1

1.1K 81 97
                                    



:: Selamat Membaca::



"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"


Ciiiiiitttt...! Suara gesekan antara roda sepeda motor dengan permukaan aspal serta merta memaksanya kembali untuk berkonsentrasi. Dengan tangkas, dikendalikannya sepeda motor yang setengah oleng itu. Hampir saja dia mencium pantat bus yang tinggal beberapa jengkal dari wajahnya. Ditatapnya bus yang masih tetap melaju di hadapannya, besar, seakan mencemooh kelalaiannya untuk berhati-hati di jalan raya. Dua detik saja pikirannya terbang, hampir membuat nyawanya melayang.

Ini gara-gara Soojung.

Diliriknya jam tangan. Sudah lewat tengah hari. Lapar belum menyerangnya, tapi kejadian barusan sepertinya menjadi peringatan agar ia istirahat sejenak. Motornya juga sudah perlu diisi bahan bakar. Sudah dua setengah jam dia nonstop mengendarai sepeda motor dari Jeonju. Perjalanan yang menurut Minseok tidak masuk akal, membuang waktu dan tenaga. Soeul-Jeonju dan kembali ke Seoul dengan naik motor.

Ini napak tilas terakhir, begitu alasan Myungsoo. Setelah ini, dia tidak akan melakukannya lagi. Tiga tahun sudah cukup untuk terpuruk.

Setiap hari ulang tahun Soojung, Myungsoo selalu menyempatkan waktu di akhir pekan untuk melakukan ritual itu. Touring dengan sepeda motor denga rute Seoul-Jeonju. Menikmati waktu berdua, mampir ke tempat-tempat yang menjadi kenangan. Sudah putus dengan Soojung pun, Myungsoo masih melakukannya. Berharap mungkin mereka kan bertemu di jalan, untuk sekedar tahu bagaimana dia sekarang. Kedengarannya memang bodoh dan sia-sia, tapi terkadang nalar memang tidak mau jalan. Apalagi, cinta memang sering tak sejalan dengan nalar.

Ponselnya berbunyi lagi ketika dia berbelok ke sebuah pompa bensin. Neneknya menelepon yang ketiga kalinya.

Myungsoo meminggirkan motor ke arah shelter, urung membawanya ke tempat pengisian bahan bakar.

"Halo. Ya, Halmeoni."

"Halo Myungsoo, Halmeoni mau ngasih tau, ternyata Dasom sudah kenal sama kamu. Katanya pernah satu kelas di SMA. Jadi anaknya langsung mau, tinggal nunggu kamu pulang untuk ketemu. Jadi, kapan kamu pulang ke Gochang?" tanya Nenek dari seberang. Lagi-lagi, Myungsoo diuber untuk dijodohkan. Sejak putus dari Soojung, neneknya selalu mengejarnya untuk mencari pasangan baru. "Halmeoni sudah memberikan nomor hpmu sama dia. Dia nggak punya nomormu. Nanti, kalau dia menghubungimu, tanggapi dengan baik ya, Soo. Jangan seperti yang waktu itu, kamu cuekin sampai anaknya nangis, mengadu ke Harabojimu."

Myungsoo mengacak rambutnya yang terasa lembab terkena helm dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain memegang ponsel. Tanggapan atas perkataan neneknya hanyalah dehaman pendek yang tidak meyakinkan. Kalau dia tidak segera mencari pengganti Soojung, neneknya pasti akan terus mengiklankannya ke bursa para wanita lajang.

Namun, siapa yang dapat menggantikan Jung Soojung?

"Soo-ya, dengar tidak kata Halmeoni?" tanya Nenek setelah agak lama Myungsoo terdiam. Begitu mudahnya nama Soojung mengalihkan perhatiannya dari percakapan dengan neneknya.

"Ya, nantilah aku pulang, Halmeoni. Sekarang, aku sedang ada proyek yang harus segera diselesaikan."

"Sudah sembilan bulan lebih kamu tidak pulang lho, Soo. Kalau orang hamil, ya tinggal nunggu bayinya lahir. Apa kamu tidak kangen sama Halmeoni? Sampai kurus Halmeoni mikriin kamu," ujar Nenek, sedikit mengguratkan senyum di bibir Myungsoo. Halmeoni kurus? Bukannya kalau banyak pikiran Halmeoni malah banyak makan?

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang