22

289 64 105
                                    


:: Selamat Membaca ::


"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"


Tak disangka delapan bulan terasa begitu cepatnya. Ada kabar besar, Lee Jieun akan menikah! Persiapan pernikahan itu rasanya baru tiga puluh persen, tapi waktu tinggal dua bulan lagi. Jiyeon bisa keriting menyiapkan semuanya sendiri. Jadi single bridesmaid by request membuat stress. Makanya dia agak memaksa untuk dibantu wedding organizer. Baru hari ini Jieun mau mendengarkan dan dia yang memilih WO-nya.

"Ji, undangan yang kau pilih keren betul. Tapi kenapa nggak ada fotonya sih. Bagusnya dikasih foto, Ji. Satu apa dua gitu lah. Kecil nggak apa-apa. Buat kenangan saja." Jieun membuka contoh undangan.

"Jieun, nggak diberi foto lebih seru tahu, melambangkan cinta adalah misteri," ujar Jiyeon, sok puitis. "Lagipula nanti bisa ketahuan kalau kamu lebih tua... hehe. Bercanda."

"Sialan. Berondong itu lagi in tahu. Dan cinta tidak mengenal usia."

"Iya, iya. Lihat nih gaunnya, mana yang jadinya kamu pilih? Waktunya sudah mepet lho, kamu malah santai-santai saja." Jiyeon menunjukkan tiga desain gaun pengantin pada Jieun.

"Ini," jawabnya, menunjuk ke salah satu satu gambar dengan menutup mata.

"Jangan bercanda, Jieun. Serius, yang mana?" tanya Jiyeon sambil memperhatikan jalan di depan. Masih lumayan jauh dari pintu masuk Times Square Mall. Sopir taxi dengan sabar membawa mobil jalan pelan-pelan. Kalau boleh turun disini, sudah pasti dia akan membuka pintu dan jalan kaki. "Ngomong-ngomong, kita mau ketemu siapa di WO Walkerhill?"

"Ada deh, nanti juga tahu. Eh, Seungho sudah sampai mana persiapannya untuk menikahimu?"

"Belum banyak, kan masih lama. Lagipula dia masih sibuk disana."

"Eh, ngomong-ngomong, kau belum bilang ke dia tentang Myungsoo?" tanya dia. Lagi-lagi dia mengungkit tentang itu, padahal Jiyeon sudah bilang untuk melupakannya.

"Sudah lah, Jieun, nggak perlu menyebutkan dia lagi. Aku waktu itu sudah bilang ke Seungho kalau aku kepikiran pria lain dan dia sudah memaafkanku. Jadi ya sudah, nggak perlu diungkit kembali. Lagian aku sudah nggak ada rasa. Itu masa lalu. Sekedar reaksi kimia sesaat. Myungsoo sudah dengan dunianya dan keluarganya, aku juga begitu."

"Berarti sudah nggak akan terpengaruh kalau aku mengatakan informasi ini ya?" tanya Jieun, memancing.

Dari wajahnya, Jiyeon tahu kalau Jieun ingin segera mengatakannya. "Apa?"

"Rasanya aku melihat Soojung di kantor Myungsoo tadi pagi. Tahu nggak, dia lebih berisi sekarang. Lagi hamil muda."

Deg!

Aku nggak apa-apa. Aku nggak apa-apa. Wajar kalau orang sudah menikah terus hamil. Hamil anaknya Myungsoo. Anaknya Myungsoo. Myungsoo...

"B-baguslah," ucap Jiyeon terbata. "Coba kau lihat lagi desain gaunnya." Dia menyerahkan tiga lembar desain gaun pengantin pada Jieun, lalu menyibukkan diri dengan ponselnya sambil berusaha menenangkan lututnya yang gemetar.

Myungsoo akan memiliki anak. Dia pasti bahagia.

Jiyeon mengutuk dirinya sendiri karena merasa teriris begini. Seharusnya dia tidak merasakan apa-apa lagi. Delapan bulan sama sekali tidak pernah bertemu, tidak menelepon, tidak berbalas pesan, benar-benar putus komunikasi, semestinya dia sudah normal kembali.

Tapi hatinya telah berkhianat lagi. Mungkin karena dia tidak benar-benar melupakannya. Tidak. Jauh disalah satu sudut hatinya, Kim Myungsoo tidak pernah pergi.

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang