Part. 2 Hot as Hell

52K 2.3K 37
                                    

"Tarik nafasmu dalam-dalam. Aku tidak akan berhenti meski kau menangis di depanku."

Cassie membuka kakinya pasrah dan Drake memposisikan tubuhnya. Cassie tersentak menjauh saat kejantanan Drake memaksa menerobos masuk namun sebuah penghalang membuatnya tertahan.

Tangan Drake menahan bahu Cassie dan mencobanya sekali lagi. "Aaahhhh...." Cassie menjerit lagi. Perih. Ia amat kesakitan. Cassie sampai menggigit bibirnya dan matanya menutup rapat. Ya Tuhan. Tolonglah, semoga ini cepat berakhir. Batin nya dengan asa yang tersisa. Air matanya mengalir saat Drake memasukinya perlahan.

Drake menghela nafas berat saat berhasil memenuhi kewanitaan Cassie dengan miliknya yang besar. "Ahh, Cass. Ini akan lebih panas dari neraka. Aku janji."

Ketika Drake mencabut miliknya yang besar, Cassie mengira siksaannya telah berakhir. Tapi kemudian pria itu memasukinya lagi kali ini dengan kasar, lalu keluar dan masuk kembali. Gerakan itu membuat Cassie semakin basah dan licin. Awal yang terasa menyakitkan berubah menjadi erangan nikmat yang tertahan di tenggorokan Cassie. Ia menggigit bibir bawahnya ketika hentakan pinggul Drake semakin keras. Tangannya mencengkram samping sofa dan desah nafas Cassie yang terengah-engah semakin menambah adrenalin Drake terpicu dan memompa lebih kencang. Cassie merasa tubuhnya hancur berkeping-keping, sekujur tubuhnya bergetar hebat dan kewanitaannya berdenyut panas.

Drake meraih pinggang Cassie dan memutarnya hingga menelungkup. "Berlutut." Perintahnya dengan nafas memburu.

Cassie terpekik. Drake memasukinya lagi dari belakang. Mereka bergerak dengan tempo yang cepat. Drake mendesaknya terlalu bernafsu. Jemari Drake mencengkram kedua sisi pinggulnya dan mendominasi gerakan. Cassie tidak diberikan kesempatan untuk jeda, Drake semakin bergairah mengabaikan keringat yang mengucur deras. Permainan semakin liar dan kedua lutut Cassie mulai lemas oleh klimaks yang terus berulang.

Drake akhirnya mengerang keras saat mencapai puncak. Cassie ambruk ke atas sofa dan perasaan bahagia membuncah memenuhi aliran darahnya. Ia melihat Drake menuju ke sebuah ruangan dan menutup pintunya. Cassie beranjak duduk dan terkejut hingga nyaris terjungkal melihat bercak merah mengotori sofa beludru milik Drake.

Ia jelas tidak bertanggung jawab akan kekacauan ini. Sofa itu jelas mahal dan ia seorang perawan yang pasti meninggalkan noda, seharusnya pria itu paham. Bukan salahnya mereka tidak melakukan itu di tempat yang seharusnya. Cassie nyaris telanjang. Kemeja nya sobek dan pakaian dalamnya entah kemana. Untung saja mantel  yang dikenakannya hari ini sepanjang lutut setidaknya cukup menutupi penampilannya yang lebih mirip pemain film panas. Drake bahkan merusak tatanan rambutnya. Ia ingin segera keluar dari neraka ini tapi pintu itu hanya bisa dibuka atas ijin pemilik rumah.

Cassie meringkuk di atas sofa mengingat kembali apa yang barusan terjadi di tempat yang ia duduki. Sejujurnya ia merasa sangat terpuaskan, amat puas. Hati kecilnya bahkan menginginkannya lagi. Cassie mengulum bibir lalu menggigiti bibir bawahnya, berusaha menyiksa diri agar tidak menikmati apa yang barusan terjadi. Ia merapatkan mantel karena udara mulai terasa dingin. Perapian milik Drake terlihat kosong dari kayu bakar, hanya pajangan.

Tak lama kemudian seorang pria paruh baya turun dari tangga dan berjalan ke depan Cassie, membuka topinya memberi salam dengan hormat. "Selamat malam Ms. Fleur. Tuan memerintahkan saya mengantarkan Anda pulang."

Cassie merasa amat tersinggung. Setelah apa yang terjadi, pria itu bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Keterlaluan. Bajingan. "Saya ingin bicara dengan Mr. Lincoln." Ujarnya tegas.

"Maafkan saya miss. Tuan berpesan untuk tidak diganggu. Tuan ada rapat penting. Mari saya antar, lewat sini miss."

Cassie marah namun tidak dapat berbuat apa-apa. Ia membawa tasnya dan pergi keluar mengikuti orang suruhan Drake.

Deal With The Devil (The Affair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang