20

285 72 156
                                    


:: Selamat Membaca ::



"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"

"Oke, apa yang terjadi denganmu?" Kim Minseok mengambil duduk di samping Myungsoo. Lelaki itu justru berdiri, hendak pergi tapi ditahan oleh Minseok. "Terakhir kau bungee jumping saat Soojung akan menikah. Sebelumnya saat perusahaan sedang tergoncang. Ada masalah apa kali ini?"

"Nggak ada. Pingin saja."

"Kau nggak bisa menipuku, Myung. Aku kenal kau. Ayolah, bilang saja."

"Aku cemburu."

"Kau?!" Hampir saja Minseok tertawa kalau tidak melihat keruhnya wajah Myungsoo. "Kupikir tidak akan ada lagi yang bisa membuatmu merasakan sesuatu."

"Kupikir juga begitu. Sial." Myungsoo menyambar botol air mineral dan menghabiskan isinya sekaligus. "Setengah mati aku menahan diri berada di satu ruangan dengan mereka seharian. Sepertinya dia sengaja melakukannya di depanku."

"Apa aku tahu siapa yang kau bicarakan?" tanya Minseok. Myungsoo tidak menjawab, tapi Minseok sudah manggut-manggut mengerti dengan siapa yang dimaksud. "Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Kalau aku tahu, aku tidak akan ada disini. Aku butuh adrenalin untuk berpikir."

"Kau khawatir akan terulang kembali kejadian yang sama dengan Soojung?" tanya Minseok hati-hati. Myungsoo menoleh ke arahnya. Dari diamnya dia mengatakan iya. "Kalau begitu buka saja dirimu dari sekarang. Katakan semuanya kepada dia, lalu tunggu saja hasilnya."

"Aku harus memastikan satu hal dulu sebelumnya." Myungsoo melempar botol air mineral yang sudah kosong ke tempat sampah, kemudian pergi menemui instruktur bungee jumping, siap untuk dipasangi perlengkapan melompat.

Dua hari ini kekasihnya Jiyeon, Yoo Seungho, selalu datang ke butik, seharian. Ngikutin kemana saja Jiyeon pergi, seperti bebek. Dan, karena pasangan itu sudah lama tidak bertemu, mereka tidak ada hentinya mengobrol berdua. Dan entah betul atau hanya dugaan Myungsoo saja, Jiyeon jadi agak overacting, sengaja memanas-manasinya.

Benar-benar celaka. Dia tidak pernah ambil pusing pada keasyikan sepasang kekasih yang sedang mabuk kepayang, tapi kalau di depan mata setiap hari begini bikin migrain juga.

Myungsoo sudah berusaha menganggap mereka anak-anak kecil yang sedang terkena cinta monyet – Jiyeon dan Seungho sekiranya lebih muda enam tahunan dari dia. Tapi tidak bisa juga dia menutup mata kalau mereka itu benar serius dalam berhubungan. Belakangan Myungsoo baru tahu kalau keduanya sudah jalan hampir tiga tahun. Itu bukan waktu yang singkat untuk cinta monyet. Dirinya dan Soojung saja yang bukan cinta monyet, hanya bertahan dua tahun.

Benar-benar gila, si cantik Jiyeon suka sekali membuatnya hatinya jadi berantakan.

------------------

"Ji. Ji. Ayo, kita keluar." Seungho menepuk lembut pundak Jiyeon. Gadis itu tergeragap. Oh, filmnya sudah selesai dan dia sama sekali tidak tahu bagaimana jalan ceritanya. Tubuhnya berada di teater bioskop bersama Seungho, tapi pikirannya mengembara ke mana-mana.

Pertemuan pertamanya dengan Seungho beberapa hari lalu setelah lima bulan terpisah tidak sedramatis yang dia kira. Jiyeon senang dia datang, tapi tidak sesenang yang seharusnya. Dia malah merasa seperti telah memanfaatkan Seungho untuk kepentingannya sendiri. Dia menggunakan Seungho untuk membuat Kim Myungsoo panas. Mau membalas dendam ceritanya. Apa itu tidak kebalik-balik?

Sewaktu Seungho menemuinya di butik, Myungsoo sedang ada di ruangan, meng-install program keuangan dan pemasaran di PC. Perkenalan mereka sepintas lalu, tapi Jiyeon merasakan ada sedikit ketegangan yang terbangun di antara keduanya, atau mungkin itu harapannya. Sampai saat ini Seungho tidak mengatakan apa-apa padanya mengenai Myungsoo, tapi rasanya dia menyembunyikan sesuatu.

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang