Bab. 6

42.1K 2.1K 43
                                    

Cassie melangkah dengan perlahan khawatir ayunan rok pada gaunnya menyingkap apa yang harusnya tersembunyi. Bajingan itu merobek celana dalam miliknya, seperti itulah Cassie mnghujat pria itu karena kesal. Dan sialnya lagi, ia meninggalkan benda pusaka itu di ruangan kantor Drake dan persetan apakah pria itu sudah menyingkirkan sebelum orang lain menemukan. Cassie tidak mau perduli. Karena Drake, Ia harus mampir ke toserba dan membeli pakaian dalam disposible. Pelayan toko tersenyum penuh arti dan semakin membuatnya kesal. Ia terpaksa masuk ke sebuah butik dan pura-pura ingin membeli pakaian agar bisa menggunakan kamar ganti.

Tangan Ben yang menangkap pinggang Cassie hampir membuatnya menjerit.

"Ben!" Ujar Cassie beringsut menjauh. Ia lupa telah pergi dari pesta tanpa pamit.

"Aku menghubungi ponselmu ratusan kali. Darimana saja kau?" Ben meraih tangan Cassie dan menggenggamnya. Ben menekan tombol dan membuka pintu mobilnya. "Masuklah."

Cassie menurut. Mobil Ben terparkir melintang di pinggir jalan. Jelas sekali pria itu meninggalkan mobilnya begitu saja saat melihat Cassie. Ben berkata lagi. "Aku berkeliling mencarimu. Kupikir ada hal yang buruk terjadi."

"Kau mencemaskanku?" Tanya Cassie mencari kebenaran di mata Ben.

Tatapan Ben lembut dan jujur. "Jangan pergi begitu saja. Aku bakal mencarimu kemanapun itu."

Csssie merasa senang ada yang memperhatikannya. Pria itu meremas tangannya setelah memindahkan persneling mobil kemudian kembali memegang kemudi.

"Aku melihat Kau dan Martha di kamar." Ia berkata pada Ben dan memandangnya dengan curiga.

"Martha hanyalah kawan lama. Kami hanya mengobrol secara pribadi." Jawab Ben santai.

"Seingatku kalian lebih dari mengobrol." Tuduhnya.

Ben seketika menepikan mobil dan menghadap Cassie. "Apa yang sebenarnya ingin Kau tanyakan?"

Ben menepikan mobil dengan cepat membuat Cassie terhuyung ke samping.

"Apa yang kau lihat tidak seperti yang kau duga, Cassie." Sanggah Ben mencondongkan wajah ke arahnya. Tangan Ben ditopang ke sandaran kursi di atas bahu Cassie dan satu tangan lain di dashboard mobil.

"Barang yang kau pakai dengan Martha. Jelaskan tentang bagian itu." Cassie menantang Ben untuk berkata jujur.

Ben tertawa lalu beringsut mundur, menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. "Martha memang menawarkan ganja. Tapi yang aku hisap adalah cerutu. Sudah lama aku tidak menggunakan barang itu, Cass."

"Percayalah padaku." Sambung Ben lagi.

Cassie cenderung tidak percaya pada pria yang mengatakan Percayalah Padaku. Ia akan membahas itu dengan Drake dan mengetahui apakah pria itu bisa membujuk Ben untuk melakukan tes darah.

"Baiklah. Aku senang mendengarnya. Jadi mau kemana kita?" Mesin mobil kembali meraung dan melaju kencang. Cassie melihat keluar jendela, pohon-pohon di pinggir jalan seolah berlari meninggalkan mereka.

"Kerumah Mom, ada jamuan teh sore ini. Ikut ya."

Satu keluarga sama diktatornya. Gumam Cassie dalam hati. Mengajak dengan perintah.

"Sebenarnya ada yang harus dikerjakan." Cassie menguji hipotesa nya.

"Sebentar saja. Setelahnya Kau bisa menyelesaikan urusanmu."

Ah, pikir Cassie. Tepat seperti dugaannya. Cassie berharap jamuan teh ini tidak melibatkan pria itu. Setiap melihat Drake dan Lilian membuat dadanya sesak. Memikirkan perselingkuhan mereka saja sudah membuat perutnya melilit. Apalagi jika harus berhadapan dengan keluarga itu. Rasa bersalah kian menghantui.

Deal With The Devil (The Affair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang