6

290 60 82
                                    


:: Selamat Membaca ::



"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"

Yein benar-benar menghilang. Hingga sore hari berikutnya, tetap tidak ada kabar. Jiyeon dan Ibunya mau melapor ke kepolisian, tapi pamannya Yein, Jung Ahjussi, yang datang ke rumah tepat sebelum mereka berangkat, meminta agar mereka tidak melakukannya. Dia akan mencari Yein dulu.

Seperti dengan dugaan Jiyeon, kedatangan Jung Ahjussi kemarin memang benar untuk membujuk Yein pulang, masih terkait dengan pernikahan itu. Jung Ahjussi menyampaikan kalau keluarga Yein sudah menerima lamaran Sunggyu. Saat Jiyeon bertanya mengapa orangtua Yein mau menikahkan anaknya dengan orang yang sudah beristri, penjelasan dari Jung Ahjussi membuatnya tidak dapat protes lebih lanjut.

"Jadi, istri Kim Sunggyu sudah divonis dokter tidak bisa punya keturunan," gumam Nyonya Hwang Misun. Mau tak mau, Ibu Jiyeon juga melihat sisi lain dari rencana pernikahan tersebut.

"Tapi, ya tidak harus memaksa orang seperti itu dong, Eomma," kata Jiyeon, hanya dapat menitikberatkan pada kata memaksa. Kim Sunggyu itu anak tunggal, dan kalau istrinya tidak bisa memberikan anak, dapat dibayangkan kegalauan keluarganya. Dengan harta begitu banyak, pada siapa nanti akan diwariskan.

Memangnya hanya itu satu-satunya cara untuk meneruskan generasi? Menikah lagi?

Entahlah, entahlah. Sakit perut Jiyeon memikirkannya.

"Laki-laki yang kemarin datang ke rumah, kamu sudah tahu siapa dia, Ji?" tanya Ibunya, setelah Jung Ahjussi pulang. "Yein pernah cerita-cerita kalau suka sama siapa nggak?"

Ah, itu dia. Satu narasumber yang dapat ditelusuri. Laki-laki yang datang sebelum Yein pergi. Dia mungkin ada hubungannya dengan menghilangnya Yein. Semua kemungkinan harus dianalisis.

Jiyeon menggeleng. Yein tidak pernah cerita tentang laki-laki, apalagi jadian. Namun, mungkin saja dia punya hubungan spesial dengan laki-laki yang datang itu. Beberapa waktu lalu, dia memang terlihat begitu bahagia, seperti orang yang sedang jatuh cinta.

Kamar Yein. Jiyeon mendapatkan petunjuk. Coba dia kesana, siapa tahu ada informasi yang dapat digali dari sana. Bukan bermaksud untuk melanggar privasi orang, ini emergency.

Tadinya dia berniat mencari buku catatan, diary, surat cinta, atau apa sajalah yang mungkin dapat memberikan informasi, tetapi tidak menghasilkan apapun. Aih, lupa, zaman ponsel dan internet begini, dia tidak yakin masih ada orang yang mengirimkan surat cinta. Paling saling chatting-an atau teleponan, atau email-an. Bahkan, bisa juga update status di facebook atau nge-tweet, dm-dm-an di instagram juga. Namun, rasanya Yein belum secanggih itu.

Satu-satunya jalan yang bisa dilakukannya adalah mendatangi teman-teman Yein, yaitu beberapa pembantu tetangga. Siapa tahu salah satu dari mereka pernah diajak curhat.

"Eomma, aku keluar sebentar ya." Jiyeon berpamitan pada Ibunya, memulai misi penyelamatannya.

-------------------------

Di sebuah bangunan bercat biru dengan papan besar di dinding depannya, bertuliskan GRIT. Inc, berslogan Joining The World, kesibukan tengah terjadi. Sebagian dari karyawan sudah mulai membereskan isi ruangan mereka, menyimpan berkas-berkas dalam kardus atau kontainer. Sebagian barang sudah mulai bisa dicicil dipindahkan ke tempat yang baru.

Minseok melirik Myungsoo yang sibuk berkutat dengan laptop. Dia sama sekali bergeming meskipun ponsel di sebelahnya bergetar, bergeser sedikit demi sedikit.

"Myung, mau kuangkatin?" tanya Minseok, sudah tidak tahan.

"Nggak usah, biarin aja." Mata Myungsoo masih tertuju pada layar laptop.

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang