Jauh di dalam lubuk hatinya, Krysan ingin pergi dari rumah itu. Rasanya tak nyaman walau bangunan megah nan mewah itu terlihat lebih dari sekedar nyaman. Bagi Krysan, lebih baik ia menggelandang di jalanan daripada membuat orang lain marah padanya. Tak perlu menilik contoh yang jauh, lihat saja wajah Gabriel yang akan langsung muram ketika Krysan ada di area penglihatannya. Krysan sadar ia membawa banyak kuman dan kotoran, namun karena Gabriel menyamakannya dengan virus dan bakteri, apakah iya dirinya sekotor itu? Apakah perbuatan orang itu turut membuatnya bertambah kotor.
Krysan menggeleng kuat. Tubuhnya seketika bergetar mengingat peristiwa itu. Ia memukuli kepalanya dengan keras karena bayangan itu tak jua menghilang dari benaknya. Berulang kali gadis itu mencoba menghilangkannya, seakan ingin terus membayanginya, bayangan itu tak pernah lepas entah sampai kapan.
"Krys! Apa yang kau lakukan?" Carren segera menghampiri Krysan. Gadis itu masih memukuli kepalanya. Carren menghentikan kelakuan Krysan dan memeluknya dengan erat.
"Berhenti menyakiti dirimu sendiri. Tolong," lirih Carren.
"Tidak! Aku harus melupakannya! Aku harus lupa!" Krysan mencoba melepaskan pelukan erat Carren.
"Bukan begitu caranya." Krysan menggeleng. Ia tak tahu lagi caranya. Rasanya ia menjadi jijik pada dirinya sendiri kala mengingat peristiwa itu. Pantas saja orang-orang termasuk Gabriel selalu menatapnya jijik. Ternyata ia memang menjijikkan.
"Lepaskan aku Car..." pinta Krysan.
"Kalau aku melepaskanmu. Kau harus tenang, okay?" setelah beberapa saat, akhirnya Carren melepaskan Krysan yang tak bergerak sama sekali. Tubuh Krysan langsung terkulai lemas dan terbaring miring di atas ranjangnya. Carren terkejut, namun setelahnya ia tertawa karena tahu bahwa Krysan hanya tertidur.
Carren jadi penasaran, peristiwa apa yang sangat ingin Krysan lupakan. Dan kenapa gadis malang ini begitu tersiksa? Siang nanti ia akan pergi bersama Matt. Gabriel menolak mentah-mentah ajakannya dan mengatakan pada Carren kalau dia pantang bermain di wahana permainan anak-anak. Selain itu dia juga menolak menjadi orang ketiga di tengah acara kencan adiknya. Carren menyelimuti tubuh Krysan dan keluar dari kamar gadis itu.
Sebenarnya, Krysan memang pingsan. Setiap dia merasa terlalu tertekan, maka kerja jantungnya akan menjadi lebih cepat. Hormon adrenalinnya juga terganggu, menjadikan dia pusing dan pingsan.
Siang hari menjelang sore, Krysan terbangun. Ia memegangi kepalanya yang terasa sakit. Seketika dia mengingat kejadian sebelumnya. Kalau Carren melihatnya tiba-tiba pingsan, wanita itu akan curiga padanya. Krysan tak ingin menjawab segala pertanyaan Carren seputar peristiwa kelam itu. Ia tak ingin mengorek luka lamanya.
Dengan agak tertatih, Krysan keluar dari kamar untuk pergi ke dapur. Tenggorokannya terasa kering. Ia bisa bebas kemanapun karena Gabriel pasti ikut bersama Carren dan Matt. Krysan mendesah lega saat hanya keheningan yang ia rasa setelah ia tiba di lantai bawah.
Rumah Gabriel benar-benar besar. Dan ajaibnya mereka hanya punya 2 asisten rumah tangga, seorang tukang kebun, seorang supir, dan seorang satpam. Sambil melihat-lihat barang-barang cantik yang tertata rapi di meja-meja mahal yang ada di ruang tengah, wajah Krysan terus mengagumi keindahan mereka. Ia baru pertama melihat kaca atau kristal yang dibentuk-bentuk sesuka hati seperti ini. Wah... Bahkan lampu gantungnya saja besar dan bagus sekali. Kalau jatuh dan pecah kan sayang...
Ngeri saat ia membayangkan sedang duduk di bawahnya lalu tiba-tiba lampu gantung besar itu jatuh di atas kepalanya. Krysan buru-buru menyingkir dari situ. Ia meneruskan langkahnya dan naik ke dapur yang lantainya lebih tinggi beberapa centi meter. Entah kenapa ia tak suka air dingin. Air putih biasa sudah sangat cukup baginya. Dulu, ia bahkan harus minum air keran jika merasa haus. Meminun air mineral di botol yang telah dibuang pun pernah karena tak kunjung menemukan keran air.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shabby Girl ✔
RomanceBiarkan aku lari! Menjauh dari semua kegilaan dunia yang abadi. Biarkan aku bersembunyi! Membuang segala kenangan yang menyakitkan hati. Tidak ada yang tahu siapa namanya, karena memang ia terbiasa tanpa nama. Ditendang dan dimaki. Raganya masih ut...