part. 20

35.9K 2.2K 114
                                    

Cassie dalam perjalanan pulang dari Perpustakaan Kota saat berjalan kaki melewati gedung kantor Drake. Ia membayangkan Drake dengan mulut terkatup menatap dingin para pegawai tidak berdosa dari kursi singgasana. Pria kejam itu lebih pantas hidup di Afrika menjadi pawang satwa liar, mengekang hewan buas agar lemah dan patuh. Drake memiliki kecenderungan mengatur hidup manusia sesuka hati, Ia juga punya hak hidup bebas. Cassie menghela nafas berat. Kekuasaan, uang, dan wanita, semua yang dimiliki Drake hanya membawa kesialan baginya.

Cassie memikirkan rencana mengejutkan Drake dengan kedatangannya yang tiba-tiba. Ia merubah arah kakinya menuju kantor Drake Lincoln. Melewati resepsionis yang tengah sibuk, Cassie menyelinap masuk dan naik ke lantai atas. Ia mengetahui letak ruangan Drake dan mengetuk pintu pelan.

"Masuk." Suara Drake seperti sedingin salju.

Cassie melangkah masuk dan menutup pintu di belakangnya. Ia tersenyum pada sosok pria di hadapannya.

Berharap disambut dengan hangat malah bentakan yang diterimanya. Pria itu berdiri seraya tangan menghentak meja, sebuah pena terlempar hingga jatuh. "Miss Fleur apa yang kau lakukan disini!".

Cassie tidak membayangkan rencananya berakhir buruk. Ia menahan nafas, udara tercekat di tenggorokannya. "Aku berpikir, untuk mampir."

"Ini bukan kunjungan yang diharapkan, Cassie. Kau tidak bisa datang ke kantorku sesuka hati." Ucap Drake lagi dengan

Cassie terdiam. Mendung mengelilinginya saat ini, badai semakin dekat.

"Aku tidak menduga kau tidak menyukai gagasan ini." Cassie mundur selangkah, menatap Drake. "Kau datang ke apartemenku, aku hanya melakukan hal yang sama."

"Aku yang menemuimu, tidak berlaku sebaliknya. Jangan pernah datang tanpa kuminta. Paham?" Drake menatapnya tajam, mencoba melemahkannya.

Sikap Drake melukai harga diri Cassie. Ia tetap diperlakukan sebagai simpanan. "Mengapa?" Ia amat membutuhkan jawaban saat ini. Jawaban yang meyakinkannya untuk tetap bertahan.

"Diluar perasaanku padamu, kita memiliki kontrak yang belum berakhir." Drake menraih ponsel di atas meja lalu berdiri memunggunginya. "Keluarlah, aku sedang menunggu tamu."

Cassie merasa dunianya runtuh. Ia memandang Drake sekali lagi. Ibarat cuaca, pria itu begitu cepat berubah. Cassie memalingkan muka dan berjalan keluar dengan tegar.

Ia teringat perkataan Hellen mengenai lotre dengan hadiah sejumlah uang bernilai besar. Tapi tidak cukup satu kupon agar bisa menang, Ia membutuhkan banyak agar peluang menang semakin besar. Dengan uang itu Cassie bisa melunasi hutangnya dengan Drake Lincoln.

Keputusannya menemui Drake hari ini membuka pikirannya. Ia harus melepaskan diri dari jeratan Drake Lincoln. Akibat itu, Cassie mendapat skors penangguhan kuliah satu semester karena menggunakan dana kuliah untuk membeli lotre. Ia tidak menyesal karena pada akhirnya Cassie memenangkan satu juta dollar.

Ia hampir kena serangan jantung menanti hasil lotre diumumkan. Jika gagal, habislah sudah. Dan sekarang sebuah cek di tangannya. Tangannya gemetar menahan haru, air matanya berlinang selama perjalanan menuju apartemennya. Kebebasan di depan mata, Ia tidak pernah menyangka penderitaannya akan berakhir.

Drake telah menghubunginya dan mengatakan akan datang. Cassie mengenakan pakaian rapi dan tidak sabar menanti.

Akhirnya pria itu muncul dari balik pintu dengan wajah lelah. Meletakkan tas di atas meja, Drake berjalan mendekat lalu menariknya hingga berdiri. Bibirnya dilumat dengan ganas, Cassie terkesiap. Seharusnya Ia menolak sejak detik ini juga. Tapi gairah yang bangkit mengalahkan egonya.

Seks perpisahan tidak akan menjadi masalah, meskipun Drake sama sekali tidak menyadari rencananya. Semenjak kejadian di kantor Drake tempo hari, pria itu tidak menghubunginya. Dan dua hari kemudian, hari ini, akan menjadi momen menggairahkan dan menyakitkan sekaligus.

Deal With The Devil (The Affair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang