Heheh
***
"Krys, dengarkan aku... Aku tahu kau sangat terluka, tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk melihat ibu kandungmu." Gabriel menghentikan Krysan yang berlari masuk ke kamarnya setelah mereka sampai di rumah Gabriel. Tadi Gabriel mendapat telepon dari Toby. Toby bilang kondisi ibunya drop. Sepanjang hari ibunya hanya menyebut nama Krysan dan itu membuat Toby tak tega.
Gabriel mengatakan hal ini pada Krysan, tapi agaknya Krysan tak ingin mendengar apapun soal ibunya itu. Gabriel harus mendapat kata-kata ketus Krysan dan kemarahan gadis itu.
"Diam Gab!!! Aku tidak ingin mendengar apapun." ucap Krysan.
"Krys, tolong kesampingkan egomu. Kumohon dengan sangat padamu." kata Gabriel dengan raut memohon.
"Kau mudah mengatakan itu, Gab. Tapi tidak denganku. Kau tidak tahu rasanya dibuang dan ditinggalkan kan? Kau ada dipelukan ayah ibumu saat aku harus kedingingan seorang diri. Kaupun tak tahu betapa takutnya aku malam dimana aku kehilangan kesucianku, itu semua tidak akan terjadi kalau wanita itu tidak membuangku. Kau tidak mengerti, Gab. Jadi tolong berhenti membujukku." Krysan menutup pintu kamarnya dengan keras dan menguncinya dari dalam.
Gabriel tercenung. Begitu hebatnya penderitaan Krysan, jelas ia tak akan mengerti bagaimana rasanya. Krysan sudah sendirian sejak baru lahir. Berbeda dengannya yang sudah merasakan banyak sekali kasih sayang dari ayah dan ibunya.
"Krys, aku tidak bisa memaksamu. Semua keputusan ada di tanganmu. Tapi kuharap apapun keputusanmu, kau tidak akan menyesal nantinya." Gabriel meninggalkan kamar Krysan setelah mengatakannya.
Di dalam sana, Krysan menangis tersedu-sedu. Ia berusaha meredam tangisnya dengan bantal, tapi usahanya sia-sia. Bahunya bergetar hebat seiring dengan tangisannya.
Kenapa rasanya sulit sekali untuk menerima kenyataan? Kenapa ia harus mengalami penderitaan yang sedemikian berat ini? Baru saja ia hendak bahagia, tapi masalah selalu datang bertubi-tubi membuatnya kembali jatuh.
Mencoba menenangkan pikirannya, Krysan merebahkan tubuhnya, berusaha untuk tidur. Berulang kali mengganti posisi, hasilnya sama. Ia tak bisa menutup mata, ia tak bisa tidur. Krysan bangun dari tidurnya dan mengacak rambutnya dengan gemas.
"Bisa gila aku lama-lama." desis Krysan.
Gadis itu berjalan keluar kamar. Sebisa mungkin tidak menimbulkan suara supaya dia tidak disergap Gabriel. Ia malas sekali meladeni bujukan Gabriel. Lagipula apa-apaan wanita itu, baru mengakui ia sebagai anak saat kondisinya sudah parah.
Sesaat kemudian Krysan menghentikan langkahnya. Gabriel tadi bilang kalau kondisi ibu Toby parah. Gabriel bilang wanita yang mengaku sebagai ibunya itu sakit kanker serviks. Krysan menggeleng. Gabriel pasti melebih-lebihkan kan? Wanita itu tak nampak mengkhawatirkan saat terakhir kali Krysan melihatnya.
"Krys?!"
Krysan yang tersadar segera berjalan meninggalkan Gabriel dengan kesal.
"Krys... Dengarkan aku. Toby bilang--"
"Kenapa?! Jangan bicara aneh-aneh!" jerit Krysan.
"Hei! Dengarkan aku!" Gabriel memegang kedua bahu Krysan dan mencoba menenangkan gadis itu.
"Cukup, aku tidak mau dengar apapun!!!" Krysan menutup kedua telinganya. Ia menolak menatap Gabriel dan berusaha melepaskan pegangan Gabriel.
"Krysan! Jangan keras kepala!" Krysan terdiam mendengar bentakan Gabriel. Matanya yang sudah berkaca-kaca langsung meneteskan air mata. Gabriel memanfaatkan kesempatan ini untuk lanjut bicara, "Nyonya Fiona sudah meninggal." kata Gabriel.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shabby Girl ✔
RomanceBiarkan aku lari! Menjauh dari semua kegilaan dunia yang abadi. Biarkan aku bersembunyi! Membuang segala kenangan yang menyakitkan hati. Tidak ada yang tahu siapa namanya, karena memang ia terbiasa tanpa nama. Ditendang dan dimaki. Raganya masih ut...