19

303 74 118
                                    

:: Selamat Membaca ::


"Sebab Mencintaimu Tak Membutuhkan Alasan"

Baiklah. Karena semuanya sudah clear tentang posisi masing-masing, dia harus bersikap rasional. Dia memiliki Seungho, Myungsoo memiliki Soojung. Jadi, sekarang waktunya bersikap profesional. Semakin cepat pekerjaan memperbarui website dan sistem keuangan ini dilakukan, semakin cepat pula lelaki itu pergi.

Racun-racun asmara yang selama ini mengalir di pembuluh darah Jiyeon, harus dinetralisir dan dikeluarkan dari dalam tubuhnya. Yang terjadi padanya dan Myungsoo beberapa waktu lalu adalah intermezzo, tidak ada artinya.

Dengan niat kuat, Jiyeon yakin pasti bisa melewati ini.

Dan selama sebulan ini Myungsoo benar-benar bersikap normal. Untuk sebagian besar waktu. Walaupun lebih sering fokus pada pekerjaan dan jarang berbasa-basi, Myungsoo terkadang suka melakukan sesuatu yang membuat Jiyeon salah tingkah. Mungkin menyapanya duluan, mengambilkan barang, memperbaiki kalau laptopnya ada trouble, bertemu pandang tak sengaja, bukanlah hal yang sengaja dilakukan untuk menarik perhatiannya. Tapi karena yang melakukan itu adalah Kim Myungsoo, rasanya jadi mendebarkan.

Seperti tempo hari ketika Jiyeon sedang menekuri sketsa desain baju yang sedang dibuatnya. Saat dia mendongakkan kepala untuk istirahat sejenak, tiba-tiba dihadapannya sudah ada Myungsoo yang menyodorkannya minuman. Sekilas senyumnya mengirimkan seribu kupu-kupu yang membuat Jiyeon kaku di tempat duduknya.

Ya, meskipun Myungsoo sudah menjadi orang asing dan hanya beberapa jam sehari di ruangannya, tapi Jiyeon tidak bisa semudah itu menghapus sisa perasaannya.

"Ji, buruan ayo. Aduh, kelamaan kamu ini, melamun terus. Minhyun sudah menunggu di depan itu lho. Buruan." Jieun menggelandangnya keluar dari ruangan. Jiyeon bahkan belum sempat mengunci pintu. Hari ini Myungsoo tidak datang, jadi seharian ini dia merasa bebas merdeka.

"Tunggu bentar, Jieun." Jiyeon kembali lagi untuk mengunci pintu. "Kalau Eunji tidak datang, aku akan pulang. Tidak mau aku berduaan saja dengan Hongbin lagi." Sudah dua kali Jieun berhasil memanipulasinya sehingga dia jadi berduaan dengan Hongbin saat mereka janji ketemuan atau makan di suatu tempat.

"Datang, datang. Ayo, cepetan. Keburu selesai nanti pertunjukkan musiknya." Jieun berjalan cepat-cepat. Segitu amat mau melihat bandnya Jung Yonghwa. Mungkin karena dia ditugaskan mengontak band itu supaya mau mengisi acara di radionya. Kebetulan kenal baik dengan vokalisnya.

Minhyun membukakan pintu mobil untuk Jieun. Pasangan yang baru resmi jadian ini lagi mekar-mekarnya. Apa-apa masih indah. Sepanjang perjalanan mereka seperti tidak merasakan kehadiran Jiyeon. Jadilah dia obat nyamuk tanpa asap.

Sesampainya di mall, mereka langsung menuju lantai dasar. Banyak sekali penontonnya, sampai susah untuk lewat. Jieun memakai kartu persnya supaya bisa masuk ke backstage. Jiyeon dan Minhyun menunggu saja di salah satu sudut yang agak leluasa dari kerumunan orang.

Hongbin meneleponnya. Lelaki itu menyusul tak lama kemudian. Baru saja mereka berbincang-bincang sebentar di sela kebisingan, ponsel Jiyeon sudah berbunyi-bunyi. Myungsoo yang menelepon. Kiranya hari ini dia akan benar-benar bebas darinya, ternyata tidak.

Myungsoo memintanya untuk datang ke kantornya. Ada yang penting yang ingin dibicarakan. Jiyeon bilang dia lagi ada acara, tapi lelaki itu tidak mau menerima alasan. Seperti biasa, dia menetapkan waktu semuanya. Setengah jam lagi Jiyeon harus ada di ruangannya.

Terpaksa dia pergi.

Hari sabtu seharusnya kantornya tutup, kenapa Kim Myungsoo bekerja?

Jiyeon tiba di sana hampir satu jam kemudian, malam minggu begini kenapa banyak yang masih di kantor itu. Heran, apa mereka tidak ingin bersama dengan keluarga atau orang yang disayang?

SEMPURNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang