang asik menyiapkan hidangan gulai jantung pisang itu, Dheo sudah terbakar momentum cinta yang teramat besar. Belum lagi ketika sesi makan-makan ubi Cilembu di tengah Vano mengerjakan skripsinya. Vano mulai terbiasa dengan kedekatan mereka bahkan hingga bisa tiduran di pahanya Dheo. Kebersamaaan singkat yang penuh cinta itu benar-benar telah berhasil membuat Dheo semakin ingin menyentuh tubuh Vano barang semenit saja. Namun apa daya, ia tak kuasa melakukannya

"Arrgh! Sial! bisa lepas kontrol gue kalau gini ceritanya" Dheo berbisik dalam hati sambil meremas rambutnya.

Lalu dengan perlahan dibukanya selimut yang menutupi tubuhnya. Dalam sekejap, tubuhnya itu sudah keluar dari kasur dan Dheo memutuskan untuk memilih tidur di kursi ruang televisi. Dengan mengendap, kakinya sudah tiba di ujung pintu kamar. Namun kecemasan seketika kembali datang. Pintu tua itu hanya akan mengeluarkan suara kalau ia buka meskipun dengan perlahan. Sementara Dheo tak ingin sedikitpun mengganggu tidur pulas Vano.

"Dhe..." Gumam Vano.

Dheo baru saja hendak memegang gagang pintu itu, kemudian segera berbalik sedikit kaget ketika sebuah suara memanggilnya. "Vano?" bisiknya tak yakin.

Dilihatnya baik-baik wajah Vano yang masih terpejam. Dheo mengerutkan keningnya tak mengerti. 'Vano masih pulas. Terus yang manggil barusan siapa?' pikirnya.

Ia kembali berbalik untuk membuka pintu.

"Dhe..." suara itu kembali memanggil namanya. Dheo diam sesaat. Ia yakin betul itu berasal dari Vano. Sementara Vano masih terlihat pulas saat dilihatnya beberapa detik yang lalu. Maka rasa takut mulai menggerayaminya.

Love without DegreeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang