♡twenty six - memory♡

3K 164 2
                                    

Hhh

***

Flashback on.

"Kau benar tidak ingin mengajak Annetha keluar malam ini?"

"Bukan gayaku mengajak kencan gadis di malam minggu, Tob."

"Tapi kau tertarik dengannya kan?"

"Entahlah. Aku hanya respect terhadapnya."

Toby menepuk pundak Gabriel. Respect? Oh ayolah. Annetha dan Gabriel sudah memiliki hubungan tanpa status yang terdengar cukup menggelikan. Mungkin jika saat ini kelihatannya begitu, yang jelas Gabriel adalah salah satu pihak yang memiliki ketertarikan dengannya. Walaupun cuma sedikit.

"Coba kau ajak Annetha pacaran. Mungkin gadis itu sangat menantikan pernyataan cintamu sobat."

Meski tak menjawabnya, nyatanya Gabriel memikirkan perkataan Toby hingga larut malam. Pria itu sudah merencanakan untuk membuat sebuah kejutan makan malam klasik dengan cahaya lilin untuk mengajak Annetha berkencan. Selanjutnya, semuanya terjadi begitu saja.

Gabriel hanya ingin memastikan bahwa ia memiliki perasaan cinta yang lebih pada sosok Annetha ini. Jika Annetha juga memiliki rasa yang sama dengannya, maka perlahan Gabriel akan tahu apakah ini benar-benar cinta atau hanya sekedar rasa sayang belaka.

Suatu malam di musim semi yang indah. Gabriel menyiapkan candle light dinner di atap perusahaannya. Sebuah dekorasi romantis dengan satu set meja makan yang tertata apik di tengahnya. Banyak lilin yang Gabriel persiapkan, banyak bunga dan sebagainya. Gabriel bahkan meniupi telapak tangannya karena merasa gugup.

Pria itu menunggu beberapa saat di dalam mobilnya, hendak masuk ke dalam halaman rumah Annetha. Sekali lagi dan entah untuk yang keberapa kalinya Gabriel menarik napas dalam dan menghembuskannya dengan perlahan. Lalu Gabriel membuka pintu mobilnya. Berjalan setapak demi setapak untuk mengumpulkan rasa percaya dirinya. Ia tampan, dan setidaknya perusahaan ayahnya sudah bangun dari keterpurukan, apa mungkin Annetha akan menolak?

'Kau akan kemari? Benarkah?'

'Alex, jangan bilang begitu. Aku juga merindukanmu.' Gabriel berhenti, tangannya menggantung di atas kenop pintu.

'You know I love you too...' tangan Gabriel terjatuh ke samping tubuhnya.

'Ya, aku menunggumu...' Gabriel terdiam di depan pintu. Rasanya Gabriel layaknya orang bodoh yang tengah menunggu calon kekasihnya selesai menelepon kekasihnya.

Tapi selama ini Annethe selalu menempel padanya. Bukan hanya Toby yang mengira Gabriel mengencani Annetha, orang lainpun berpikir demikian jika melihat tingkah gadis itu saat berada di dekat Gabriel.

Gabriel hendak melangkah pergi saat pintu terbuka. Pria itu sontak berbalik dan cukup terkejut melihat penampilan Annetha yang hanya memakai baju tidur tipis. Jika ia tak mendengar perkataan gadis itu tadi, mungkin Gabriel akan merasa melayang karena mengira Annetha tengah menyambutnya.

Annetha sejenak terkejut. Lalu air mukanya cepat sekali berubah dan tersenyum menatap Gabriel, "Gab, kau tidak bilang mau kemari."

"Hanya lewat. Kau sudah mau tidur?"

"Uhm... Ya..."

"Ann, menurutmu aku ini siapa?"

"Gab, kau kenapa? Kau adalah orang yang special buatku. Menurutmu apa lagi? Kau tahukan aku tak pernah sedekat ini dengan lelaki selain kau?"

Gabriel tersenyum getir.

"Bohong."

Annetha nampak gugup. Ia lantas maju untuk menyentuh wajah Gabriel, tapi pria itu langsung menepis tangan Annetha.

The Shabby Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang