♡t e n : once upon in the party♡

3.6K 251 18
                                    

'Lebih baik kakak tidak usah dekat-dekat dengan Krys kalau kakak hanya ingin menyakitinya.'

'Apa yang aku lakukan?'

'Kakak aneh, kenapa kakak tiba-tiba bersikap aneh.'

'Apa aku hanya akan selalu salah di matamu?'

'Jangan-jangan... Kakak menyesal dan sekarang kakak jatuh cinta dengan Krys-ku... Mengaku saja...'

'Tidak adakah hal yang lebih rasional yang bisa kau pikirkan selain cerita roman picisan?'

'Aku akan jadi orang nomor satu yang akan menertawakanmu ketika kau memutuskan untuk menikahi Krys. Ayolah... Krys-ku sangat manis dan cantik. Dia itu... Mirip denganku.'

Sebelum amarah kakaknya makin meledak, Carren buru-buru pergi dari ruang kerja Gabriel.

Benar. Wajar saja kalau Carren berpikiran yang tidak-tidak. Kenapa ia bisa melakukan semua hal ini pada gadis itu. Gabriel menatap seperangkat gaun dan aksesorisnya yang kini ada di hadapannya.

Gabriel akan membawa Krysan ke acara perusahaannya. Ia merasa bodoh untuk sesaat, namun sesaat kemudian... Ia mengabaikan hal itu. Seolah tidak ada yang salah. Jika ia mendandani Krysan seperti wanita berkelas, tak ada yang mempertanyakan statusnya.

Krysan akan berada di bawah pengawasannya, dan untuk dapat berdekatan dengannya, gadis itu harus menjadi terpelajar, ia tidak suka gadis bodoh. Mau tidak mau, selama gadis itu dalam proses pemulihan, Gabriel harus menyulapnya menjadi seorang wanita yang sesuai dengan kriterianya.

Seperti yang ia lakukan sejak beberapa hari yang lalu. Memanggil guru bahasa, guru etika, guru mata pelajaran yang lainnya, bahkan Gabriel juga mendatangkan guru
dari kelas modeling. Pantas jika Carren curiga padanya. Hal itu terlalu aneh.

"The, dimana Krysan?" tanya Gabriel kala ia telah keluar dari ruangannya.

"Nona Krysan sedang ada di ruang belajar tuan." jawab Thea.

Gabriel lantas berjalan ke arah ruang belajar yang dulu digunakan Carren. Sekarang, ia melihat sosok Krysan yang tengah duduk di kursi dengan punggung tegak. Di depannya seorang wanita tengah menuliskan sesuatu di papan tulis.

Sesekali gadis itu menggaruk kepalanya karena merasa pusing dengan pelajarannya kali ini. Kenapa juga Gabriel memaksanya untuk belajar sejak matahari terbit hingga menjelang makan malam? Ia paling malas dengan pelajaran etika dan adab seorang wanita bangsawan. Memangnya ia akan makan malam dengan Ratu Elizabeth?

"Nona, seorang wanita terhormat tidak menggaruk kepalanya saat berada di hadapan orang lain." kata wanita itu.

Krysan menurunkan tangannya, "bagaimana kalau kepalaku tiba-tiba terasa gatal?" tanya gadis itu.

"Tahan saja." Krysan mendengus.

"Mendengus adalah sesuatu hal yang tidak baik dilakukan oleh seorang lady." Apa ini? Mendengus pun tak boleh?

"Maafkan saya, Ma'am..." ucap Krysan lembut.

"Baiklah... Kita lanjutkan pelajarannya." Krysan menjadi lesu lagi. Sungguh membosankan.

Sementara Gabriel entah kenapa begitu terhibur melihat raut tersiksa dari Krysan.

***

Hari H untuk perayaan kesuksesan dari launching produk terbaru perusahaan makanan Gabriel telah tiba. Ia memilih mengenakan satu setel tuxedo berwarna hitam dengan kemeja putih dan dihiasi dasi kupu-kupu yang membuat tampilannya luar biasa tampan.

Gabriel menunggu kedatangan seseorang yang hampir selama satu bulan ini ia rombak menjadi seseorang yang berbeda. Sambil melihat ke arah jam tangan mahalnya, Gabriel mulai tidak sabar. Ia hendak naik ke lantai dua kala suara ketukan sepatu terdengar di telinganya. Bersamaan dengan seorang gadis cantik yang turun dari lantai dua dengan anggunnya.

The Shabby Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang