24

462 71 36
                                    


"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"



Dua tahun berlalu.

Banyak hal terjadi pada kehidupan Jiyeon. Sejak peluncuran sistem shopping online yang baru, butik berkembang semakin pesat. Cabang Pyeongchang dan Jeju juga sudah jalan. Setahun belakangan, setelah kakaknya menikah, Jiyeon mengambil alih urusan butik di cabang Jeju. Sengaja dia menjauhkan diri dari Seoul untuk menata hidupnya.

Jieun sekarang sudah memiliki anak berumur satu tahun. Jiyeon sendiri tidak percaya bahwa Jieun telah menjadi ibu. Gayanya masih seperti yang dulu, suka asal. Hanya di waktu tertentu saja dia tampak dewasa. Tapi begitu putri kecilnya bertingkah, Jieun justru ikut bertingkah juga. Jadi Minhyun yang pening dua kali lipat.

Yein dan Seungyeol menghubunginya minggu lalu, saat Jiyeon pulang kota untuk menghadiri ulang tahun pernikahan orangtuanya. Kabar mengejutkan, Yein akan menikah minggu ini. Mereka mengundangnya datang ke pernikahan nanti. Ternyata ketika Sungyeol melamar ke keluarganya Yein pertama kali dulu, dia ditolak mentah-mentah. Sampai keempat kalinya, baru keluarga Yein menerima lamarannya. Perlu diakui ketangguhan Sungyeol dalam memperjuangkan cintanya pada Yein.

Bagaimana dengan Jiyeon? Hm, masih saja menyendiri.

Sejak hubungannya dengan Seungho berakhir, dia belum membuka hatinya kembali. Bahkan Hongbin yang gencar melancarkan pendekatan, tidak menggoyahkannya.

Putus dari Seungho juga tidak berarti Jiyeon mendapatkan Myungsoo. Sejak kepergiannya saat itu, Jiyeon tidak pernah menghubunginya. Tidak juga mencari berita tentangnya. Dia merasa itu kompensasi yang sesuai untuknya karena telah berpaling hati. Menyebabkan hubungan yang rumit.

Dan rindu selalu menjadi urusannya, padahal lelaki itu penyebabnya. Dulu dan sekarang, dia hanya bisa merindu dalam diam. Dia biarkan saja penderitaan menggerogotinya hari demi hari. Didera rindu berlapis-lapis dan cinta yang berkepanjangan.


---------------------------------


Entah apa yang dilakukannya di sini. Rasanya bodoh menanti sesuatu yang tak pasti. Dia mungkin tidak akan datang di pernikahan Yein. Dan mereka tidak akan pernah bertemu lagi.

Tapi sekali ini saja, Myungsoo berharap untuk melihatnya.

Dia mengutak-atik ponselnya, membuka galeri. Ada foto Jiyeon yang diambilnya diam-diam saat mengamati perempuan itu, di butik dulu. Foto Jiyeon yang sedang menekuri desain baju. Myungsoo sengaja menyimpan foto itu dari sekian foto yang diambilnya, karena menurutnya itulah foto Jiyeon yang paling cantik. Dipandanginya foto Jiyeon, seolah-olah perempuan itu ada dihadapannya.

Maafkan jika ternyata Myungsoo lebih tidak pandai melupa. Bahkan, sepanjang waktu setelah dia memutuskan untuk pergi dari hidup Jiyeon, dia pun masih berharap agar perasaannya pada perempuan itu hanya seperti jejak-jejak kaki di atas pasir pantai, yang saat ditinggalkan lalu hilang saat gelombang datang. Nyatanya, tidak. Sialnya dia.

Ah, sial sekali ingatan ini semakin penuh tentangmu.

Gadis itu terlalu erat menggenggam hatinya. Kehadirannya terlalu mengejutkan, sehingga membuat dirinya tersentak sadar bahwa hatinya selama ini kosong.

Saat ini mungkin Jiyeon sudah tidak mengingatnya. Dia membayangkan dunia Jiyeon sudah dipenuhi kebahagiaan bersama keluarga kecilnya. Dan dia, hanyalah kenangan semata. Diam-diam, si cantik Jiyeon itu adalah ketidakmungkinan yang selalu dia semogakan.

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang