15

283 62 77
                                    

:: Selamat Membaca ::


"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"

Jiyeon tertegun menatap jajaran stand belut panggang di Gochang Food Market itu. Segitu banyak penjual belut panggang, bisa ya laku semua.

Gochang Food Market berada di sebelah selatan pusat kota, Benteng Gochangeup. Berada di area outdoor, dipenuhi stand-stand makanan, khususnya makanan khas Gochang-salah satunya ada belut panggang dan iga panggang. Dan meja dan bangku untuk para pelanggan, persis seperti festival makanan. Pelanggan boleh memilih di stand mana yang mereka suka. Sepertinya masing-masing sudah memiliki pelanggan karena tidak ada yang kosong. Tidak hanya di food market ini saja, banyak juga restoran belut panggang di sepanjang jalan dekat terminal bus dan pintu gerbang Taman Nasional Seonunsan.

Keluarga Kim Sangjoong agaknya sudah menjadi member di belut panggang di stand berwarna biru, pemiliknya bernama Go Soo, jadi kesanalah mereka menuju. Sebagai pengikut yang baik, Jiyeon hanya mengcopy-paste apa yang mereka lakukan. Mereka memesan belut panggang dalam porsi banyak ditemani bokbunja-minuman sejenis wine yang terbuat dari raspberry hitam, khas Gochang, dan kata mereka rasanya paling enak bila dinikamti dengan belut panggang ini.

Setelah makan malam plus cerita dari utara ke selatan, mereka jalan lagi. Lagi-lagi Jiyeon dituduh sebagai calon istrinya Myungsoo. Begitu dekatnya Kakek Sangjoong dengan Go Soo, sampai persoalan jodoh si Myungsoo pun dibahas bersama. Kalau sebelumnya Myungsoo menyangkal, menolak dan mengalihkan topik pembicaraan, sekarang dia memilih untuk diam. Terserah orang-orang berspekulasi apa. Dan karena Myungsoo seperti itu, penyangkalan Jiyeon makin tidak didengarkan.

Parahnya, para pelanggan lain yang juga kenal dengan keluarga Kakek Kim Sangjoong, secara bulat sepakat juga menganggap Myungsoo dan dia sebagai pasangan. Beberapa bahkan mengucapkan selamat. Untung Jiyeon akan disini dua hari saja. Setelah itu urusannya dengan tuduhan palsu ini bisa dilupakan.

Mereka berjalan ke Benteng Gochangeup. Hujan yang tadi sempat mengguyur tempat ini, tampaknya tidak sederas di pinggiran kota tadi, tidak begitu tampak sisanya.

Mengejutkan, saat ini Benteng Gochangeup tidak terlalu ramai pengunjung, hanya beberapa keluarga saja yang berkunjung, termasuk keluarga Kakek Sangjoong. Pemandangan malam hari Benteng Gochangeup sangat indah. Mereka masuk lebih dalam ke kompleks benteng, suasana di sini lebih sepi dan tenang, sesuatu yang tidak akan pernah ditemukan di kota. Mereka berjalan-jalan di area taman. Sambil melihat-melihat, Jiyeon mengambil foto beberapa objek menarik.

"Myungsoo Sunbae! Myungsoo Sunbae!"

Ada suara memanggil Myungsoo. Seorang gadis tinggi semampai berambut panjang sepinggang mendekat ke arah mereka. Kakek Sangjoong dan istrinya saling pandang. Raut wajahnya agak tidak enak. Sementara itu si Myungsoo datar-datar saja.

"Eh, Dasom-ssi." Nenek Moonhee menyapanya. Gadis yang disebut Dasom itu menyalami tangan Nenek Moonhee dan Kakek Sangjoong bergantian. "Katanya masih di Ulsan?"

"Sudah pulang tadi sore, Halmoni. Myungsoo Sunbae, apa kabar?" Dasom menoleh pada Myungsoo, hendak bersalaman. Lelaki itu membalasnya. Sedikit sekali senyumnya.

Lalu, Dasom melihat ke arah Jiyeon. Tampak jelas kalau dia bertanya-tanya ada hubungan apa antara gadis itu dengan Myungsoo.

"Halo, Eonni." Jiyeon mengajak jabat tangan. "Jiji."

"Dasom. Temannya Myungsoo Sunbae?"

"Pacarku," jawab Myungsoo. Agaknya dia tidak mau berpanjang lebar dengan perempuan yang diajukan neneknya untuk dijadikan calon pendamping itu. Sebelum urusannya makin panjang, langsung saja di-cut sama dia.

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang