Tak ada ungkapan habis gelap terbitlah terang dalam kehidupannya. Yang ada hanyalah habis gelap terbitlah rasa dingin yang menyengat kulit, rasa lapar yang menggerus lambung, dan rasa letih yang menenggelamkan jiwa dan raganya. Sudah puluhan kilometer ia tempuh. Mengandalkan kaki-kaki kecilnya yang rapuh. Memandangi setiap sudut kota yang terasa dingin dan jahat. Dunia begitu luas, namun kenapa tak ada sepetak tempatpun untuknya? Manusia begitu banyak, namun kenapa tak ada satupun yang menyukainya. Dia, tak meminta untuk disukai, hanya saja... Kebencian orang-orang yang tak dikenalnya membuatnya terpuruk dan meringkuk. Setidaknya, ia ingin orang-orang tak menatapnya dengan tatapan hina.
Gadis itu menghentikan langkahnya. Kakinya luar biasa sakit. Nyeri karena perjalanan jauh dan perih tersengat panasnya aspal. Dingin mulai merasuk ke tubuh seiring dengan kegelapan yang mulai menyelimuti. Tangan kurusnya bak tulang berselimut daging, meraba perutnya dengan pelan. Mungkin lambungnya sudah mulai lengket satu sama lain karena tak ada asupan apapun yang masuk ke dalam perutnya. Lapar ini mencekiknya. Gadis itu buru-buru masuk ke dalam gang. Mengorek tempat sampah dan memeriksa setiap kantong kresek yang ada. Berharap secuil makanan dapat mengganjal rasa laparnya.
Matanya cantik, orang biasanya menyebutnya berwarna hazel. Mata itu meredup kehilangan cahayanya sejak sekian lama. Ketika tangannya menemukan makanan sisa itu, matanya sedikit lebih bersinar dan bibir mungilnya tersenyum tipis. Untunglah malam ini ia tak akan kelaparan. Jika boleh... Ia ingin mati, namun bukan dengan cara kelaparan. Itu sungguh menyakitkan. Dengan lahap ia memasukkan potongan demi potongan roti itu. Roti yang nyaris kadaluarsa terasa begitu nikmat. Sungguh beruntung ia hari ini, orang-orang begitu ceroboh meninggalkan roti mereka di tempat sampah.
Gadis itu mengambil sisa roti yang ada di kantong plastik dari tempat sampah dan berlalu pergi. Tak ada, sedikit jamur bisa dihilangkan. Bagi gadis itu, malam ini adalah sebuah berkah.
Gadis itu... Tanpa nama. Sejak remaja hidup terlantar membuatnya terbiasa tak memiliki nama untuk dipanggil. Tak ada ibu yang membelaimu sambil memanggilmu 'sayang' dan tak ada ayah yang akan menggendongmu sambil memanggilmu 'cinta', karena yang ada hanyalah panggilan kotor dan buruk dari orang-orang yang membenci kehadirannya.
Orang-orang di tempat tinggalnya dulu sering menyebutnya anak pelacur dan anak haram. Mereka bilang, ibunya tak memiliki suami dan melarikan diri setelah melahirkannya. Bahkan sang ibu tidak memberikan nama untuknya. Jadi kenapa ia bisa sebesar ini? Cukup berterima kasih pada seorang wanita yang menemukannya. Merawatnya hingga remaja dan menyekolahkannya.
Namun semuanya berubah. Semuanya bagai mimpi buruk di malam itu. Malam penuh kengerian yang gadis itu tak akan pernah bisa lupakan. Berulang kali ia menghilangkan seringai bejat terkutuk itu, namun hasilnya sama. Tak bisa! Ia tak bisa menghilangkannya. Gadis kecil yang diberi nama Bella itu, sudah mati baginya. Mati saat ia diusir dan diperlakukan layaknya binatang. Sekarang ia hanyalah gadis gelandangan tanpa nama yang akan terus mengembara hingga kedua kakinya mati rasa.
***
"Carren, kenapa kau masih menyimpan roti kemarin?"
"Memangnya kenapa?" seorang wanita yang bernama Carren menatap ke arah seorang pria yang menjulang di hadapannya. Wanita berkacamata bulat dengan frame berwarna silver itu tengah mengenakan sebuah celemek. Kedua tangannya berkacak pinggang.
"Kenapa?" pria itu membeo, "kau lupa? Toko rotimu ini bisa berdiri atas modal dari siapa? Aku memberimu modal untuk membangun sebuah tempat usaha yang berkelas. Roti-roti ini dan toko kue ini sama sekali tak serasi. Kau harus membuangnya karena toko ini hanya menyajikan roti hangat yang baru keluar dari oven." Carren menautkan alisnya tidak suka.
"Dengar, Tuan Kaya dan Berkuasa, roti-roti ini adalah anak-anakku. Aku membuat mereka dengan sepenuh hati bahkan aku mengabaikan panggilan dari tunanganku sendiri demi menaburkan parutan keju dan membalutnya dengan krim kocok, jadi terserah aku... Mau aku apakan roti-roti ini." Carren menatap tajam pria itu. "Mereka juga masih baik kondisinya. Tak ada barangku yang kadaluarsa." tambah Carren.
"Dan kalau kau lupa, Nona Keras Kepala...
Tuan ini adalah kakakmu sendiri. Aku akan mengabaikannya kali ini. Tapi jika kapan-kapan aku melihatnya lagi. Aku akan membuangnya dengan tanganku sendiri." Carren cemberut. Kakaknya itu selalu saja mengatur kehidupannya. Bahkan ia nyaris tak mendapatkan restu saat Matt, kekasihnya, hendak melamarnya. Sekarang pria arogan itu telah pergi. Hilang dari pandangannya.Carren memulai usaha ini sekitar 10 bulan yang lalu. Toko kuenya memang terlihat mencolok dan berbeda dari yang lain. Dekorasi mahal banyak terdapat di dalam toko kue itu. Tak heran jika banyak pelanggannya yang merupakan kaum elit. Sebenarnya Carren tak mengkhususkan kuenya untuk orang kaya. Hanya saja mereka mungkin ragu dengan harga kue Carren hanya dengan melihat desain mewah toko kue itu. Padahal harganya juga bervariasi, mulai dari yang puluhan ribu hingga ratusan bahkan jutaan untuk kue pengantin.
"Hai sayang, kenapa wajahmu cemberut? Merindukanku?" Carren segera menoleh. Mendapati sosok Mattew yang tersenyum lembut padanya. Selalu saja, pria itu dapat meredakan amarahnya hanya dengan melihat senyum berhiaskan lesung pipi yang menawan itu. Carren berlari dan memeluk Matt. Pria itu balas mendekap gadisnya dengan erat.
"Kakak." cicit Carren.
"Kenapa dengan kakakmu?" Matt sadar, dulu Gabriel Jackson memang sama sekali tak menyukainya. Orang bilang pria itu mengidap sister complex. Namun lama kelamaan, Gabriel luluh dengan permohonan Carren, dan akhirnya ia dapat bertunangan dengan Carren.
"Dia menyuruhku membuang roti kemarin. Dia sangat mirip Ayah. Aku tak suka jika ada orang menyuruhku membuang sesutu yang aku suka." kata Carren.
Matt melepaskan pelukannya. Kedua tangannya menangkup kedua pipi Carren dan mengecup bibir penuh Carren dengan singkat, "jangan terlalu diambil hati. Gabriel hanya tak ingin pelangganmu kecewa denganmu." Carren mengerucutkan bibirnya.
"Dia selalu semaunya sendiri. Aku sumpahi dia cepat ketemu dengan jodohnya. Dia arogan karena kesepian. Yah... Sulit juga orang seperti Gabriel dapat jodoh. Aku kasihan dengan wanita itu." celotehan Carren membuat Matt tertawa, gadisnya ini sungguh lucu.
"Bagaimana kalau kita kencan saja hari ini." tawar Matt.
"Oh astaga, jangan tanya. Ayo kita berangkat." Carren segera mengalungkan tangannya di leher Matt dan mencium pipi pria pujaan hatinya itu.
***
Tubuh ringkih gadis itu mulai kehilangan tenaganya. Kadang, ia berharap Tuhan akan langsung mencabut nyawanya tanpa rasa sakit yang berarti. Jiwanya akan tenang, terkubur dalam kesunyian. Ia akan terbang bebas. Tidak lagi meratapi keangkuhan dunia.
Lalu, bayangan itu datang kembali. Bayangan yang selalu ingin ia lupakan. Menjauh sejauh mungkin dan tidak ingin kembali lagi. Jika ia mati, setidaknya ia ingin menghantui manusia laknat itu sekali saja. Namun rupanya Tuhan terlalu sayang padanya. Gadis itu harus hidup, sekali lagi ia harus menapaki tajamnya dunia.
Setelah melewati hari yang dingin dengan malam yang ganas, tibalah ia di sebuah kota metropolitan megah. Sangat kontras dengan pakaian usang nan lusuh miliknya. Gadis itu meneguk ludahnya. Rasanya, langkah kakinya terasa berat berpijak di kota ini. Dan apa yang akan terjadi kedepannya adalah misteri yang Tuhan simpan untuknya.
***
Ibunya melarikan diri, setelah berjuang melahirkannya. Sejujurnya, jika boleh memilih... Wanita itu hanya ingin membuang janin kecilnya dan hidup bebas. Namun itulah kuasa Tuhan. Terkadang, seseorang yang sangat menginginkan hadirnya seorang malaikat kecil justru harus menahan harap sekian lama untuk mendapat kepercayaan itu. Tetapi seseorang yang ceroboh dengan segala tingkah di luar batasnya malah sekonyong-konyong mendapati sesosok janin hidup dalam rahimnya. Percayalah, itu bukan sekonyong-konyong, melainkan takdir yang telah digariskan oleh Tuhan agar hambanya senantiasa bertaqwa.
***
Tbc. Hai sobat wattys yang berbahagia. Ini cerita terbaru saya... Vote dan komen terus ya!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shabby Girl ✔
RomanceBiarkan aku lari! Menjauh dari semua kegilaan dunia yang abadi. Biarkan aku bersembunyi! Membuang segala kenangan yang menyakitkan hati. Tidak ada yang tahu siapa namanya, karena memang ia terbiasa tanpa nama. Ditendang dan dimaki. Raganya masih ut...