Bab 19

106K 10.7K 712
                                    

Babang Fazio kambeeeeek💃

Oke deh. Masih pada nunggu kan. Semoga kalian suka. Muach!


🙆🙆🙆🙆🙆🙆



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Genaya kembali bersama Alex saat waktu makan siang berakhir, dan dia menunggu jam 5 yang tersisa beberapa menit lagi dengan begitu gelisah. Saat ini dirinya tak mau menemui Fazio, meski ada hal yang ingin ia bicarakan mengenai teror kemarin. Tiba-tiba dering telepon di mejanya membuat Genaya mengangkat kepala dan mengalihkan perhatian dari pekerjaannya.

"Halo? Dengan Genaya Madeleine di sini," sapanya ketika menempelkan telepon di telinga.

"Miss Madeleine, Mr. Herbert meminta Anda untuk menemuinya di kantornya." Suara Livia sang sekretaris Fazio terdengar.

"Apa ada hal penting?" bisik Genaya.

"Saya tidak tahu, mohon temui beliau sepuluh menit lagi. Terima kasih."

"Sama-sama." Genaya menaruh kembali gagang telepon dan mengempaskan tubuhnya ke sadaran kursi. Ia memjamkan mata sesaat kemudian membukanya kembali dan melirik jam tangannya. Waktu terus berjalan dan sebentar lagi tepat jam lima. Ia harus menemui Fazio dan membawa berkas-berkas yang harus di berikan padanya, meski Genaya paham yang Fazio inginkan bukan berkas itu.

Setelah membereskan meja kerjanya, ia mengambil bekas dan tasnya kemudian berjalan meninggalkan biliknya. Sisilia menghampirinya sebelum ia benar-benar keluar dari ruangannya.

"Ge, aku akan dijemput oleh Robert. Kami akan memilih cincin bersama," kata Sisilia dengan wajah bersalah.

"Tidak masalah, pergi dan cari cincin yang indah."

"Thank you, strawberry!" balas Sisilia seraya mencium pipi Genaya dan berjalan lebih dulu.

Genaya terkekeh mendengar panggilan Sisilia, dan dia merindukan panggilan itu dari ayah dan ibunya di Manchester dulu. Karena dirinya sangat menyukai strawberry, dan mereka memanggilnya seperti itu.

Genaya pun memutuskan untuk segera pergi ke kantor Fazio, ia memasuki lift seorang diri dan tiba di lantai dua puluh. Ketika lift terbuka suda ada Livia yang tersenyum padanya dengan seorang penerima tamu.

"Hai Genaya," sapa Livia dengan akrab.

"Hai, Livia."

Livia mempersilakan Genaya untuk pergi ke ruangan Fazio, membuka pintunya dan terlihat Fazio yang sedang berkutat dengan layar di depannya. Wajahnya nampak serius dan tak tersentuh, bibirnya menipis dan terkatup rapat dengan sorot amat tajam.

"Mr. Herbert, Miss Madeleine sudah datang," lapor Livia.

Genaya berterima kasih pada Livia kemudian masuk dan pintu tertutup. Ia berjalan menghampiri meja Fazio dan memberikan berkas di mejanya, Genaya berdeham sebelum bertanya mengapa Fazio memanggilnya.

Fazio's Secret GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang