Cassie sedang berada di dalam kelas Professor Smith, mengamati pria itu menjelaskan sesuatu yang berhubungan dengan ilmu biologi. Cassie memperhatikan bibir itu bergerak, sangat berbeda dengan bibir yang tadi melumat bibirnya. Di dalam kelas, Professor Smith terkesan tidak bersahabat, sulit didekati.
Peristiwa di loker siang tadi membuat Cassie tidak berpikir dua kali, Ia akan merubah warna rambutnya sepulang kuliah. Tapi Ia lupa bahwa tugasnya sebagai asisten belum berakhir. Professor Smith mencegatnya selepas pelajaran berakhir. Ia tidak akan punya cukup waktu untuk pergi ke salon kecantikan.
"Miss Fleur. Aku sudah menyiapkan bahan ajar untuk diketik." Ucap Professor Smith saat Cassie berjalan melewatinya.
Langkah kakinya terhenti dan berbalik ke depan meja. "Baik, Professor Smith."
"Silahkan mengerjakannya di rumah. Besok pagi sebelum kelas dimulai, kau bisa menyerahkannya padaku untuk dicek." Pria itu tahu situasi sedang tidak baik untuk mereka berdua.
Cassie mengangguk dan mengambil buku catatan Professor Smith lalu menyimpannya ke dalam tas.
"Miss Fleur."
Cassie menengadahkan kepala mendengar namanya disebut lagi. "Ya, Professor Smith?"
Pria itu tetap berada di balik meja. Sorot matanya terlihat bahagia. "Mengenai ciuman itu, aku tidak berencana mengatakan maaf. Karena aku tidak menyesalinya. Sampai jumpa besok pagi" Professor Smith membawa tas nya lalu pergi.
Cassie tersenyum memandangi punggung Professor Smith yang menjauh kemudian hilang dibalik koridor kampus. Pria itu membuatnya berdebar, cara menatapnya, dan saat berada di dekatnya. Perasaan nyaman yang belum pernah dirasakannya.
Ia pulang ke flat lebih cepat karena harus menyelesaikan ketikan Professor Smith. Mata Cassie berbinar senang, sesaat Ia melupakan Drake Lincoln dan semua hal yang menyebalkan tentang bajingan itu.
**********
Esok paginya Cassie menyerahkan ketikan yang telah selesai untuk dicek. Ia tiba satu jam lebih awal dan menemani Professor Smith mengecek pekerjaannya di kelas. Mereka duduk bersebelahan, menghabiskan waktu berdua sebelum mahasiswa yang lain datang.
Dalam waktu tidak sampai satu jam, bahan ajar selesai diperbaiki. Professor Smith memuji hasil kerjanya, Cassie tersenyum bangga. Pria itu menyinggung soal rambutnya.
"Aku belum sempat pergi ke salon." Tapi Cassie telah membeli ikat rambut baru dan menggelung rambutnya. "Aku mengikatnya saja." Jawabnya seraya tertawa pelan.
"Nanti setelah kuliah aku menunggu di parkiran mobil, kita mengerjakannya di apartemen seperti biasa." Professor Smith berkata santai seakan tidak ada apa-apa dibalik ajakan itu.
Cassie bingung untuk menjawab. Ia juga tidak ingin dikira perempuan gampangan. "Maaf Professor Smith, aku tidak bisa."
"Apa yang kau khawatirkan?" Pria itu menatapnya penuh harap.
Cassie khawatir tidak bisa menahan diri. Jika Drake sampai tahu, habislah dia. "Anda tahu mengapa."
"Aku pria lajang, dan kau bukan anak-anak lagi. Jika aku tertarik secara pribadi, dan ingin melakukan pendekatan, lantas dimana letak permasalahannya?"
Cassie memikirkan banyak hal, termasuk Drake Lincoln. Professor Smith akan terluka jika mengetahui kenyataan yang sebenarnya.
"Aku sudah tidak perawan." Akunya yang seketika membuat Professor Smith memucat.
Pengakuan Cassie mengejutkan Professor Smith. Pria itu terlihat bimbang, namun kemudian Professor Smith tanpa ragu berkata. "Aku juga duda, cukup adil bagiku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Devil (The Affair)
RomanceCassie kehilangan ayahnya ketika berusia sepuluh tahun kemudian ibunya menikah lagi. Ayah tirinya adalah pengusaha yang pernah berjaya namun kebiasaan berjudi membuat perusahaannya bangkrut dan terlilit hutang. Tidak sanggup menghadapi kenyataan Ibu...