Keruh, semua pandangannya keruh. Otaknya beku. Apa yang harus ia lakukan? Mati! Ia hanya perlu mati agar tidak menderita. Tapi kenapa semua hal menolaknya? Bahkan kematian sekalipun. Apakah itu artinya belum saatnya ia mati?
Saat ini, seluruh pikirannya terasa kosong. Ia hanya mampu menatap wajah Gabriel yang merah padam. Pria itu marah. Harusnya ia melepaskan tangannya, bukan malah menariknya seperti ini.
Hey bodoh! Di bawah sana jurang! Jurang yang amat dalam dan akan membuat tulangmu remuk saat kau menghantamnya. Sekarang raih tangan Gabriel dan naik ke atas!
Krysan ingin sekali mengikuti suara hatinya, namun semuanya tak semudah itu. Sangat sulit menggapai tangan Gabriel. Sekarang tangannya mulai berair dan kakinya terasa perih karena menggesek bebatuan. Ia akan mati. Ketika Krysan menutup mata dan memasrahkan dirinya, Gabriel berteriak.
"Ambil tanganku bodoh!"
Krysan kembali membuka matanya. Ia menatap Gabriel sambil menggeleng, tidak mampu menggapai tangan Gabriel.
Pria itu dengan nekad menurunkan tubuhnya dan menarik lengan Krysan. Rasanya lengannya seperti mau putus ketika ditarik. Hingga akhirnya sedikit demi sedikit Krysan dapat menggapai tangan Gabriel yang satunya lagi.
"Siapa yang menyuruhmu bunuh diri!" bentak Gabriel ketika Krysan telah kembali berpijak di tanah yang landai. Gadis itu hanya diam. Membuat Gabriel geram. Ia mengangkat wajah Krysan yang tertutupi helaian rambutnya. Menatap wajah Krysan yang basah akan air mata. Matanya terpejam. Pasrah dan tak dapat melakukan apapun. Gabriel bertambah geram. Baru saja ia hendak melayangkan makiannya ketika tubuh Krysan luruh dan tak sadarkan diri. Dengan sigap Gabriel menahan tubuh Krysan agar tak membentur tanah.
"Sial." umpat Gabriel.
***
"Kakak pergi! Jangan dekati Krysanku!" bentak Carren. Wajahnya penuh air mata. Ia memeluk Krysan dengan erat saat sudah tiba di kamar perawatan gadis itu. Gabriel menganga mendengar pengusiran adiknya.
"Kau membela gadis asing ini daripada kakakmu sendiri?! Kau gila?!"
"Ya, aku gila! Kau mau apa?! Apa kau sadar kalau yang kau lakukan bisa membunuhnya?! Demi Tuhan kau mencoba membunuhnya Gabriel!" Matt mencoba menenangkan kekasihnya, namun emosi Carren benar-benar hebat kali ini. Ia menatap wajah pucat Krysan dengan sedih.
Gabriel tak tahan lagi melihat pemandangan itu, ia lantas keluar dari ruangan itu. Kini hanya tinggal Carren dan Matt yang ada di ruangan itu bersama Krysan.
"Sayang, kau harus tenang, okay... Dia akan baik-baik saja." Matt mengusap bahu Carren.
"Krysan mengidap acrophobia, Matt. Tapi Gabriel memaksanya ke sana. Dokter mengatakan kalau serangan panik yang diderita Krys begitu hebat. Aku takut kehilangan sahabatku." Rasanya, seperti ribuan tahun ia telah mengenal sosok Krysan yang asing. Carren tak ingin kehilangan sahabat kecilnya. Ia benar-benar merasa kecewa dengan kakaknya.
Esok harinya, setelah menginap di rumah sakit semalaman, Krysan dibawa pulang oleh Carren. Carren semakin sedih saat Krysan ketakutan ketika melihat Gabriel. Gadis itu langsung panik dan hendak kabur. Oh Tuhan, betapa kejamnya kakaknya itu.
"Krys, kau akan baik-baik saja. Aku janji. Laki-laki itu tak akan mendekatimu." Krysan memeluk Carren erat. Rupanya trauma yang ia alami sangat berat. Dan Carren tak akan mengijinkan Gabriel mendekati Krysan.
"Aku akan ke toko rotiku. Tenang saja, Gabriel tak ada di rumah. Panggil saja Thea kalau kau butuh apa-apa." Carren memeluk Krysan sekali lagi lalu meninggalkan gadis itu di kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Shabby Girl ✔
RomanceBiarkan aku lari! Menjauh dari semua kegilaan dunia yang abadi. Biarkan aku bersembunyi! Membuang segala kenangan yang menyakitkan hati. Tidak ada yang tahu siapa namanya, karena memang ia terbiasa tanpa nama. Ditendang dan dimaki. Raganya masih ut...