Chapter 22

17 2 0
                                    

Setelah keluar dari kolam, aku langsung memberikan bathrobe Mommy kemudian memberikan bathrobe Val bahkan memasangkannya di tubuhnya.

Aku tau saat ini dia kedinginan, bibirnya memucat. Setelah ku pakaikan, dia langsung memeluk erat bathrobe nya. Bukan memelukku tentu saja.

*****

Para gadis dan tentu saja mommy di rumah ini pergi berbelanja sejak beberapa waktu yang lalu, membeli buah tangan katanya.

Sedangkan para pria nya lebih memilih menetap dirumah daripada menambah dosa karena ikut pergi bersama para wanita wanita itu.

Sudah dapat dipastikan betapa hebohnya mereka dengan tangan yang penuh belanjaan.

Daddy pergi ke halaman belakang yang penuh dengan air, ingin melihat ikan hiu paus pemakan plankton miliknya. Mungkin pria tua itu sudah menenggelamkan dirinya bersama hiu hiu peliharaan nya.

Sedangkan si playboy yang sayangnya adalah temanku itu entah pergi kemana semenjak para wanita dirumah ini pergi.

Para wanita itu tak pergi cuma ber-5 saja, kalian juga tau pastinya.

Anggotaku dan anggota Daddy tentu bersama mereka, dalam jarak yang berbeda. Mengintai dari kejauhan.

Dan yang terakhir, aku. Aku memilih untuk tak turun dari tempat tidur. Kejadian seperti ini takkan ku rasakan jika sudah kembali ke mansion.

Sudah dipastikan kalau aku akan sibuk dengan dunia lainku di kantor.

Hingga saat ini mataku terpejam, mengantuk namun entah mengapa tak dapat tidur.

Beberapa menit aku menetralkan nafasku, berharap dapat tertidur setelahnya.

Namun salah, dering yang dikeluarkan ponselku membuatku menutup wajahku dengan bantal.

Bertahan pada posisiku, namun deringan itu tak berhenti.

Tanpa bangkit dari tempat tidur aku meraba nakas sebelah tempat tidur, mencari keberadaan ponsel pintar itu.

Setelah menemukannya aku menggeser tombol hijau itu tanpa melihat lebih pasti siapa yang menelfon.

Meletakkan ponsel itu di telingaku layaknya orang umum yang tengah menelfon, dan disaat itu juga suara Valerie terdengar.

"Oh god! What are you doing? Aku menelfonmu lebih dari 2 kali." ucap Val setengah berteriak diseberang sana.

"Ada apa? Aku tak menginginkan buah tangan apapun" jawabku yang sempat kaget karena teriakan gadis itu.

"Bukan itu.. Ka-kami.. Kami, aku dan Carry menabrak mobil seseorang, dan.. Dan orang yang mobil nya kami tabrak adalah seorang pria. Dia tengah berdebat dengan Carrisa. What should i do?" suara Val entah mengapa terdengar seperti lirihan

"What? Bagaimana bisa? Mengapa hanya kalian berdua saja? Dimana kalian?" ucapku yang sudah tersadar 100% dan langsung bangkit.

"Aku menginginkan milkshake dan Carry tau dimana tem- astagaaaaa dia mendorong Carrisa! Aku harus turun" Terdengar suara pintu yang dibuka lalu ditutup sedikit keras dari seberang sana, aku tak tau apa yang terjadi.

Val tak lagi berbicara denganku, namun aku dapat mendengar bagaimana ia membela temannya itu. Ketidaksengajaan yang di buat sahabatnya itu membuat perdebatan antara mereka dengan lelaki yang disebut Val. satu? dua? entahlah. kuharap tak banyak

"aww.. apa-apaan kau ini? Berani-beraninya kau menamparku? stop it! jangan mendorongku. aku akan mengganti biaya kerugianmu, aku akan kembali dengan ibuku. Kau bisa menahan pasporku atau apa"

"what the fu*k??!!  Stay away from that bastard  Valerie! how dare he is!  I think he wants to die soon!" teriak ku yang menggenggam kuat benda pintar yang kini menjadi pelampiasanku.

•Tuuutt...•

Panggilan kumatikan secara sepihak.
Tak tau entah apa yang sudah kupikirkan, aku meraih jaket kulit ku. Tak perduli dengan training dan sepatu sport ku. Dengan segera aku menuju mobil di depan dan menancap gas langsung mengikuti arah yang tertera di ponselku. Tempat Valerie berada dengan bantuan ponsel pintar ku.

*****

Jantungku berdegup kencang selama perjalanan menuju ke lokasi Valerie.

"Astagaaa bahkan tak satupun yang dapat menjawab panggilanku. Ck.. Kan ku pastikan mereka kehilangan kepalanya setelah ini jika terjadi sesuatu dengan Val"

*****

*Author POV

Bugatti Marron itu membelah jalanan yang cukup sepi, segala ketenangan sirna karena kecepatan yang dibawa telah mencapai kecepatan rata-rata biasanya. Untungnya keadaan sepi dijalanan itu memperlancar meluncurnya pria yang diidamkan banyak wanita untuk  segera sampai ke tempat yang dituju.

"Mengapa semua seakan akan menghilang dalam keadaan genting seperti ini ?!"  geramnya karena tak ada satupun dari mereka yang sudi mengangkat telfon dari nya pada saat yang genting ini.

Setibanya di titik yang dituju, ia langsung bergegas keluar dari dalam mobil. Melihat sekitarnya dengan pasti, namun hanya ketenangan yang ada. 

Mata tajam itu terus memperhatikan sekitarnya, namun pandangannya harus teralihkan karena suara ombak yang menghempas batu.. 

Langit menjadi kelam, angin yang berhasil membuat rambut pria jangkung itu menari begitu lembut.

Pria jangkung itu memalingkan lagi tatapannya kepada anak kecil yang tengah berjongkok meraih sesuatu di jalanan..

Tapi benda itu tak asing baginya, dia tau benda itu dan dia juga memiliki beberapa hiasan yang sama.

"Dimana kau mendapatkan ini? Apakah ini terjatuh?" Tanyanya dengan suara beratnya kepada anak kecil tadi.

"Aku menemukannya disitu, apakah ini milik paman?" Jawab sang anak terlihat bingung setelah menunjukan letak dimana benda itu terjatuh.

"Yaa ini milikku, bisakah berikan padaku?" 

"Tentu.. oh ya.. tadi aku melihat 2 wanita bersama beberapa pria masuk ke dalam bangunan itu.. mungkin paman mengenalnya.."  

Kata-kata itu tentu saja membuat kepala pria dengan kunci mobil di genggaman nya itu menatap gedung disampingnya.

*****

Tbc..

Aku butuh penyemangat. :")

Sweet Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang