♡t h i r t e e n : beautiful doll♡

3.4K 259 12
                                    

Cuma mau bilang, selamat membaca. Jangan lupa Vote dan Komen...

*****

"Semakin saya lihat, kecantikan anda semakin bertambah dan bertambah, senang bertemu denganmu, Ms. Krysan. Dan senang juga akhirnya kita bisa bekerja sama," ucap Alexander.

Krysan yang mendengar rayuan Alex hanya diam menampakkan wajah datarnya. Alex memang tampan, namun aura playernya sungguh membuat Krysan ingin pergi dari tempat itu.

"Bagaimana jika saya tunjukkan meja kerja anda. Ah... Itu dia." sebuah meja yang ukurannya sedikit lebih kecil berada di samping sebuah meja mewah yang cukup besar. Krysan mengernyit, bukankah asisten juga harus punya ruangannya sendiri? Terlebih dia adalah asisten seorang CEO.

"Kau akan lebih mudah mengatur jadwalku. Satu lagi, aku sudah memecat sekretarisku agar aku memiliki alasan untuk memperkerjakanmu. Jadi aku berharap banyak padamu, Ms. Krysan." ucap Alex.

Krysan meneguk ludah. Ia merasa takut dengan orang ini. Kenapa Gabriel sungguh tega padanya?

Ketika perlahan Alex menggiringnya duduk di kursinya, Krysan mati-matian menghindari kontak fisik dengan pria itu. Rasanya, pria masih menjadi momok paling menakutkan baginya.

"Anda bisa duduk di kursi anda, Mr. Alex." kata Krysan tak nyaman ketika Alex hanya berdiri di hadapannya dan menatapnya intens.

"Hm, aku tidak suka panggilan itu. Bagaimana jika kita mulai dari, kau panggil aku Alex saja." Alex tersenyum pada Krysan.

"Maaf, tapi anda atasan saya." kata Krysan.

"Justru karena aku adalah atasanmu, jadi aku bebas menentukan panggilan apa yang cocok untukku." Krysan menunduk. Apakah Alex marah padanya? Padahal ia diminta Gabriel untuk membuat Alex jatuh cinta padanya.

"Maaf, Tu-eh... Alex." cicit Krysan.

Alex tersenyum menang. Ia lantas duduk di kursinya sembari tetap menatap Krysan. Semakin ia tatap, ekspresi dingin Krysan semakin menyerupai Annetha, kekasihnya yang telah mati. Tapi mata Annetha tidak berwarna hazel. Mereka terlihat mirip kecuali warna matanya.

"Ms. Krysan, siapkan keperluan untuk meeting besok ya. Dan aku juga ingin kau menyiapkan semuanya, termasuk pakaianku. Jadi pagi-pagi kau harus sudah sampai di kondominiumku. Aku tidak suka keterlambatan, pastikan semuanya tepat waktu," kata Alex.

"Baik, Tuan Alex." kata Krysan.

"Alex saja." tegas pria itu.

"Tapi anda memanggil saya, Miss..." debat Krysan.

"Oh, astaga. Baiklah. Aku akan memanggilmu Krysan. Dan jangan panggil aku Tuan jika tak ada orang lain di dekat kita." Krysan hanya mengangguk. Setelahnya Alex memberikan beberapa file yang harus Krysan periksa sementara pria itu mengerjakan hal lain.

Ada hal lain yang mengusik pikiran Krysan saat ini, untuk apa ia mengikuti semua perintah Gabriel? Untuk apa? Dia juga tidak tahu. Entah sejak kapan juga ia memilih untuk melakukan apapun asal Gabriel tak lagi membencinya. Bukankah dia gadis yang aneh.

***

"Kau gila ya, Gab?" Toby langsung menghujani Gabriel dengan berbagai umpatan setelah menanyakan satu hal paling klasik yang pernah Gabriel dengar.

"Otakmu mungkin sudah beku Gab. Yah... Aku yakin itu. Bagaimana kalau Carren tahu? Bagaimana kalau adikmu itu tahu bahwa kakaknya telah melemparkan adik kecil miliknya ke sarang bajingan?" rasanya Toby tak mampu untuk sekedar duduk di kursi yang empuk karena pantat dan dadanya seakan terbakar. Bagaimana tidak? Ia mengenal Alexander Freddy itu dengan amat baik hingga ia merasa akan muntah karena segudang kebrengsekannya. Bukan rahasia lagi, dan mungkin hampir semua para elite bisnis di negri ini tahu peristiwa yang menimpa kekasih Alexander.

The Shabby Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang