♡t w e n t y : another scary man♡

3.4K 213 5
                                    

Setelah kondisi Krysan cukup tenang, barulah Gabriel bisa menyetir dan pulang ke rumah. Ia sesekali melirik Krysan yang masih sesenggukan pasca menangis tadi. Padahal Gabriel ingin mengajak gadis itu ke suatu tempat setelah dari acara ulang tahun temannya itu, tapi kondisi tidak memungkinkan sehingga Gabriel harus mengurungkan niatnya.

Sampai di rumah, dengan lesu Krysan berjalan ke dalam rumah besar Gabriel. Ia hampir-hampir menyerah untuk membawa kakinya naik ke lantai dua. Akhirnya Krysan terduduk di anak tangga dengan wajah masam.

"Krys... Kau tidak apa-apa?" Gadis itu menggeleng. Namun mandadak tubuhnya serasa melayang dengan sendirinya, Krysan berubah panik. Lantas mencoba berpegangan saat tahu Gabriel dengan usil menggendongnya.

"Gab, turunkan aku." pinta Krysan.

"Dan membiarkanmu duduk di sini sampai besok?" Gabriel naik ke lantai dua dan membaringkan Krysan di atas tempat tidur gadis itu, "buang semua memori buruk itu, Krys. Aku tidak ingin kau menangisi bajingan manapun." Krysan tiba-tiba menahan tangan Gabriel saat pria itu hendak pergi, rasanya sulit sekali melewati malam ini seorang diri.

"Maukah kau disini? Sebentar saja... Aku takut sendiri," kata Krysan. Gabriel tidak mengucapkan apapun, dan langsung duduk di tepi tempat tidur Krysan. Mengamati betapa rapuh dan menderitanya Krysan. Otaknya harus menampung memori pahit itu hingga ia mati. Gabriel rasa menjadi seorang wanita adalah hal yang paling berat, dan mungkin ia tak akan sanggup membayangkan betapa beratnya menjadi seorang wanita.

Krysan terus memeluk perut Gabriel. Kepalanya ia sandarkan di dada pria itu. Jika saja suasananya tidak seperti ini, mungkin Gabriel akan sangat kegirangan karena Krysan memeluknya dengan erat. Ia akan memotretnya dan mengatakan pada Toby kalau Krysan lebih memilihnya dibanding sahabatnya itu. Gabriel mengusap kepala Krysan dengan lembut, "ssttt... Kau tidak mau ganti baju dulu?" tanya Gabriel.

"Tidak." Krysan menggeleng pelan. Ia malah mengeratkan pelukannya dan mengusap-usapkan wajahnya di dada Gabriel.

"Lipstikmu jadi menempel di pakaianku..." celetuk Gabriel.

"Nanti aku cuci... Hem, kepalaku jadi sedikit pusing." gumam Krysan. Gabriel memperbaiki posisi mereka, membuat Krysan lebih nyaman di posisinya.

"Gab, ayah bilang kalau ibu mati. Ayah bilang kalau aku pelacur," bisik Krysan. Entah kenapa hatinya serasa berat jika belum mengatakan hal ini pada orang lain.

"Krys... Menikahlah denganku." Krysan sontak mengangkat wajahnya. Lalu menatap wajah Gabriel yang tampak tenang dan tak terlihat tengah bercanda. Gabriel menangkup kedua pipi Krysan dan menekannya sehingga bibir Krysan jadi mengerucut dengan lucu.

"Kenapa melihatku seperti itu? Aku salah ya? " tanya Gabriel. Gabriel mengecup bibir mungil Krysan yang tebal di bagian bawah. Lalu menggigitnya pelan, "Krys... Kau mau kan menikah denganku?"

Krysan melepaskan tangan Gabriel, "kalau kau mengajakku menikah karena rasa kasihan... Lebih baik tidak usah. Aku baik-baik saja."

"Hei, dengar... Darimana kau tahu aku hanya kasihan?"

"Ya, karena kau mendengar ceritaku dan kau merasa, 'sungguh menyedihkan hidup Krysan, kunikahi saja dia...' pasti begitu kan?"

"Hahaha... Hentikan, aku tidak sabar untuk memakan bibirmu nanti..." Krysan mengernyit dan menatap Gabriel ngeri.

"Dasar kanibal. Hah... Aku hanya akan menikah dengan orang yang kucintai dan mencintaiku."

"Kau mencintai seseorang?" tanya Gabriel. Krysan mengangguk. Hal itu membuat Gabriel merubah raut wajahnya. Ia terlihat kecewa dan Krysan tak menyadari itu.

The Shabby Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang