Hari berlalu dengan cepat, banyak hal terjadi. Cassie telah pindah ke Apartemen yang diberikan Drake padanya. Apartemen itu tidak mengarah kepada sesuatu, ke arah romantisme yang Cassie pikir akan muncul diantara mereka. Drake masih datang sesuka hati, dengan wajah dingin dan angkuh yang tidak berubah.
Cassie sebisa mungkin menghindar dari Professor Smith meskipun berapa kali pria itu memaksa ingin mengantarnya pulang. Cassie lebih suka berjalan menuju apartemen yang letaknya hanya 30 menit dengan berjalan kaki. Seperti sore ini saat Ia menolak Professor Smith untuk kesekian kali. Pria itu nekad meninggalkan mobil di parkiran kampus demi mengikutinya.
Ia sedang menikmati udara hangat yang berhembus dari pantai, langit memerah karena matahari jauh meninggalkan cakrawala. Suara di belakang membuat langkahnya berhenti. Gerakan memutar membuat roknya berayun indah, di hadapannya Professor Smith tersenyum secerah cahaya bulan yang mulai tampak.
Cassie tidak membalas senyuman itu. Ia berbalik cepat berjalan menjauh. Bunyi langkah sepatu bot Professor Smith terdengar mengejar.
"Kau masih marah, Miss Fleur." Ucap Smith dengan lantang seraya berjalan mengimbangi.
Langkah kaki Cassie yang kecil tidak seberapa dengan kaki panjang pria itu, membuatnya menggeram tertahan.
"Atau Drake melarangmu bicara denganku." Ucap Smith lagi. "Seperti itukah dia memperlakukanmu? Mengatur hidupmu."
Cassie berhenti mendadak. Professor Smith tergelak karena hampir tergelincir karena ikut berhenti tiba-tiba. Pria itu menatapnya, dengan cara yang mampu membuat setiap wanita luluh.
"Tidak ada hubungannya dengan Drake. Bisakah Anda tidak mengajakku bicara, mulai detik ini." Cassie mengalihkan mata menatap pepohonan di pinggir jalan, menghindari tatapan itu. Professor Smith masih bisa bersikap santai, padahal seminggu ini Ia sudah kasar dan tidak sopan agar pria itu menjauh.
Professor Smith bergeser menutupi pohon yang menarik perhatian Cassie, mau tidak mau Ia terpaksa menatap pria itu. "Apa maumu?"
"Penjelasan. Kau berubah, apa sesuatu telah terjadi?"
"Sesuatu memang telah terjadi." Cassie menjawab tegas.
Professor Smith menatap Cassie dengan dahaga ingin tahu, pria itu menarik nafas lalu menghela pelan. "Dan apa tepatnya itu?"
Cassie benci mengingat kembali hari itu, waktu seolah berjalan mundur, ingatannya kembali ke tiga hari yang lalu saat Lilian Lincoln mendatangi kampus. Selayaknya Wanita kaya berkelas, berdiri di hadapan Lilian membuat Cassie ibarat perabot kaleng dan perabot perak di dalam istana.
Rambut Lilian ditata bergaya dan setelan buatan tangan perancang Italia. Parfum Paris tercium lembut diantara bau pengap buku-buku yang menyeruak dari balik rak perpustakaan. Wanita itu menatapnya dari atas ke bawah dengan tatapan merendahkan. "Tidak cukup dengan keponakanku, kau memilih ikan yang lebih besar rupanya." Wanita itu melipat lengan, memandangi kepala Cassie dan berdecak heran. "Sedikit saja laporan dariku, kau pasti dikeluarkan dari kampus. Aku tidak akan berbelas kasih, tinggalkan suamiku."
Drake pernah mengatakan padanya bahwa apapun yang akan dikatakan Lilian hanyalah gertakan. Drake memastikan tidak ada yang bisa mengeluarkannya dari kampus tanpa seizin Drake.
Cassie tetap saja merasa rendah diri di hadapan wanita yang terlahir dengan sendok perak di mulut. "Jika ingin Drake meninggalkanku, pintalah sendiri pada suamimu. Harusnya tanyakan pada dirimu sendiri mengapa Drake lebih suka mendatangi ranjangku, bukan ranjangmu."
Plakkk!!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Cassie. Tubuhnya tersentak menabrak pinggiran rak buku. Cassie memegangi pipinya namun rambutnya ditarik hingga tubuhnya dihempaskan ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Devil (The Affair)
Roman d'amourCassie kehilangan ayahnya ketika berusia sepuluh tahun kemudian ibunya menikah lagi. Ayah tirinya adalah pengusaha yang pernah berjaya namun kebiasaan berjudi membuat perusahaannya bangkrut dan terlilit hutang. Tidak sanggup menghadapi kenyataan Ibu...