Bab 21.2

92.1K 9.3K 287
                                    

Babang Fazio kambeeeeeek💃💃

masih nungguin? wkwkw...




💗💗💗💗💗



Genaya berjalan menuruni tangga dan melewati koridor menuju dapur, dan ia sudah menghapal letak dapurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genaya berjalan menuruni tangga dan melewati koridor menuju dapur, dan ia sudah menghapal letak dapurnya. Tiba di dapur Genaya segera mengambil minum dan meneguknya dengan rakus. Ia mengambil duduk di meja makan, menutupi wajahnya sendiri dengan kedua tangannya. Sambil menghela napasnya, Genaya terdiam.

Mimpi pria misterius yang meninggalkannya, dan kisah hidupnya yang tak banyak ia ingat sungguh menyiksanya. Jika orang melihat dia wanita yang unik dan ceria, tanpa mereka ketahui bahwa ada kerapuan dalam dirinya. Ditinggalkan kedua orang tuanya tanpa memori dan kenangan yang banyak sangat menyiksanya. Ada beban berat yang seakan ia pikul.

Sambil melamun Genaya meraih kalung putih dengan bandul berbentuk bintang dan berlian berwarna biru sapir di tengahnya––itu satu-satunya peninggalan orang tuanya.

"Mimpi apa lagi yang aku rasakan?" bisiknya dengan suara tercekat dan air mata yang siap meluncur dari mata indahnya. "Kenapa aku selalu dihantui mimpi-mimpi aneh dan mengerikan."

Suara langkah kaki yang berat terdengar, Genaya tahu itu Fazio. Ia tak ingin menoleh saat ini karena keadaan hatinya sedang kacau. Mimpi buruk yang dialaminya barusan seakan sangat nyata, ia takut mimpi itu kembali menyerangnya dan perlahan menggerogoti kepercayaan dirinya.

Aroma tubuh Fazio yang begitu memabukan bagi Genaya tercium, pria itu menghentikan langkah dan berdiri di samping kursi Genaya. Ia berdiri dan menyandarkan pinggulnya ke tepi meja makan, dengan kedua tangan menyilang di dada.

"Kau tampak kacau," kata Fazio dengan suara seraknya.

Kali ini Genaya menoleh dan melihat Fazio yang hanya mengenakan celana training panjang yang menggantung di pinggulnya ––sangat bawah dan Genaya berdegup melihatnya. Bahkan V line-nya terlihat sangat jelas, dengan otot perut yang kencang dan rata, bulu-bulu halus yang memanjang sampai menghilang dibalik celanannya. Kulit kecokelatannya dengan tubuh jantan membuat Genaya menggila dan diserang rasa panas yang kembali menjalar dari kakinya. Akan tetapi ia tak bisa merasakan gairah menyesakkan itu sekarang––setidaknya sampai pikirannya tak kacau lagi.

"Aku tidak apa-apa. Itu hanya mimpi buruk, mungkin karena aku terlalu lelah, atau karena teror itu."

Fazio menaikan sebelah alisnya. "Kau masih memikirkan teror itu?"

"Tentu saja. Ada orang asing yang mengirimkanku bangkai tikus yang penuh darah dengan tulisan itu." Genaya menghela napasnya, ia mengusap wajahnya dan menundukan kepala hingga tatapannya menjauhi tubuh Fazio.

Fazio's Secret GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang