5

310 56 76
                                    


:: Selamat Membaca ::

"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"

Resepsi pernikahan Minah dilangsungkan di sebuah hotel bintang tiga, tak jauh dari rumah Jieun. Kebetulan, acaranya malam hari, jadi sepulang kerja Jiyeon bisa nyantai dulu disana. Baju untuk pesta nanti sudah dibawa sekalian.

Jieun belum pulang dari stasiun radio tempatnya bekerja, jadi Jiyeon sendirian disana. Daripada nganggur, dia latihan memakai make up. Han Ahjumma, pembantu Jieun, meninggalkannya di kamar setelah menyuguhkan minuman dingin dan camilan.

Rumah Jieun cukup besar, dua lantai. Kalau semuanya berkumpul, ada enam orang termasuk Han Ahjumma yang tinggal. Namun, sekarang hanya mereka berdua saja. Orangtua Jieun sudah satu bulan ini pulang ke Seocheon. Memang sudah direncanakan, saat ayah Jieun pensiun, mereka balik ke kampung halaman, mengurus kebun anggur. Dua adik Jieun kuliah, satu di Suwon dan satunya di Cheongju, satu universitas dengan adik Jiyeon, Junghwa.

Oke, bagaimana memulainya. Jiyeon melirik majalah yang terbuka di atas meja rias. Dari beberapa yang sudah dilihat, tampaknya contoh dihalaman yang terbuka itu tipe riasan yang mungkin cocok dengannya. Menurut yang didengar dan dibacanya, untuk acara pesta di malam hari ada baiknya memakai warna yang agak berani.

"Aduh," desis Jiyeon. Matanya berkedip-kedip cepat. Kecolok eyeliner.

"Jo." Terdengar suara Jieun dari luar. Dia sudah datang.

"Di kamar," seru Jiyeon sambil menghapus riasan di wajahnya dengan kapas basah.

"Tebak aku bawa siapa ke pesta," ucapnya riang. Jieun menari ala kupu-kupu.

"Kamu bawa date? Yah, aku sendirian dong," ucap Jiyeon pilu. Jieun mengangguk-angguk senang.

"Cari date juga lah. Mau coba ngajak Myungsoo? Tinggal telepon saja kan?" usul Jieun tidak masuk akal. Meski urusan dengan Yein sudah beres, Jiyeon kadang masih suka mengungkit cerita tentang Kim Myungsoo, alias membicarakan dugaannya yang mengarah pada tuduhan kalau Myungsoo berkepribadian ganda. Menurut Jieun, Jiyeon diam-diam tertarik pada Myungsoo karena selama ini Jiyeon tidak pernah membicarakan laki-laki sesemangat saat membicarakan Myungsoo.

"Heh? Mau disambar petir?" Suara Jiyeon meninggi sendiri. "Iya kalau dia single, kalau punya pacar?"

"Masih single sepertinya. Kalau punya pacar, dia nggak harus repot-repot mencari Yein kesana kemari. Pasti pacarnya yang bakal maju duluan. Asumsinya kan, pacarnya bisa lebih persuasif ngomong ke Yein. Sesama wanita gitu, tahu cara berpikirnya." Jieun sok tahu. "Eh, Ji, serius kamu mau dandan seperti itu? Dimerahin lagi lipsticknya dong. Nih pakai punyaku." Dia mengambil lipstick di tas kosmetiknya.

"Kamu pergi sama siapa?" tanya Jiyeon sambil membuka lipstick. Wah, ini sih bukan hanya merah merona, tapi menyala-nyala, seperti kebakaran hutan.

"Minhyun."

Jiyeon mengembalikan lipstick ke tempatnya semula, tidak berani pakai. "Minhyun? Hwang Minhyun penggemarmu itu?"

"Yup. Nanti jam tujuh dijemput. Aku mau mandi dulu." Jieun melangkah keluar.

Perkembangan yang cepat. Sepertinya, Jieun dan Minhyun belum satu bulan kenalan. Namun, begitulah Jieun. Moodnya berubah-ubah seperti arah angin. Hanya tentang Seungho saja dia teguh pendirian.

Jiyeon memandangi wajahnya di cermin. Beberapa kali mengubah warna eyeshadow dan blush on, tetap tidak bisa menemukan tampilan yang diinginkannya. Sudahlah menyerah saja. Pakai bedak dan lip cream saja seperti biasanya. Toh di pesta nanti tidak ada yang dikecenginnya juga.

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang