Mulai dari part ini author merubah sudut pandang penulis. Maafkan author yg suka galau😁.
Semua demi kalian agar cerita ini lebih kuat.****************************
Cassie mengabaikan sakit hatinya, Ia sudah pernah merasakan kecewa. Andaikan masih ada sedikit ruang untuk cinta, maka lebih bijak menempatkan peliharaan lucu di sana, kucing berkelamin jantan akan lebih baik dari pria.Ia tersenyum sendiri, bagaimana bisa manusia membandingkan manusia dengan binatang. Tuhan pasti murka jika tahu. Amat menyenangkan melakukan hal berlawanan. Smith memintanya merapikan rambut, dan sekarang Ia memutuskan menjadi diri sendiri. Menggeraikan rambut dan kembali mengenakan rok diatas lutut. Ia bahkan duduk di barisan depan.
Jika beberapa orang menilaimu sebagai wanita murahan, maka lakukan apa yang dituduhkan padamu dan nikmati anggapan mereka. Jangan lari dari kenyataan, buatlah lawanmu lebih menderita.
Professor Smith memasuki kelas dengan wajah datar seperti yang biasa ditunjukkan. Wajah itu berubah kaku ketika arah matanya terhenti pada mahasiswi berambut merah yang sedang menyilangkan kaki sehingga rok pendek itu semakin terangkat naik. Cassandra Fleur!
Smith melemparkan tas sedikit lebih keras ke atas meja. Tangannya tersengat emosi yang bersarang di kedua matanya. Gadis itu penuh kejutan, sesuatu yang tidak pernah diharapkan Smith sebelumnya. Smith meyakinkan Lilian untuk menyelidiki kekasih gelap Drake Lincoln dan membumbui dengan adegan amoral agar gadis itu mengetahui kekuatan lawannya. Tapi sifat tak terduga Miss Fleur membuatnya goyah, Ia seharusnya meniduri gadis itu dan mengambil sedikit keuntungan. Namun nyatanya Ia terlalu banyak perduli. Menghentikan apa yang hampir terjadi semalam sama mustahil menghentikan laju kereta dengan tangan kosong. Di luar prediksi, Smith hanya memberi peringatan. Ia memberi kesempatan gadis itu lari sejauh mungkin, setidaknya tidak datang di kelasnya hari ini. Tapi kepala merah itu bertengger dengan muka tanpa dosa, mengenakan lelucon untuk memancing emosinya. Ditambah gerakan dibuat-buat kedua tungkai itu ketika merubah posisi menyilangkan kaki, Smith bisa melihat dengan jelas renda merah dibalik rok mini Cassie.
Masih jelas dalam ingatan Smith bagaimana jemarinya membelai celah sempit Cassie yang basah, dan bagaimana rasa kedua puncak payudara itu di bibirnya.
Sialan! Semalaman Ia tidak bisa tidur membayangkan fantasi liar Cassie dan betapa besar dorongan untuk mewujudkannya. Smith kepanasan, padahal mesin pendingin udara bekerja dengan sangat baik.
"Selamat pagi, kita lanjutkan diskusi kemarin. Bentuklah formasi berdasarkan kelompok yang telah disepakati." Smith harus melakukan sesuatu, apapun agar gadis itu menyingkir dari hadapannya.
Smith kembali ke balik meja dan duduk sembari memijat dahinya yang berkedut. Sudut matanya menangkap gerakan pinggul yang bergoyang ketika melangkah mendekat ke mejanya.
*****
"Professor Smith." Dengan segenap amarah yang tertahan, Cassie mendekati meja Professor Smith dengan gerakan yang dibuat-buat. Kedua tangannya bersimpuh di atas meja lalu mencondongkan wajah mendekat sehingga pria itu melihat belahan dadanya lebih jelas. Dalam hati Ia tertawa melihat muka pria itu seputih kertas, Cassie tidak gentar membalas tatapan tajam Professor Smith padanya.
"Apa masalahmu, Miss Fleur?" Professor Smith bertanya dengan wajah datar. Cassie tahu pria itu berusaha keras agar tidak terpengaruh.
Cassie merekahkan bibirnya yang seranum buah plum yang baru masak. "Tidak ada. Aku hanya ingin memancing sesuatu membengkak di bawah meja." Ucapnya lirih. Cassie menggigit bibir bawahnya sebelum berkata. "Kau cukup menggairahkan jika saja tidak mengacau semalam."
"Jangan senang dulu, Miss Fleur. Kau jauh diluar ekspektasiku. Aku tidak akan memenuhi khayalan kotormu." Profesor Smith membalas sengit.
Entah siapa yang berusaha Smith yakinkan, Cassie atau dirinya sendiri. Cassandra Fleur jenis wanita yang tidak mudah menyerah, gadis itu berbalik menyerang pertahanan dirinya dengan jalan godaan dan rayuan. Smith berusaha keras mengabaikan betapa tidak nyaman celana yang mengetat karena kejantanannya membengkak sekeras batu. Cassandra Fleur mengekspos bagian kecil tubuhnya yang menonjol dibalik atasan gaunnya, gadis itu berjuang keras merangsang diri sendiri agar putingnya mengeras. Smith ingin sekali mencekik leher Cassie bila nanti mengulum bagian itu sekali lagi.
"Sayang sekali. Kukira kita pasangan yang sepadan." Smith mendengar gadis itu berkata lirih.
Smith mencondongkan wajahnya mendekat kemudian berkata lirih. "Aku akan memberimu kenikmatan yang lebih dari itu, Miss Fleur. Aku berjanji akan lebih panas dari yang bisa kau bayangkan, kau bisa mendapat semuanya setelah meninggalkan Drake Lincoln."
Kemenangan tidak berpihak pada Smith, belum saatnya. Ia akan membuat Cassandra Fleur meninggalkan Drake demi dirinya. Dan saat waktu itu tiba, ia akan memenuhi janjinya.
Tapi kemudian gadis itu berkata dengan senyum angkuh, keyakinan yang sangat besar. "Kita lihat siapa diantara kita yang akan mengingkari janji, Alex."
Smith tertegun mendengar Cassie menyebutkan nama depannya dengan penuh percaya diri. Entah bagaimana panggilan itu terdengar begitu intim di telinga. Smith jelas memperhatikan bagaimana lidah Cassie mengayun ketika menyebutkan namanya.
Smith memperhatikan Cassandra Fleur mengerlingkan mata genit sebelum berbalik menjauhi mejanya. Ia tersenyum frustasi. Pertarungan ini mulai terasa menyenangkan. Untuk permulaan, Ia akan merahasiakan pada Lilian bahwa telah menemukan gadis yang mereka cari. Ia akan melindungi Cassie sekuat tenaga, meskipun mengetahui konsekuensi yang akan dihadapinya. Dibenci oleh sepupunya sendiri? Smith mengedikkan bahu, selama ini tidak ada siapa pun yang bisa menentang keputusannya. Ia menerima permohonan Lilian demi kesenangannya sendiri dan sekarang perasaannya terlibat terlalu jauh sampai melumpuhkan logika. Belum pernah Ia merasa tertarik pada wanita sekuat ini. Gadis nakal itu berhasil mencuri hatinya.
Ia akan mencari tahu penyebab terjerumusnya Cassandra Fleur ke dalam permainan terlarang itu.
"Perhatian semuanya. Kita mulai diskusi hari ini. Kelompok pertama silahkan menyiapkan presentasi." Akal sehatnya kembali ke permukaan, Smith melanjutkan kelas dengan konsentrasi penuh.
Smith melirik ke arah Cassie dan gadis itu sudah mengenakan sweater. Keberuntungan tidak datang dua kali, Smith bersyukur menikmati adegan yang dipertontonkan Cassandra Fleur tadi. Tapi jika gadis itu menyodorkan tubuhnya lagi, Ia akan lebih bijak agar tidak terpancing ke dalam perangkap.
************
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deal With The Devil (The Affair)
RomanceCassie kehilangan ayahnya ketika berusia sepuluh tahun kemudian ibunya menikah lagi. Ayah tirinya adalah pengusaha yang pernah berjaya namun kebiasaan berjudi membuat perusahaannya bangkrut dan terlilit hutang. Tidak sanggup menghadapi kenyataan Ibu...