Chapter 26

13 3 0
                                    

Malam makin larut, satu per satu meninggalkan kediaman keluarga Alexander. Begitupun dengan si kembar, Rare bahkan James.

Mereka berpamitan di ruang keluarga beberapa saat setelah makan malam berlangsung.

Makan malam yang didominasi dengan percakapan, tentu saja. Apalagi mengingat ada si kembar dan James, manusia receh ke gadis-gadis.

Hari yang melelahkan akhirnya kembali normal. Hal itu membuat Val masuk kekamarnya lebih cepat dibandingkan Mommy, Daddy dan Rafael.

Tiga orang itu tetap setia berada di ruang keluarga. Hanya bertiga.

Bahkan para pelayan tak terlihat satupun setelah meletakkan minuman di meja.

Raut wajah Rafael ketika didalam dunia bisnis nya dikeluarkan sekarang. Rahangnya yang mengeras, tanpa senyum. Tatapan mata yang tajam.

"Mommy rasa kita tidak sedang berbisnis." Ucap Mommy, membuka percakapan setelah menyesap wine nya sedikit.

*
*
*
*
*

"Bagaimana dengan wisudamu? Daddy mendapat kabar awal Desember?"

"Eh-em" Angguk Val, berusaha menghabiskan potongan sandwich dimulutnya sesegera mungkin.

"Yaa.. Tanggal 3, jika tak ada kendala dari pihak Universitas" Sambungnya

"Ingin baju baru? Kita bisa membuat rancangannya. Kita bisa pergi besok atau lusa. Hari ini Mommy ada jadwal" Seru Mommy pada putri nya.

"Masih ada kurang lebih 2 bulan lagi Mommy. Itu terlalu cepat. Skripsi Val belum mendapatkan respon dari dosen pembimbingnya." Jelas Valerie

Valerie meraih segelas susu nya dengan mata yang sesekali melirik Rafael.

Hampir 3 hari telah berlalu, tingkah pria itu benar-benar berbeda.

Apakah dia marah karena aku bersama mommy?

Cukup banyak pertanyaan dikepala gadis itu. Namun tak bisa Ia lontarkan.

Sesekali dia melihat, Rafael menatap Daddy dengan tajam.

"Apakah ada hal yang salah disini?" Tanya Val menolehkan pandangannya kearah Mommy dan Daddy bergantian.

"Tidak.. Tentu saja tidak, sweetheart" Jawab Mommy cepat membuat Valerie menoleh kearahnya, menyatukan kedua alisnya karena bingung.

"Lalu?"

"Kita hanya memikirkan.. Ahh memikirkan nama dosen pembimbingmu, bagaimana bisa dia menggantung mahasiswanya seperti ini." Tutur sang Ibu

Mendengar jawaban dari sang Ibu seperti itu. Valerie semakin penasaran dan tak semudah itu mempercayainya.

Bagaimana bisa mereka memikirkan nama dosen pembimbingnya, tak mungkin sepasang suami istri itu tak ingat.

Namun Ia tetap berusaha biasa saja, tak ingin keadaan di ruang makan menjadi lebih aneh.

"Rare bilang, istrinya melahirkan anak ke tiga. Mungkin karena itu." Jawab Val pada akhirnya.

*

"Aku akan mengatur hidupku sendiri."

"Dan hidupmu sudah ditetapkan dari lama. Jangan membuatku mengulang kata-kata yang sama lagi." Balas pria paruh baya itu dengan cepat. Diakhiri dengan pisau dan garpu di sisi kanannya.

"But.. One week? Let's stop this drama, Dad. Ini bahkan sudah masuk hari ke 4. Dia seorang mahasiswi. Dia pasti memiliki banyak hal yang ingin dilakukannya dikemudian hari." Balas Rafael

"Dan dia tetap bisa mendapatkannya, sebelum ataupun sesudah menikah. Dia bisa melakukan apapun yang dia mau. Kenapa tidak? Kau melarangnya? Kau akan membuatnya berdiam diri dirumah setiap hari?"

"Mom.." Panggil Rafael pada sang ibu yang sedari tadi terus melahap makan siangnya tanpa memperdulikan omongan dari anak maupun suaminya.

"Habiskan makan siangmu terlebih dahulu."

Dengan cepat, Rafael menghabiskan makanannya. Tanpa mau mengulur waktu lagi. Ini tak bisa dibiarkan lama-lama.

Terutama karena orang tuanya yang sangat sangat sangat keras kepala ini.

Dentingan sendok yang beradu dipermukaan mulus piring itu membuat para pelayan tiba-tiba muncul dari balik pintu yang sejak tadi tertutup.

Sepasang suami istri serta putranya itu berada di salah satu restoran bernuansa Eropa kelas atas.

Duduk bersama mengelilingi meja bundar yang dilapisi kain berwarna marun.

Tanpa adanya sesosok sang putri.

"Sekarang, apa?" Ucap Rafael mengintimidasi kedua orang tua dihadapannya.

Dengan santai, Mommy menatap nya seraya menjawab.

"Pilihan tetap seperti diawal, baby"

"Don't baby me!" Seru Rafael tak sabar.

Disaat-saat seperti ini, bisa-bisa nya Mommy main baby-baby an.

"Jo. Semua ketetapan sudah ada dari awal. Semua telah kau dengarkan." Balas Daddy melipat kedua tangannya didepan dada.

Rafael yang hanya seorang diri bertahan dengan keinginannya hanya menghela nafas nya berat.

"Jangan terlalu keras kepala. Mommy tau kau juga menginginkan ini, tapi dilema karena keputusan Valerie."

"Kapan pernikahannya?" Tanya Rafael dengan jari jari nya yang memijit dahinya yang mulai berdenyut sakit.

"Sesaat setelah Valerie memberikanmu hatinya" Ucap Mommy cepat

Perkataan Mommy itu lagi-lagi mengundang helaan nafas berat dari Rafael.

"Ya yaa.. Itu keputusan kalian. Tapi, lebih cepat lebih baik. Aku menginginkan penerus secepatnya." Balas Daddy

"And here I am" Jawab Rafael cepat dengan nada tak terima.

"Ketika kau memiliki seorang putra yang sudah dewasa nanti. Kau baru merasakan apa yang kurasakan saat ini, Jo."

*

"Valerie"

"Yes, Sir?" Jawab Valerie cepat, sama cepatnya dengan tubuhnya yang menghadap orang yang memanggilnya tadi.

"Sir?" Ulang pria tadi

"Rafael? Kenapa kau ada disini?" Bingung Valerie karena tiba-tiba Rafael ada dihadapannya tanpa pemberitahuan sebelumnya.

"Kelasmu hari ini sudah selesai?"

Bukannya menjawab pertanyaan gadis itu, pria jangkung tadi malah melontarkan pertanyaan lain nya.

Tanpa perduli raut wajah gadis yang menahan rasa jengkel nya.

Bukan tak dia rasakan, dia merasakannya. Dikeluarganya. Dikeluarga barunya itu. Ada suatu hal yang terjadi. Tapi entah apa itu.

Semua seakan-akan berusaha sekeras mungkin untuk menutupi suatu hal tadi darinya.

*
*
*
*
*

My 27th parts is here!!

Tomorrow.
My 7th years without Mommy.

Mohon doa dan Al-fatihah nya semuaaa

Thanks a lot coz reading my stories

Thank you for 1.51k viewers

Don't forget, comment and vote luv

Minal aidzin wal faidzin all ❤❤❤

Keep healthy always and miss me >,<

Lvyou

*

TwinTwinCroco









Sweet Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang