♡e i g h t : not starving♡

3.6K 238 12
                                    

Author playlist : Hurt like Hell by Madison Beer

Lagi suka dengerin lagu itu aja, semoga kalian juga part ini...

Selamat membaca!!!

***

Krysan mengangkat kedua tangannya. Dulu, tangannya benar-benar kusam dan dekil. Sekarang tangannya kembali cerah seperti saat ia masih tinggal di rumah itu. Mungkin, jika ia memiliki kulit kusam dan dekil sedari awal, ia tak akan mengalami kejadian pilu itu.

"Belle, kau tidak tahu ya... Kakak itu menyukaimu sedari awal kita menjadi murid baru." kata seorang teman Bella.

"Mana mungkin, kita kan masih kecil." Bella tak mengindahkan perkataan temannya, baginya fokusnya hanya untuk belajar.

"Bella... Kau tidak bisa melihatnya, tapi kami bisa. Kau cantik, pandai dan woah... Kulitmu seperti susu... Kau bisa mendapatkan siapapun yang kau mau." timpal teman Bella yang lain.

"Jangan terlalu memuji. Aku tidak secantik itu." Bella tersenyum.

"Kau cantik Belle... Dan aku pastikan itu. Sadarlah, dan jaga dirimu. Jangan terlalu apatis."

Dulu, Krysan tak mengindahkan perkataan teman-temannya itu. Menganggapnya hanya sebagai candaan. Memangnya ia secantik itu? Namun ketika peristiwa malam itu terjadi, ia hanya bisa membenci dirinya sepanjang sisa hidupnya.

Di dalam rumah.

"Tuan, Nona Krysan belum makan dari siang." kata Thea. Gabriel meletakkan peralatan makannya. Ia memang telah selesai dengan semua hidangannya. Dan meminta Thea untuk membuang sisanya.

"Kau lupa kalau dia berasal dari jalanan? Kelaparan bukanlah masalah besar baginya." Thea bungkam. Kenapa Gabriel bisa sekejam itu terhadap Krysan. Bahkan seringkali Thea lihat Krysan sangat ketakutan ketika melihat sosok tuannya itu.

"Tuan, ijinkan saya memberinya roti." kata Thea.

"Di sini aku yang menggajimu Thea. Jadi ikuti apa perintahku." Gabriel melenggang pergi. Rasanya suntuk sekali. Bahkan Thea peduli pada gadis itu. Apa harus Gabriel sendiri yang terang-terangan mengusir Krysan. Namun, Gabriel takut Carren akan meninggalkannya ketika ia mengusir Krysan.

Gabriel naik ke kamarnya, berjalan menuju balkon kamarnya sembari menghirup udara segar. Sebenarnya, Gabriel mulai berpikir. Apakah ia terlalu tidak manusiawi? Membuat gadis itu hampir bunuh diri dan sekarang membiarkannya kelaparan?

Ketika ia mulai berpikir seperti itu, bayangan ketika Carren begitu membelanya bahkan mulai berani membentaknya segera menguasai dirinya. Gabriel tidak salah. Ini semua salah gadis itu. Jadi Gabriel harus membuatnya pergi dengan sendirinya.

Ketika melihat ke arah taman, sosok mungil Krysan tampak dalam penglihatannya. Baru saja Gabriel hendak memalingkan wajahnya, Krysan tampak tengah memegangi kepalanya dengan histeris. Dan sesaat kemudian, tubuh gadis itu limbung tak sadarkan diri.

Gabriel memicing. Mungkinkah Krysan tadi melihatnya dan ini hanya akal-akalan gadis itu untuk menarik perhatiannya? Tapi setelah menunggu hampir 30 menit, tubuh Krysan tak juga bergerak. Membuat Gabriel curiga. Pria itu turun ke lantai bawah dan berjalan ke taman depan rumahnya.

Ia masih melihat Krysan tergeletak tak bergerak sedikitpun. Bahkan udara dingin di luar tak membuatnya terusik. Setelah semakin dekat dengan gadis itu, Gabriel dapat melihat air yang membasahi pipinya.

Gadis itu menangis. Apa karena kelaparan? Apa gadis ini pingsan karena kelaparan?

Gabriel menyenggol lengan Krysan yang terasa dingin. Gadis ini benar-benar gila. Berada di luar rumah selama berjam-jam hanya dengan gaun tanpa lengan itu. Setitik rasa iba Gabriel sudah cukup membuat pria itu sudi menggendong tubuh mungil Krysan masuk ke dalam kamarnya.

The Shabby Girl ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang