Krysan terbangun dengan tubuh yang terasa lebih ringan. Ia turun ke dapur untuk mengambil air putih dan meminumnya seolah tak ada hari esok. Dengan perasaan dahaga terpuaskan, Krysan berjalan menghampiri Thea dan Sarah untuk membantu keduanya memasak.
Thea sudah melarangnya, namun sifat keras kepala Krysan muncul dengan sendirinya dan tak ada yang bisa mencegahnya.
"Ajari aku membuatnya. Menu makan malam kemarin sungguh enak." kata Krysan.
"Itu adalah menu kesukaan Tuan Gabriel, Nona." kata Thea. Pantas saja, selera Gabriel memang tak perlu diragukan lagi.
Krysan mengangguk antusias, ia akan memasakkan makanan itu untuk Gabriel kapan-kapan dan mengantarkannya ke kantor pria itu. Krysan sungguh malu, kenapa ia tak bisa mengendalikan rasa sukanya pada Gabriel.
Gadis itu tak menyangka, ternyata memasak begitu menyenangkan. Dengan semangat Krysan menyiapkan peralatan makan di atas meja. Thea merasa tak enak. Apalagi kalau Gabriel tahu, bisa saja nanti dia yang kena marah.
"Sebaiknya Nona duduk di meja saja." kata Thea.
"Baiklah. Maaf karena sudah mengganggu." Krysan tersenyum dan duduk di salah satu kursi.
"Bukannya Nona mengganggu, hanya saja jika Tuan tahu, mungkin ia akan memarahi kami..." kata Thea sambil berbisik. Dan tak lama setelahnya Gabriel turun dengan setelan jasnya yang rapi. Pria itu akan berangkat ke kantor seperti biasanya.
"Kenapa kau sudah bangun?" tanya Gabriel.
"Memangnya aku kenapa?" Krysan menatap Gabriel tak mengerti.
"Kondisimu mungkin belum baik, jangan terlalu banyak keluar kamar." Krysan tersenyum malu. Baru kali ini ada seorang pria yang memperhatikannya. Ia menatap Gabriel dengan senyum yang membuat matanya melengkung cantik.
Gabriel mendadak diam. Ia menahan napas untuk sesaat. Wajah Krysan yang penuh senyuman begitu terlihat damai dan sejuk. Ia hampir-hampir tak dapat menyembunyikan senyumnya. Ah... Gabriel jadi menyesal karena menunjukkan gadis manis ini pada Alex.
Ngomong-ngomong soal Alex, Gabriel mendadak cemas jika Alex akan merebut Krysan darinya. Sial, ini memang salahnya karena bertindak bodoh. Jika dulu ia menganggap Krysan layaknya boneka, maka sekarang ia lebih menatap Krysan seperti harta berharga yang harus ia jaga.
"Jangan tersenyum seperti itu." ketus Gabriel.
"Memangnya kenapa? Aku suka tersenyum." jawab Krysan.
"Ah... Apalagi kalau kau suka. Jangan tersenyum seperti itu di luaran sana. Bahaya." Gabriel mengambil nasi. Krysan penasaran sehingga ia terus bertanya, "bahaya kenapa? Senyum itu bagus loh... Dulu aku suka senyum."
"Jangan Krysan... Kau sadar tidak? Senyummu akan membuat wanita di luaran sana jadi iri dan laki-laki di luaran sana juga akan langsung menatapmu dengan tatapan tertarik. Aku tidak suka." kata Gabriel kesal. Gabriel benar-benar tidak suka membayangkan banyak Alex-Alex lain yang akan mengincar Krysan seperti daging segar. Membayangkannya saja membuatnya tidak berselera makan.
"Ohoho... Tuan Gabriel kenapa begitu peduli padaku?" Krysan sengaja menggoda Gabriel dengan suara yang dibuat-buat.
"Kau mau main-main denganku ya?" Krysan menggeleng dan menyuapkan makannya. Ia tidak sedang ingin bermain-main hanya saja ia tiba-tiba tertarik mengetahui perasaan Gabriel.
"Kapan aku dan Carren dapat kakak ipar?" celetuk Krysan.
"Memangnya kenapa? Kau ingin punya kakak ipar? Suruh kakakmu menikah sana." uxap Gabriel.
"Yah yah... Aku sedang menyuruhnya sekarang." kata Krysan santai.
"Apa? Aku bukan kakakmu." Krysan cemberut. Ia menyingkirkan piring kotornya dan menatap Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shabby Girl ✔
RomanceBiarkan aku lari! Menjauh dari semua kegilaan dunia yang abadi. Biarkan aku bersembunyi! Membuang segala kenangan yang menyakitkan hati. Tidak ada yang tahu siapa namanya, karena memang ia terbiasa tanpa nama. Ditendang dan dimaki. Raganya masih ut...