25

535 50 77
                                    

:: Selamat Membaca ::

"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"

Gochang dan tempat ini tidak banyak berubah. Bau udara yang sama, bersih dan samar-samar tercium aroma cemara dan mapel, dan langit jernih ini.

Sinar matahari makin tinggi menerangi, namun geliat aktivitas penduduk masih terlihat di Benteng Gochang. Hari ini adalah hari terakhir Festival Moyang disana. Jiyeon menjauhi keramaian tempatnya berdiri. Sejenak, dia berhenti. Detik ini, dia berdiri di tempat yang sama seperti beberapa tahun lalu, di tempat di mana ada lelaki itu.

Apa kabarmu, Myungsoo? Apa kamu sudah tidak mengingatku? Apa sudah menemukan cintamu? Jiyeon menghela napas dan tersenyum kecut. Waktu sudah berlalu, masalah hatinya masih saja sama. Meski dia berada di lingkungan baru, bertemu orang-orang baru, bersenang dengan pekerjaan di butik, tetap saja ada hal yang tak bisa dilupa dari diri lelaki itu.

Mengingat Myungsoo sekarang membawa kembali kenangan-kenangan lama yang selama ini tertumpuk dan tertinggal.

Kemarin dia datang ke pernikahan Yein dan Sungyeol, dengan secuil harapan untuk bertemu dengan Myungsoo. Sembari terus melangkah, dia mengenang lelaki itu, mengingat mata tajam lelaki itu yang menatapnya lekat-lekat seolah membawanya pada lautan yang luas penuh tanda tanya. Itu yang membuatmya selalu ingin kembali dan kembali menemukan hadirnya. Dan, suara lelaki itu.

Jiyeon pikir sekedar berhalusinasi.

Percaya kah, cinta yang masih tertinggal punya caranya sendiri untuk kembali, tanpa pertanda. Seperti sosok yang tiba-tiba memanggil namanya.

Jiyeon berbalik.

Seperti Myungsoo.

Jiyeon kira memori tentang lelaki itu akan menjadi sekedar nostalgia sentimental.

Kini, lelaki itu berdiri di hadapan Jiyeon, mengenakan sweater hitam dibalut mantel berwarna coklat, tangannya berada di dalam saku celana, masih dengan senyum yang sama berhias lesung pipinya, tatapan mata yang sama, tatapan saat lelaki itu mengatakan cinta padanya dua tahun lalu. Myungsoo yang menemui dirinya untuk terakhir kali dua tahun lalu dan Myungsoo yang sekarang terlihat sama.

Mereka berdiri saling berhadapan, hanya terpaut jarak beberapa meter, belum mengambil langkah. Myungsoolah yang lebih dulu tersenyum.

Rasa hangat seketika makin menyelimuti mereka, ketika kedua tubuh bertemu, rasa lengkap ketika dua jiwa mendekat, rasa rindu yang tuntas ketika kedua pasang mata menatap, menyalahkan keadaan dulu menyesali kebersamaan yang bahkan belum terjalin.

Namun, apa yang harus Jiyeon katakan pada seseorang yang sudah dua tahun menghilang dari hidupnya? Apa yang harus Myungsoo katakan pada gadis yang ia lepaskan? Bagaimana mereka harus bicara? Bagaimana mendefinisikan hubungan mereka sekarang, teman, kenalan, atau orang asing?

Myungsoo mengambil empat langkah maju untuk merapatkan jarak di antara mereka. Pantas jika wajah lelaki itu terus mengiang-ngiang di kepala Jiyeon, ternyata baru ia sadari bahwa rasa rindu yang membuat lelaki itu lebih memesona. Karena rindu pula yang membuatnya sulit bernapas.

"Lama tidak bertemu, Jiyeon," Ujar Myungsoo. "Aku senang kita bertemu kembali,"

Lelaki itu mengajak Jiyeon keluar dari area Benteng Gochang. Mereka bertukar ucapan apa kabar, dan obrolan pendek menyertai.

Mereka menyusuri jalan itu dalam diam, seperti kehabisan topik untuk dibicarakan. Atau, mungkin justru sedang berdebat dengan hati masing-masing.

Lama mereka tak berbicara, hingga akhirnya Myungsoo berkata, "Aku merindukanmu, Jiyeon."

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang