"Mr. Lincoln." Brengsek. Pria itu selalu datang di waktu yang tidak terduga. Cassie tidak memperhatikan mobil Drake parkir di seberang jalan. Lagipula siapa yang menyangka pria itu akan datang malam ini, sedangkan California adalah tempat seharusnya berada.
Di bawah sinar bulan, sosok Drake yang besar terlihat menyeramkan, aura gelap terpancar di sekeliling sosok itu menciptakan profil Drake mirip jelmaan warewolf. Berulang kali Ia meyakinkan diri tidak takut, namun setiap berhadapan dengan Drake, Cassie menciut sekecil semut.
"Dimana ponselmu?"
Ia terdiam tidak berani membalas tatapan mata kelabu yang lebih gelap dari kesunyian di sekitarnya. Ponselnya tidak aktif sejak sore, Ia lupa membawa charger.
Angin menerpa rambut Drake yang lebat, mantel panjang yang dikenakan pria itu juga mengayun. Bagian depan rambut Drake dibiarkan panjang menutupi alis, menambah kesan misterius. Apalagi Drake menyukai warna gelap pada setiap setelan yang dikenakan.
"Ada di tas, habis baterai. Kau pernah mengatakan tidak perlu menghubungi ponselku. Jadi aku..."
"Diam." Bentak Drake. Cassie langsung terdiam. Perhatian Drake teralihkan pada sesuatu di lehernya. "Siapa yang memberikan kalung itu padamu?"
Cassie memegangi kalungnya dengan gelisah. Kakinya refleks melangkah mundur ketika Drake mendekat. "Bukan dari siapa-siapa. Hanya hadiah dari permainan di pasar malam. Ini perhiasan murah."
Drake menarik lengannya, tangan lebar itu menyibak kasar rambut yang menutupi separuh kalung ruby nya. Mata Drake menatap lekat perhiasan di lehernya. "Lepaskan."
"Tidak mau. Hellen susah payah mendapatkannya demi aku." Cassie mencegah tangan Drake yang berupaya menarik paksa kalungnya.
Drake sudah keterlaluan. Rantai kalungnya putus di tangan Drake setelah menarik paksa. Kalung itu jatuh di tanah. Cassie berlutut mengambil barangnya kembali.
"Kau kira aku tidak tahu hubunganmu dengan Alexander Smith. Apa kau tahu pria itu sepupu Lilian?! Alex sedang menjebakmu!"
"Aku tahu, dia sudah mengatakannya padaku." Kalung itu sudah putus tapi untung saja liontinnya masih utuh, Cassie menghela nafas lega. Ia memasukkan kalungnya ke dalam saku rok lalu berdiri. "Kurasa Professor Smith belum mengatakan apapun pada Lilian."
"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya. Kenapa kau sulit mematuhi perintahku!" Drake mencekal lengan Cassie menariknya berdiri. "Ikut aku."
Cassie meringis kesakitan. "Kau menyakitiku."
Drake tidak mengindahkan rintihannya, malah menyeretnya pergi melintasi jalan setapak menjauhi flatnya. Cassie berjalan cepat mengimbangi langkah lebar Drake. Pria itu membuka pintu mobil dan memaksanya masuk ke dalam. Drake berjalan ke pintu samping dan duduk di balik kemudi. Mobil sport itu melesat di jalan, Cassie tidak berani menyela, wajah Drake sedingin gunung es kutub utara. Mereka duduk diam sepanjang perjalanan. Cassie tidak tahu kemana Drake membawanya pergi.
******
Drake murka mengetahui siapa yang menjadi rivalnya, Alexander Smith. Mereka berdua tidak pernah dekat meskipun Lilian menjadi istrinya. Alex menghubungi ponselnya sore tadi dan mengancamnya agar meninggalkan Cassandra Fleur. Pria itu jelas tertarik pada Cassie. Ia tidak akan menyerahkan gadis itu meskipun harus meninggalkan Lilian.Menceraikan Lilian bukan perkara sulit, Ia hanya harus mengulur waktu sampai bisnisnya melebar ke Los Angeles. Perceraian akan menimbulkan skandal baru yang bisa merusak reputasinya. Dalam dunia bisnis, reputasi adalah nafas perusahaan. Tapi menyerahkan Cassie adalah dua hal yang berbeda.
Drake memandang perempuan di sampingnya. Wajah kecewa itu tertunduk menatap sepasang sepatu yang sudah ketinggalan jaman. Cassie tidak tahu Ia akan membawa gadis itu ke sebuah apartemen. Drake membeli sebuah kamar mewah untuk Cassie. Rencana itu sudah lama terpikirkan akan tetapi kesibukan selalu membatasi waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Devil (The Affair)
Roman d'amourCassie kehilangan ayahnya ketika berusia sepuluh tahun kemudian ibunya menikah lagi. Ayah tirinya adalah pengusaha yang pernah berjaya namun kebiasaan berjudi membuat perusahaannya bangkrut dan terlilit hutang. Tidak sanggup menghadapi kenyataan Ibu...