♡f i f t e e n : ripping her soul♡

3.4K 218 3
                                    

Krysan duduk di tepi jalan, ia menghela napas berat. Lelah. Dan lapar. Hah, kehidupan jalanan yang mengerikan sekarang akan kembali ia alami. Memang ia cukup bodoh untuk pergi tanpa membawa apapun. Tapi memangnya dia punya apa? Tidak ada. Krysan menatap langit. Mendung tebal membayangi seluruh kota. Tidak ada bayangan bintang ataupun bulan.

Tes.

Tes.

Tes.

Krysan merasakan tetesan air saat memejamkan matanya. Sial. Hujan di saat-saat yang tidak mendukung. Gadis itu berlari ke arah trotoar, lalu berlari lagi ke arah halte bus untuk berteduh. Para pejalan kaki yang tengah dalam perjalanan pun turut memenuhi halte untuk menghindari guyuran hujan. Krysan terdorong-dorong hingga sebagain tubuhnya keluar dari halte dan basah kuyup karena hujan semakin deras.

***

Gabriel duduk di ruang tengah sambil menonton tv. Menurutnya semua saluran tv tidak ada yang menarik, maka dari itu ia lebih memilih untuk menonton dvd film yang menjadi favoritnya.

Di luar, suara gemericik hujan semakin deras saja. Gabriel mengeraskan volume suara tvnya agar tidak terganggu. Entah kenapa Gabriel tidak terlalu menyukai hujan. Suaranya yang memekakkan ditambah suara petir yang biasa menyertainya membuat Gabriel tak tenang.

Ctar!!!

Gabriel mematikan tvnya dengan kesal dan meninggalkan ruang tengah dengan perasaan kesal. Ia naik ke kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Di luar jendela, angin tampak menerbangkan air hujan yang mengucur dengan deras dari langit. Hujan begitu deras rupanya.

Sialnya lagi bayangan mata sendu Krysan tiba-tiba muncul dalam benaknya. Alah... Salah siapa gadis itu tidak mau diajak bekerja sama dan malah kabur. Memangnya enak kehujanan sepanjang malam?

Gabriel hendak tidur, namun matanya enggan menutup. Lagi-lagi bayangan Krysan terus-terusan mengganggunya. Gabriel bangun. Lantas turun ke lantai bawah. Thea tengah berjalan dari arah dapur, "apa gadis itu kembali?" tanya Gabriel.

"Siapa maksud Tuan?" tanya Thea.

"Siapa lagi?" Gabriel memutar bola matanya kesal.

"Oh... Nona Krysan tidak kelihatan sejak tadi. Mungkin sudah tidur." jawab Thea.

Tidak mungkin. Kamarnya kosong. Tadi saat melewati kamar Krysan, pintunya terbuka. Dan tak ada siapapun di dalamnya. Gabriel menghembuskan napas lelah. Selalu saja seperti ini. Kenapa ia harus memiliki belas kasihan pada gadis itu? Harusnya ia abaikan saja... Dan bukannya malah mengeluarkan mobilnya untuk mencari Krysan di tengah hujan seperti ini.

Mata Gabriel menelusuri setiap jalanan yang ia lewati. Mulai dari trotoar, halte dan ruko-ruko yang tampak lengang. Hingga cukup jauh dari rumahnya, sosok Krysan tak kunjung terlihat. Di perempatan kedua, mata Gabriel menangkap sosok Krysan yang tengah duduk di halte bus. Sebelah tangannya menggosok-gosok lengannya dengan teratur untuk menghalau udara dingin yang menyapa kulitnya.

Gabriel menepikan mobilnya dan keluar dengan sebuah payung di tangannya. Begitu mata Krysan bersitatap dengannya, gadis itu nampak panik dan bergegas lari dari Gabriel.

"Krysan!!! Mau lari kemana kau?!" panggil Gabriel.

Krysan tak menghiraukan panggilan Gabriel dan malah semakin berlari menjauhi pria itu. Ia takut, jika Gabriel berhasil membawanya maka pria itu akan mengembalikan pada Alex. Dadanya terasa nyeri. Membuat langkahnya tersendat-sendat. Namun Krysan enggan berhenti karena Gabriel masih terus mengejarnya sambil terus memanggil namanya.

"Krysan berhenti!" kata Gabriel. Gadis itu lagi-lagi mengabaikannya. Sambil terus memegangi dadanya, ia berlari semakin menjauh.

"Berhenti kubilang!!!" Krysan akhirnya menghentikan langkahnya, bukan untuk menuruti perkataan Gabriel, namun karena tusukan-tusukan di dadanya terasa dua kali lebih nyeri dari sebelumnya. Tiba-tiba tubuhnya terpelanting hingga ke tepi jalan karena sebuah motor yang menyerempet tubuhnya. Krysan meringis kesakitan.

The Shabby Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang