Part. 3 My Lord

44.7K 2.3K 37
                                    

Setelah diturunkan di jalan yang letaknya belasan kilometer dari tempat tinggalnya, Cassie menghitung lembaran uang di dalam dompet. Keningnya mengerut karena isi dompetnya tidak cukup untuk membayar taksi. Batinnya mengumpat. Dasar Drake drakula jahanam. Tega sekali dia.

Ia menghubungi Hellen dan memaksa sahabatnya untuk datang menjemput. Gadis itu datang tidak berapa lama kemudian karena kediamanannya tidak jauh dari sini. Dengan mengenakan rok mini dan kardigan ketat, Hellen keluar dari mobil sedannya.

"Apa yang kau lakukan disini tengah malam?" Hellen memandanginya dari atas ke bawah. Cassie memang sekilas tampak seperti wanita malam. Gadis itu lalu mengibaskan rambut ikal  panjangnya yang pirang. Selayaknya orang Amerika yang tidak mudah perduli.

Sebuah mobil Range Rover menyusul berhenti di belakang sedan Hellen. Gadis pirang itu berdiri berjinjit dengan kepala condong ke kaca mobil yang membuka dan berbincang girang dengan dua pria di dalamnya.

Udara di luar semakin menusuk tulang. Ia bersyukur Hellen menjemputnya dan ia tidak sampai mematahkan kaki demi pulang dengan berjalan kaki. Cassie menyadari pria di balik kemudi mobil memperhatikannya dari jauh. Pria itu tampan dan juga masih muda. Terlihat rapi dengan kaos Polo dan rambut bergaya. Cassie melemparkan senyum pada pria itu. Hellen berbincang dengan pria di sebelah lagi.

Rupanya salah seorang pria itu adalah teman kencan Hellen dan mereka berencana menonton film bioskop tengah malam. Dengan bergabungnya Cassie, mereka seolah melakukan double date.

Cassie bergabung di mobil Hellen dan mobil  yang lain mengiring di belakang mereka.

"Aku belum cerita ya soal Jeremy. Kami bertemu beberapa hari yang lalu di arena pacuan kuda." Hellen mengemudikan sedan nya dengan kecepatan tinggi. Sahabat masa kecilnya ini memang lumayan nakal dan menyukai kegiatan ekstrim. "Jeremy dan Ben mereka sepupu. Eh, ngomong-ngomong apa yang kau lakukan di tempat tadi? Membuatku cemas saja. Jangan pergi terlalu jauh jika untuk makan saja tidak cukup."

Hellen memang selalu bicara apa adanya, sedikit pedas namun dibalik itu amat perhatian. Sahabatnya itu akan menjemputnya meskipun ia tersesat di Timbuktu.

"Aku tadi menemani dosen kampus sampai kemari. Ternyata tempatnya sangat jauh dan terlalu malam untuk naik kendaraan umum." Cassie mencari-cari alasan. "Jadi kita menonton dulu?" Cassie sebenarnya sudah letih. Mr. Dracula membuatnya kelelahan.

"Sebentar saja. Setelah itu kuantar pulang."

Cassie terpaksa mengikuti kemana Hellen pergi. Ia berniat tidur selama film diputar. Tapi itu semua hanya sebatas harapan. Mereka duduk berjajar. Jeremy, Hellen, Ben, dan dirinya. Dan ketika lampu mulai dipadamkan, ruangan menjadi gelap seketika. Tatapan Cassie membeku memperhatikan seisi ruangan bukannya menikmati pertunjukan film, malahan mereka membuat film di dalam bioskop. Harusnya ia sudah bisa mengira apa yang diinginkan para pengunjung. Cassie menoleh ke arah Hellen, sahabatnya itu sedang berpelukan dan berciuman mesra dengan teman kencannya. Ia harusnya memalingkan muka, tapi matanya terpaku menatap kedua bibir yang sedang menyatu bercumbu mesra, ciuman itu murni berasal dari hati dan penuh cinta, cara Jeremy merangkul bahu Hellen, bukan nafsu seperti yang selalu Drake lakukan padanya. Andai saja ia bisa jatuh cinta seperti itu.

Punggung Cassie menegang tatkala sebuah sapuan ringan merayap naik dari punggung hingga ke tengkuknya. Tangan yang lain memegangi pipinya dan sebelum ia sempat menolak, Ben menekankan bibir ke bibirnya dan menyapunya dengan ringan. Hati-hati dan penuh perhiungan saat belaian lidah Ben membelai bibir Cassie hingga membuka. Ciuman tanpa nafsu persis seperti yang baru saja ia khayalkan. Tapi mengapa Cassie membiarkan pria yang baru dikenal mencuri ciuman darinya, mengambil keuntungan di tengah kegelapan, tanpa perlawanan. Tapi pelukan hangat pria itu di pinggangnya, dan jemari yang mengusap lembut pipinya, ia merasa sikap Ben amat terhormat bahkan ketika mencium seorang perempuan. Tangan itu tidak menggerayangi tubuhnya. Saat ciuman itu berakhir, Cassie masih merekahkan bibirnya. Masih terkejut dan bingung akan yang terjadi barusan.

Deal With The Devil (The Affair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang