Part. 19

34.4K 2.1K 85
                                    

Drake duduk manis di kursi bioskop tepat di sampingnya, pria itu memainkan ponsel bukannya memusatkan perhatian pada layar bioskop yang sedang memainkan film. Teman Cassie yang lain terlihat saling merangkul pasangan masing-masing, tidak demikian dengan Drake. Pria itu seperti berada di dunia lain, layar ponsel Drake menampilkan diagram angka-angka yang tidak dipahami CAssie. Ruangan bioskop menjadi terlalu dingin baginya, kursi yang harusnya ditempati 80 penonton hanya diisi oleh tujuh orang saja. Syal yang tadi dikenakannya tertinggal di kursi belakang mobil Drake saat pria itu mengencani lehernya.

Laki-laki di sebelahnya tersenyum ketika mengalungkan syal tebal ke lehernya kemudian berbisik. "Aku melihat tanganmu gemetar."

Rasa hangat seketika menyelimutinya, Cassie mengetahui Jackson tertarik padanya. Saat pertama melihat Cassie datang bersama Drake, kekecewaan terpancar dari mata biru laki-laki itu.

"Thank you." Balas Cassie tersenyum kemudian memalingkan muka dan menyadari Drake tengah menatap tajam padanya. Pria itu memperhatikan mereka sejak awal. Cassie menatap Drake gugup, berkata lirih. "Ada masalah di kantor? Kau memandangi ponsel sejak tadi."

Drake mengulurkan tangannya ke samping kepalanya, memindahkan rambutnya ke belakang telinga. Jari telunjuk Drake membelai pipi hingga ke bibirnya dengan gerakan sensual, tatapan Drake tertuju pada sosok di sebelah Cassie sebelum kembali padanya. ketika akhirnya Drake mencondongkan wajah, bibirnya dilumat habis-habisan sampai membuat nafasnya ter engah-engah. Setelah Drake menarik diri barulah Ia menyadari syalnya telah dilepas. Drake melemparkan syal itu ke pangkuan Jackson.

"Dia tidak membutuhkan itu, kehangatan dariku sudah cukup membuatnya panas."

Ucapan spontan Drake membuat muka Cassie merah padam. Drake seolah mengisyaratkan sejauh mana hubungan mereka telah berjalan. Cassie menoleh pada Jackson, laki-laki itu memandangnya sama terkejut. Bahu Cassie dirangkul lengan Drake yang mengenakan setelan jas, pria itu bahkan tidak mau menggunakan pakaian yang lebih santai, ingin menunjukkan pada temannya betapa kuat pengaruh Drake, dan dimana posisi pria itu berada di dalam strata sosial. keangkuhan yang tidak pernah berubah. Tangan Drake memutar kepalanya berpaling dari Jackson, kemudian menempelkan bibir di telinga CAssie. "Sekali lagi kau membiarkan laki-laki itu menyentuhmu, aku akan membuat mereka melihatmu mengerang di pangkuanku."

CAssie membuka bibir, suara serak Drake cukup mempengaruhinya. Cassie bahkan membayangkan ucapan Drake, beruntung Ia melihat ponsel Drake berkedip. "Sebaiknya kau menjawab ponselmu, sepertinya itu penting."

"Aku segera kembali, ingat ucapanku." Drake lalu menjawab ponsel sambil berjalan keluar ruangan bioskop.

Cassie merasa sangat malu, mukanya merah padam hanya karena ucapan Drake. Drake adalah pria dewasa dengan sensualitas yang amat menonjol, terlihat jelas dari cara Drake memandangnya. Mengajak pria itu bergabung bersama teman-temannya ternyata bukan gagasan bagus.

"wow, dia seksi sekali Cas." ujar Hellen sambil tertawa. "Aku belum pernah dicium sepanas itu."

"Oh yeah, aku bisa mencium lebih baik dari itu sayang." Pacar Hellen bereaksi dengan menirukan gerakan Drake. Semuanya tertawa saat kepala dua orang itu beradu dengan gerakan yang tidak sejalan.

"Pacarmu boleh juga, Cassie. Pria itu tampak lebih kaya dari perkiraanku." Temannya yang lain menanggapi.

"Apa kau yakin pria itu tidak ber-istri? Wajahnya terlihat tidak asing." Jackson pasti mengenal Drake, laki-laki itu mengira Cassie telah dibohongi.

"Aku tidak ingin membicarakannya." jawab Cassie dengan nada tidak suka. "Bisakah kita menonton saja?"

Jackson akhirnya menutup mulut, dan yang lain kembali menikmati film. Cassie tidak menyukai pertanyaan yang diajukan JAckson membuatnya tersudut. Di sisi lain Ia menyadari keputusannya menampilkan Drake ke muka umum pasti memancing beragam pertanyaan, mengingat perbedaan usia dan status sosial mereka. Ia harusnya sudah siap dengan reaksi terburuk yang mungkin terjadi. Termasuk statusnya sebagai wanita simpanan Drake ikut terbongkar.

************

"Kau membuatku malu di hadapan teman-temanku, menciumku seperti itu." Ucap Cassie ketika mereka dalam perjalanan pulang ke apartemen. Ia marah karena Drake tidak bisa memperlakukannya dengan pantas seperti sepasang kekasih pada umumnya.

DRake tidak terganggu dengan nada suaranya yang meninggi, pria itu tetap tenang mengendalikan mobil yang sedang melaju kencang. "Aku ingin sekali mencongkel mata bocah itu karena berani menatapmu padahal ada aku disana. Kenapa kau marah? Jaman sekarang remaja bebas berciuman di dalam bioskop."

Cassie menghela nafas kesal, memalingkan wajah dari Drake. "Kau hanya perduli pada ponsel, aku bosan jadi kami mengobrol."

"Aku tidak menyukai bioskop, tapi tetap datang. Hargai itu, Cassie. intinya adalah aku tidak bisa membayangkan jika tidak menemanimu malam ini, kau begitu mudah menerima perhatian pria lain. Kendalikan dirimu."

"Kenapa kau sangat mudah cemburu? Kau tidak mencintaiku, kan?"

Drake menatapnya, kemudian berpaling menatap ke depan dengan pandangan hampa. Drake tidak menjawab, padahal Cassie amat mengharapkannya.

"Kau tidak mau menjawabnya?"

Cassie menatap keluar jendela, barisan pohon maple di pinggir jalan seolah bergoyang mengejeknya. Ia sudah patah hati, tidak ada jawaban. Hubungan mereka tidak berarti di mata Drake. Pria itu kelak akan kembali kepada istrinya, dan Ia akan dibuang seperti bunga yang telah layu.

"Aku tidak mencintaimu."

Cassie meneteskan air matanya menatap daun yang berserakan diterpa angin di pinggiran aspal. Suara Drake terdengar seperti bunyi gesekan biola yang tidak merdu, dadanya sesak tidak sanggup menghadapi musik yang akan dimainkan Drake untuknya.

Laju mobil kian lambat, pria itu menepikan mobil ke pinggir jalan. Drake berkata tanpa keraguan, menatapnya dengan hangat. "Aku tidak mencintaimu, tapi sangat mencintaimu."

Cassie kehabisan kata-kata, bibirnya membuka tapi tidak ada suara yang dihasilkan. Mungkin Ia masih bermimpi, tapi tatapan Drake terlalu nyata, dan saat Ia ditarik ke dekapan pria itu, Ia ditarik ke dalam kenyataan.

Kepala Drake terbenam di rambut merahnya. "Saat melihatmu pertama kali di rumahku, aku tidak berniat jatuh cinta. Tapi lihatlah sekarang kau berada di pelukanku."

"Drake..."

"Jangan katakan apapun. Aku hanya ingin memelukmu seperti ini."

Matahari mulai meninggalkan cakrawala, langit menjingga di atas keramaian lalu lintas Boston. Cassie memejamkan mata, mengulurkan tangannya untuk memeluk pinggang Drake. Kepalanya terkulai di bahu pria itu. Hanyut dalam pelukan sehangat musim semi, bahkan meskipun musim berlalu, Drake masih tetap berada di sana.

********
To be continue.

Deal With The Devil (The Affair)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang