Aku mencoba tegar dan iklas menghadapi ini semua, aku tak mau terlihat sedih di depan Jimin itu akan menambahnya bersedih.
Seminggu setelah kejadian lalu, kini keadaan masih tetap sama. Aku selalu bersamanya, hari-hari ku habiskan untuk merawat Jimin dan Yoomin kini tinggal bersama eomma ku.
Keadaan Jimin semakin memburuk dia sulit jika di suruh makan.
Semenjak Jimin lumpuh dia tak melakukan apapun, dia hanya bisa melamun memikirkan keadaannya. Kesedihan sangat terlihat di dirinya.
Ku lihat dia dari kejauhan, dia sedang di taman belakang rumah duduk di atas kursi roda.
Ku hampiri dia yang sedang sendirian, aku semakin tak tega melihatnya yang seperti ini.
Langkahku semakin dekat padanya, aku berdiri di sampingnya dan ku lihat dia.
Matanya yang berkaca-kaca tak ada keceriaan di dirinya. Dia menjadi pendiam, seolah tak bisa berbuat apa-apa.
Aku mencoba memberinya semangat, aku tak ingin dia putus asa. Jika ia ingin seperti semula ia harus bangkit dan bekerja keras.
" Sayang sampai kapan kamu akan seperti ini, duduk melamun dan diam." ucapku memegang pundaknya.
Dia tak menjawab perkataanku, dia hanya menoleh ke arahku sebentar.
" Cukup Jimin, kamu tidak boleh terus menerus terpuruk dalam keadaan ini."
" Kamu sudah berjanji padaku bukan jika kamu akan menuruti perkataanku. Lalu sekarang ini apa? Kamu tak pernah melakukan terapi, setiap kali aku mengajakmu pergi kau tak pernah mau." ucapku marah.
" Aku malu seperti ini." ucapnya tiba-tiba.
" Aku seperti pria yang tidak berguna yang hanya bisa duduk di atas kursi roda. Kenapa semua ini terjadi padaku." ucapnya menangis dan memukuli kakinya.
Baru kali ini aku melihat suamiku menangis, dia sangat terpukul. Selama ini aku tak pernah melihatnya menangis tapi kini aku melihatnya.
Aku tak tega jika terus seperti ini, rasanya aku ingin ikut menangis.
Aku memeluknya erat agar dia bisa tenang.
" Jangan menangis sayang, kamu tak inginkan jika seperti ini terus." dia mengangguk.
Ku melepas pelukanku dan kini aku berjongkok di hadapannya, ku pengang pipinya dan menghapus air matanya.
" Maka dari itu kau harus bangkit dari keterpurukan ini. Besok kita pergi untuk terapi, Ne."
Ku lihat dia hanya terdiam tak berkata apapun.
Aku hampir putus asa, aku pikir dia menolak ajakanku kali ini. Namun, ternyata dugaanku salah. Dia menatapku dan mengangguk padaku.
Sontak aku langsung tersenyum bahagia dia mau menuruti perkataanku.
Jimin POV.
Aku duduk di taman sendiri di atas kursi roda.
Istriku menghampiriku. Dia selalu menyuruhku pergi untuk terapi tapi aku selalu menolaknya.
Aku malu pada diriku yang tak berguna ini, aku tidak bisa menjadi suami yang ideal. Aku hanya bisa merepotkan istriku.
Aku selalu menghabiskan waktu untuk pergi ke taman dan melamun. Aku tak bisa melakukan apapun selain itu.
Yoonji selalu memberiku semangat, dia selalu memaksaku pergi terapi tapi aku menolak.
Ku lihat dia kali ini marah padaku, terlihat jelas dari sorot matanya.
Dia jongkok di depanku dan ia memegang pipiku dan menghapus airmataku.
Dia mekatakan bahwa aku harus bangkit dan kerja keras jika ingin pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Your Love [PJM 21+] END
FanfictionBernafas bersama dengan orang yang disayangi adalah salah satu anugerah terindah dari sang pencipta. sama halnya yang dirasakan Park jimin saat ini dia telah dibuat jatuh cinta dengan seseorang yang tak sengaja bertemu dengannya. Awalnya jimin menol...