Part. 8

35.7K 1.9K 31
                                    

Keesokan harinya Cassie mengenakan pakaian lebih rapi ke kampus, rambutnya diikat. Di dalam tas nya terdapat sebuah bingkisan yang akan diserahkan ke Professor Smith setelah jam pelajaran berakhir.

Ia membereskan buku dan peralatan lain ke dalam tas dan setelah kelas mulai sepi, Ia mengambil bungkusan dan meletakkannya di atas meja.

"Mohon diterima, sebagai permintaan maaf dari saya." Ujar Cassie berdiri menghadapnya. Professsor Smith tampak mempertimbangkannya.

"Lebih rapi hari ini, Miss Fleur. Aku hanya mengutarakan apa yang sudah semestinya dilakukan, tidak perlu memberi imbalan." Professor Smith merapikan laptop nya ke dalam tas kemudian menggeser kursinya dan berdiri di samping Cassie.

"Ini hanya saputangan, mohon diterima." Ucap Cassie. Ia merasa Professor Smith berdiri dalam jarak yang tidak disarankan untuk guru dan murid. Aroma wangi tercium, Ia tidak perhatian sebelumnya, ternyata Professor Smith menyukai wangi mint seperti Drake.

"Sebenarnya Aku berniat menjadikanmu asisten sebagai permohonan maaf karena menuduhku mesum."

Cassie memandang Professor Smith kemudian menunduk malu. "Saya tidak terlalu pintar, Professor."

Professor Smith mengusap leher dengan satu tangan, lalu memasukkan lagi tangan ke dalam saku celana. "Aku membutuhkan bantuan untuk memindahkan materi ke dalam laptop. Karena terlalu sibuk penelitian di Jerman, Aku belum menyusun bahan ajar untuk satu tahun ke depan. Jadi selagi Aku membuat draf, Kau bisa merangkum yang telah selesai ke dalam power point."

Cassie tersenyum pongah. "Baiklah, Aku bisa melakukannya."

Professor Smith menepuk-nepuk pundak Cassie. "Mulailah hari ini, Miss Fleur."

"Eh? Tentu saja." Cassie meletakkan tas nya ke atas meja dan kembali duduk.

"Bukan disini, Miss Fleur. Tapi di tempatku. Apartemenku tidak jauh dari sini, kita bisa berjalan kaki tapi sayangngnya Aku harus membawa mobilku pulang."

Cassie terdiam. Di apartemen Professor Smith? Apa itu diperbolehkan? Cassie teringat ucapan Professor Smith mengenai kecenderungan seksualnya yang tidak normal. Pria ini toh tidak menyukai wanita, mengapa Ia harus segitu khawatir?

"Selagi Kau tetap menutup pakaianmu dengan rapi, kupastikan tidak ada yang akan terjadi padamu." Professor Smith tersenyum ambigu.

Cassie mengulum bibir, "Itu tidak membuat keadaan lebih baik, Professor. Aku perlu diyakinkan."

Professor Smith menyadarkan tali tas di bahu dan berjalan ke depan pintu. "Aku memiliki anak perempuan, Aku pun tidak senang jika ada pria yang mempermainkan putriku ketika dia besar nanti."

Pria itu tersenyum pada Cassie yang masih membisu. Cassie baru tahu jika Professor Smith pernah menikah.

"Pernikahan hanya demi melegalkan putriku, kami telah bercerai." Seakan menjawab pertanyaan di benak Cassie, bola mata Professor Smith menggelap ketika mengatakan cerita hidupnya.

Cassie meraih tasnya dan tersenyum ke arah Professor Smith. "Kita bisa berangkat sekarang."

*******

Cassie tidak bertanya tentang cerita selebihnya kepada Professor Smith. Pria itu juga berdiam diri selama perjalanan yang hanya ditempuh kurang 10 menit.

Gedung apartemen Professor Smith terkesan mewah. Kamar apartemennya juga luas dengan perabotan modern. Satu kamar dengan balkon, ruang untuk perpustakaan, dapur dan ruang santai. Meja kerja Professor Smith berada di perpustakaan, mereka duduk berseberangan.

Cassie mengerjakan tugasnya sedangkan Professor Smith masih tekun dengan buku tebal bertumpuk di atas meja. Selama dua jam berikutnya mereka mengerjakan tugas masing-masing. Cassie menjauhkan tangan sejenak dari laptop untuk merenggangkan jari-jarinya. Cassie melirik pria di depannya, Professor Smith bahkan tidak merenggangkan tangan atau leher selama itu. Entah demi kesopanan atau memang pria itu sukar merasakan lelah. Pria itu terlihat menawan dibalik kacamata baca.

Deal With The Devil (The Affair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang